Saya mengucapkan terima kasih kepada bung Chalik Hamid   yang sudah berusaha 
menulis dengan jelas dalam rangka menyambut terbitnya buku bung Suar Suroso 
"Jalan Sutera abad 21".       Tulisan bung Chalik Hamid ini cukup memberikan 
pencerahan dalam memahami mengapa banyak negeri yang sudah mencoba membangun 
sosialisme mengalami kegagalan, yang sebab pokoknya karena kesalahan sendiri 
terutama di kalangan kader tinggi partai dalam memahami serta menterapkan 
Marxisme-Leninisme kedalam kondisi kongkrit  negeri sendiri.
    Kesalahan-kesalahan demikian inilah yang perlu dikoreksi, perlu dibetulkan  
oleh siapa saja yang masih ingin meneruskan cita-cita dan usaha besar ke arah 
masyarakat adil dan makmur atau  masyarakat sosialis.
   Saya juga mengucapkan selamat kepada bung Suar Suroso yang telah berhasil 
menulis buku  dengan judul "Jalan Sutera Abad ke 21" yang akan sangat berguna 
bagi kita semua.
   Salam   S.Manap. 

    Den torsdag, 27 oktober 2016 4:33 skrev "wuting...@sina.com [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com>:
 

         JALAN SUTERA ABAD 21    KATA SAMBUTAN    Chalik Hamid    UNTUK 
memberikan kata sambutan atas terbitnya buku baru Bung Suar Suroso yang diberi 
judul Jalan Sutera Abad 21, saya berusaha menampilkan sebuah negara sosialis di 
Eropa dan sebuah lagi desa  kecil yang merupakan cerminan negeri sosialis 
Tiongkok di Asia. Saya berusaha meninjau kelebihan dan kekurangan negeri‐negeri 
ini dalam praktik sosialis di masa lalu dan sekarang. Negeri itu adalah Albania 
yang berkedudukan di Eropa dan sebuah Desa Huaxi yang merupakan bagian dari 
Tiongkok di Asia.    Dalam pelaksanaan praktik Marxisme–Leninisme di negeri 
negeri sosialis, sering terjadi kesalahan yang bisa menimbulkan kehancuran 
negeri tersebut. Sebagai contoh saya melihat kejadian itu di Albania. Mengapa 
saya mengambil contoh Albania? Karena  saya mengalami langsung di negeri ini 
selama seperempat abad, selama dua puluh lima tahun.    Partai Buruh Albania 
yang sebelumnya adalah Partai Komunis Albania, yang sejak semula diketuai oleh 
Anwar Hoja, (di Albania ditulis: Enver Hoxha), setelah menumbangkan kekuasaan 
kaum feodal dalam negeri dan mengusir kekuasaan fasis Jerman, berhasil 
menegakkan pemerintahan demokrasi rakyat. Dari sistem feodal, negeri ini 
langsung melompat memasuki sistem demokrasi rakyat. Dia tidak mengalami sistem 
kapitalis,seperti yang dialami negeri sosialis lainnya di dunia. Negeri itu 
membentuk koperasi‐koperasi pertanian dan perusahaan pertanian negara (ferma). 
Koperasi pertanian dipimpin oleh pengurus yang dipilih oleh rakyat yang 
merupakan anggota koperasi. Para anggota koperasi merupakan penduduk desa yang 
tergabung dalam sebuah koperasi. Sedangkan perusahaan pertanian negara, yang 
disebut ferma, adalah milik negara dikelola oleh pemerintah daerah 
masing‐masing. Para pekerjanya adalah penduduk (warga) yang berdekatan dengan 
tempat perusahaan pertanian tersebut. Baik koperasi maupun perusahaan pertanian 
negara, pada pokoknya bergerak di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan 
buah‐buahan. Bidang‐bidang lainnya seperti industri berat dan ringan, pabrik 
tembaga, pabrik tenun, pembangkit listrik (hidrocentral), pabrik porselen, dan 
lain‐lain, sepenuhnya berada di tangan pemerintah/negara.    Apakah ada 
kesalahan yang kita jumpai dalam pengembangankoperasi dan perusahaan pertanian 
negara ini? Ya, ada! Yang paling  pokok dan utama adalah warga tidak diberi 
tanah semacam halaman untuk bercocok tanam guna kebutuhan hidup mereka. 
Misalnya untuk bertanam sayur‐sayuran guna kebutuhan makan mereka sehari‐hari. 
Warga tidak diperbolehkan beternak hewan besar seperti sapi, untuk memperoleh 
susu dan keju. Yang diperkenankan hanyalah ternak kecil seperti ayam. Padahal 
penduduk membutuhkan susu dan keju untuk hidupnya. Semua kebutuhan hidup harus 
dibeli di koperasi, padahal penghasilan mereka dari koperasi sangat terbatas 
dan sedikit. Koperasi sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan kaum tani 
sehari‐hari, dari hasil pertanian dan peternakan. Pemerintah beralasan seolah 
hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian ideologi proletariat, jangan sampai 
warga berkembang menempuh kembali ideologi burjuis. Pemberian sebidang tanah 
dan pemeliharaan hewan besar dianggap oleh pemerintah akan mengembangkan 
ideologi burjuis.    Di kalangan atas juga terjadi perbedaan cara hidup sangat 
mencolok. Untuk ketua Partai dan para anggota Politbiro masing‐masing 
disediakan kendaraan Mercedes‐Benz, seluruh anggota Comite Central mendapatkan 
mobil Fiat buatan Italia.Penduduk biasa seperti buruh dan tani, sama sekali 
tidak diperbolehkan memiliki kendaraan bermotor. Mereka paling‐paling hanya 
memiliki sepeda yang sangat sulit untuk diperoleh karena benda ini merupakan 
barang impor. Di jalan‐jalan umum kita tidak menemukan kesibukan atau 
kemacetan, karena penduduk tidak memiliki kendaraan bermotor seperti yang 
terdapat di negeri‐negeri lain. Ketimpangan‐ketimpangan ini tentu saja 
menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan rakyat. Belum lagi masuk ke masalah 
makanan. Di kalangan atas yang mencakup anggota Politbiro Partai Buruh Albania 
dibandingkan dengan kehidupanwarga, juga terdapat perbedaan yang menyentuh 
hati. Anggota Politbiro mengonsumsi makanan yang ditanam di perkebunan khusus 
untuk mereka. Para pemimpin itu memiliki perkebunan yang menghasilkan sayuran 
dan perkebunan buah‐buahan khusus untuk para pemimpin. Untuk mereka disediakan 
peternakan khusus untuk susu, keju, dan daging yang berbeda dengan yang 
dikonsumsi rakyat biasa. Warga memperoleh makanan dari pasar bebas, dari 
warung‐warung dan kedai‐kedai, yang memperolehnya dengan antrean panjang. 
Kualitas makanannya jauh berbeda dengan makanan para pemimpin. Sebagai 
akibatnya, terbuka lapisan masyarakat baru dalam sistem sosialis, sebagai 
akibat salah urus, sebagai akibat kekeliruan dalam penerapan 
Marxisme–Leninisme. Hal demikian bukan hanya terjadi di Albania, tetapi juga di 
negeri‐negeri sosialis Uni Sovyet dan Eropa Timur lainnya seperti Hongaria, 
Bulgaria, Rumania, Cekoslawakia, Polandia, dan lain‐lainnya. Saya juga melihat, 
ada lagi sebuah kesalahan yang dilakukan oleh Partai Buruh Albania pada waktu 
itu. Partai masih terus memelihara dan memupuk “dosa keturunan”. Jika ada 
seorang kakek atau ayah melakukan kesalahan dalam perjuangan melawan feodalisme 
dan membasmi fasisme Jerman di Albania, maka dosa kesalahan itu akan turut 
diderita oleh sang anak berikut keturunan selanjutnya. Sang anak dan generasi 
keturunan selanjutnya tidak akan mendapatkan pelayanan yang sama dengan anggota 
masyarakat lainnya. Sang anak dan generasi keturunan selanjutnya akan 
terus‐menerus turut menanggung beban apa yang dilakukan sang kakek atau ayah di 
masa lalu. Mereka tidak akan mendapatkan pendidikan yang sama dengan anggota 
masyarakat lainnya. Mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan yang sama dengan 
warga lainnya. Keturunan “bekas penjahat” ini selalu mendapatkan pekerjaan yang 
lebih berat, seperti di pertambangan dalam tanah, pabrik pengecoran, dan 
pekerjaan pertanian. Mereka selalu diremehkan dan dicemoohkan dalam kehidupan 
sehari‐hari. Hal ini persis seperti yang dilakukan oleh pemerintah orde baru 
rezim fasis Jenderal Soeharto terhadap keturunan anggota Partai Komunis 
Indonesia dan pengikut Bung Karno. Kebejatan tersebut masih berlaku hingga saat 
ini, di mana rekonsiliasi belum pernah dilakukan dan Tap MPRS No.XXV/1966 belum 
dicabut dan dimusnahkan. Para pengikut rezim orde baru Soeharto masih terus  
berkuasa dan bercokol dalam kekuasaan negara RI.    Kelemahan lainnya kita 
jumpai juga di bidang komunikasi dan propaganda, misalnya dalam hubungan 
penyiaran di TV dan radio. Di kalangan pimpinan diadakan saluran khusus untuk 
mengetahui perkembangan di luar negeri dengan mengikuti siaran TV/radio dari 
berbagai stasiun penyiaran negeri‐negeri lainnya. Sedangkan warga biasa hanya 
diperbolehkan mengikuti siaran dalam negeri yang disalurkan lewat TV/radio ibu 
kota Tirana. Untuk mengetahui perkembangan negeri‐negeri lainnya, warga secara 
diam‐diam membuat “antena liar” untuk memperoleh berita dan perkembangan 
lainnya di luar negeri, seperti di bidang olahraga dan kebudayaan. Di 
tempat‐tempat kerja, di pabrik, warga membuat antena televisi agar bisa 
berhasil menangkap siaran dari luar negeri. Mereka selalu melihat siaran TV 
dari Roma (Italia) dan Belgrado (Yugoslavia) secara diam‐diam dan sembunyi. 
Jika diadakan festival internasional atau pertandingan bola dunia, warga pasti 
melihatnya dengan menggunakan antena liar. Secara resmi pemerintah melarang 
warga melihat siaran TV lainnya dari luar negeri, warga hanya diperbolehkan 
mengikuti TV dan radio siaran dalam negeri. Bagi warga yang melanggar ketentuan 
pemerintah diambil tindakan hukum hingga masuk penjara.    Mengapa pemerintah 
melakukan pemblokiran terhadap siaran‐siaran dari luar negeri bagi warganya? 
Alasannya sangat sederhana. Untuk menjaga kemurnian ideologi 
Marxisme–Leninisme. Di kalangan bawah dilakukan pemeliharaan ideology 
Marxisme–Leninisme, sedangkan di kalangan atas telah menyusup dan berkembang 
ideologi burjuis. Kepincangan‐kepincangan demikian ini terjadi sebagai akibat 
kesalahan pimpinan dalam menerapkan Marxisme–Leninisme di kalangan rakyat 
biasa, tidak satunya ucapan dan perbuatan. Kelihatannya masalah seperti ini 
merupakan hal kecil, tetapi dalam kenyataan, hal demikian menjadi pendorong 
hancurnya negeri‐negeri sosialis di Eropa Timur dan di dunia.    Ada lagi 
sebuah kejadian tragis yang terjadi bagi pimpinan Partai di Albania. Di 
saat‐saat akan berakhir dan runtuhnya pemerintahan sosialis di Albania, di 
kalangan pimpinan tertinggi Partai terjadi saling tuduh dan saling sikut, 
hingga pada akhirnya saling bunuh. Betapa tragisnya, beberapa anggota Politbiro 
Partai saling tembak yang mengakibatkan beberapa orang terbunuh mati. Beberapa 
anggota Politbiro Partai yang merupakan kawan seperjuangan ketika bersama‐sama 
memusnahkan kaum feodal dan mengusir kaum fasis Jerman dari negerinya, pada 
akhirnya bentrok sendiri. Mereka gontok‐gontokan. Yang satu menuduh yang lain 
sebagai agen luar negeri untuk menumbangkan pemerintah Albania. Yang terakhir 
sekali adalah dibunuhnya Perdana Menteri Pemerintah Sosialis Albania, Mehmet 
Shehu. Oleh Ketua Partai Buruh Albania, orang ini dianggap sebagai agen ganda 
luar negeri yang berusaha menghancurkan Albania. Dia dituduh sebagai agen 
imperialisme Amerika Serikat dan sekaligus agen social imperialisme Uni Sovyet. 
Dia dibunuh dalam sebuah sidang. Kepada anggota masyarakat dan anggota Partai, 
dinyatakan bahwa perdana menteri itu melakukan bunuh diri, karena akal busuknya 
sudah diketahui.    Namun kita juga tidak bisa menutup mata, melupakan 
segi‐segi positif dan kebaikan dalam sistem sosialis yang terdapat di negeri 
tersebut. Pelayanan kesehatan gratis yang diberikan kepada rakyat, sangat perlu 
dibanggakan. Jika ada warga menderita sakit, segera dibawa ke rumah sakit. 
Seluruh pemeriksaan dan pengobatan, warga tidak membayar satu sen pun. Demikian 
juga obat‐obat yang diperoleh dari apotek seluruhnya gratis, sama sekali tidak 
dibayar. Demikian juga dalam masalah pendidikan. Dalam semua jenjang pendidikan 
warga memperolehnya dengan gratis. Mulai dari penitipan bayi, taman 
kanak‐kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga pendidikan tinggi di 
universitas, semuanya dilakukan tanpa bayar. Kesempatan ini sangat terbuka bagi 
warga yang memiliki kemampuan untuk belajar. Bagi warga yang sudah bekerja, 
juga dibuka kesempatan untuk belajar pada malam hari. Betapa banyaknya jumlah 
kader sarjana yang dihasilkan dari sekolah malam hari, termasuk para sahabat 
dan teman dari Indonesia. Bagi warga yang telah berhasil menamatkan 
pendidikannya segera akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bakatnya. Tidak 
ada kekecualian, semua mendapatkan pekerjaan. Yang sangat menarik, semua 
pekerja akan menerima upah tidak jauh berbeda dalam jumlahnya. Seorang insinyur 
misalnya, menerima upah tidak jauh berbeda dengan seorang pekerja mesin bubut. 
Seorang dokter menerima gaji tidak jauh berbeda dengan seorang perawat. 
Demikian seterusnya.    Mengapa hal ini bisa terjadi? Mungkin dalam sistem 
sosialis di Albania, mereka berusaha untuk mengatasi atau mengurangi perbedaan 
gaya hidup yang berlebihan di masyarakat. Mereka berusaha mengatasi kesenjangan 
sosial jangan sampai terjadi di Albania. Pada waktu itu, Albania sama sekali 
tidak mengenal pengangguran. Semua penduduk dewasa memperoleh pekerjaan, di 
sana tidak ada manusia parasit.    Demikian pula di bidang perumahan. 
Pemerintah melindungi warganya dengan memberikan perumahan. Memang pemerintah 
masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat. Apartemen 
terus dibangun dan dikembangkan. Warga desa diberi berbagai keringanan dan 
prioritas untuk membangun rumahnya. Bagi kaum buruh pabrik, pemerintah 
menyediakan bahan bangunan untuk membangun perumahan dengan kerja sukarela. 
Setelah apartemen selesai, buruh membaginya sesuai dengan ketentuan yang mereka 
atur sendiri. Dengan cara ini banyak kaum buruh dan warga yang tertolong untuk 
mengatasi masalah perumahan.    Marxisme–Leninisme adalah sebuah ilmu. Sebagai 
ilmu, maka dia tidak pernah mandeg, tidak boleh berhenti pada satu titik. Ia 
akan selalu berkembang bersama ilmu‐ilmu lainnya. Marxisme–Leninisme termasuk 
masih muda dibandingkan dengan ilmu‐ilmu lainnya yang terdapat di dunia ini. 
Puncak pengujian kebenaran ilmu ini adalah ketika dimenangkannya Revolusi 
Oktober di Rusia pada tahun 1917. Dalam praktik proses pengembangannya masih 
selalu mengalami ganjalan. Selama puluhan tahun dalam praktik di berbagai 
negeri, akhirnya dia mengalami pukulan berat. Beberapa negeri sosialis yang 
menganut ajaran Marxisme–Leninisme, mengalami kehancuran. Tapi perlu dicatat 
bahwa Marxisme– Leninisme tak pernah mati. Ilmu itu tetap utuh dan 
bertahan.Namun dia masih perlu dikembangkan dan disempurnakan.    Kini saya 
berusaha menampilkan sebuah contoh lain sebagai bahan banding dalam pelaksanaan 
dan pengembangan system sosialis yang didasari teori Marxisme–Leninisme. Sebuah 
desa di Tiongkok, bernama Huaxi, terletak di Provinsi Jiangsu, merupakan salah 
satu desa yang menganut paham sosialis yang didasari Marxisme–Leninisme. Huaxi 
adalah mininya Tiongkok yang besar. Merupakan desa teladan yang perlu dicontoh 
oleh desa‐desa lainnya di sana. Penduduk desa mengalami kemakmuran luar biasa. 
Setiap keluarga paling tidak memiliki sebuah rumah dan sebuah mobil. 
Perlengkapan rumah tangga keluarga, sudah dilengkapi dengan baik. Keluarga di 
Huaxi rata‐rata memiliki aset 150.000 dolar AS, pendapatan per kapita mencapai 
2.000 dolar AS. Penduduk desa ini hidup dengan sejahtera yang diperoleh dari 
pabrik baja, besi, dan pabrik tekstil milik kolektif. Pada tahun 2008 saja, 
pabrik‐pabrik ini berhasil mengumpulkan 7,3 miliar dolar AS. Sejak kemerdekaan 
Tiongkok pada tahun 1949 hingga kini, Partai Komunis Tiongkok telah berhasil 
mengubah negeri itu dari negeri terbelakang menjadi sebuah negeri maju di 
dunia. Kedudukan perekonomian Tiongkok telah berhasil menduduki tempat kedua di 
dunia setelah AS. Negeri‐negeri Eropa dan negeri‐negeri dunia lainnya tidak ada 
yang tidak mengenal barang produksi Tiongkok. Kini barang‐barang Tiongkok 
memenuhi pasar dunia. Di Eropa mulai barang‐barang elektronik, porselen, bahan 
makanan, sampai tusuk sate dan tusuk gigi pun adalah produksi Tiongkok. Di 
tahun 1980‐an, ketika Tiongkok mulai mendorong kepemilikan perseorangan, Desa 
Huaxi berada di garis terdepan.Hasil dari pabrik baja dan pabrik‐pabrik lainnya 
digunakan untuk mengembangkan usaha lainnya. Mereka memperoleh sukses luar 
biasa. Warga Huaxi telah berhasil merealisasi mimpi mereka. Penduduk Huaxi yang 
berjumlah 400 kepala keluarga sekarang memiliki rumah bergaya Eropa, seluas 
400–600 meter persegi, lengkap dengan mobilnya. Warga desa tersebut mendapat 
gaji pokok dan juga mendapat bonus tahunan. Menurut ketentuan yang ditetapkan 
bersama, 80 persen harus diinvestasikan ke dalam saham perusahaan, yang dengan 
demikian perusahaan akan terus berkembang dan membesar. Desa Huaxi yang menjadi 
kebanggaan Tiongkok ini, semoga bisa menjadi teladan bagi desa‐desa lainnya di 
Tiongkok. Banyak pendapat yang dikemukakan mengenai desa ini. Ada yang 
mengatakan desa ini menempuh jalan perpaduan sosialisme dengan kapitalisme. Ada 
yang mengatakan sudah sepenuhnya menempuh jalan kapitalisme. Banyak pula yang 
mengatakan inilah sosialisme berciri Tiongkok. Menurut pendapat saya, biarkan 
ilmu itu berkembang demi kemakmuran umat manusia, dengan sedapat mungkin 
menghindari penghisapan manusia atas manusia.    Tulisan saya ini merupakan 
sambutan dalam rangka terbitnya buku Suar Suroso Jalan Sutera Abad 21. Buku ini 
sebenarnya melengkapi tulisan dalam buku Suar sebelumnya Pikir Itu Pelita Hati 
yang telah diterbitkan Ultimus Bandung beberapa waktu yang lalu. Saya melihat, 
kedua buah buku ini juga merupakan jawaban bagi beberapa teman yang berdiam di 
Eropa. Sekaligus merupakan pembelaan sosialisme dunia dewasa ini, termasuk 
sosialisme yang berkarakteristik Tiongkok, atau sosialisme berciri Tiongkok, 
atau sosialisme ala Tiongkok. Sepuluh bab tulisan dalam buku Jalan Sutera Abad 
21 saling mengisi dengan buku Pikir Itu Pelita Hati. Buku ini sangat berguna 
dalam menganalisa situasi dan perkembangan zaman. Masing‐masing kita mempunyai 
hak memberikan pendapat untuk menjawab situasi konkret dewasa ini.    Dari dua 
contoh di atas, saya berusaha mengemukakan bahwa Marxisme–Leninisme sebagai 
ilmu, belumlah sepenuhnya sempurna. Ia terus berkembang sesuai dengan 
perkembangan ilmu lainnya. Dia akan terus dilengkapi, hingga pada akhirnya 
menjadi sempurna dan teruji dalam praktik. Di samping itu adanya negeri‐negeri 
yang dalam praktik menyelewengkan ajaran Marxisme–Leninisme itu ke arah lain, 
sehingga membawa negeri tersebut ke jalan yang fatal, itu adalah merupakan 
sebuah konsekuensi. Sementara itu, jika ada pandangan dan pendapat yang 
menyatakan bahwa Marxisme–Leninisme sekarang ini sepenuhnya sudah lengkap dan 
sempurna, ini akan membawa kita pada dogmatisme.       Amsterdam, 6 Agustus 
2016  #yiv2972856540 #yiv2972856540 -- #yiv2972856540ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-mkp #yiv2972856540hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mkp #yiv2972856540ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mkp .yiv2972856540ad 
{padding:0 0;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mkp .yiv2972856540ad p 
{margin:0;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mkp .yiv2972856540ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-sponsor 
#yiv2972856540ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-sponsor #yiv2972856540ygrp-lc #yiv2972856540hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-sponsor #yiv2972856540ygrp-lc .yiv2972856540ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv2972856540 #yiv2972856540actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv2972856540
 #yiv2972856540activity span {font-weight:700;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv2972856540 #yiv2972856540activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv2972856540 #yiv2972856540activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv2972856540 #yiv2972856540activity span 
.yiv2972856540underline {text-decoration:underline;}#yiv2972856540 
.yiv2972856540attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv2972856540 .yiv2972856540attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv2972856540 .yiv2972856540attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv2972856540 .yiv2972856540attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv2972856540 .yiv2972856540attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv2972856540 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv2972856540 .yiv2972856540bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv2972856540 
.yiv2972856540bold a {text-decoration:none;}#yiv2972856540 dd.yiv2972856540last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2972856540 dd.yiv2972856540last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv2972856540 
dd.yiv2972856540last p span.yiv2972856540yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv2972856540 div.yiv2972856540attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv2972856540 div.yiv2972856540attach-table 
{width:400px;}#yiv2972856540 div.yiv2972856540file-title a, #yiv2972856540 
div.yiv2972856540file-title a:active, #yiv2972856540 
div.yiv2972856540file-title a:hover, #yiv2972856540 div.yiv2972856540file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv2972856540 div.yiv2972856540photo-title a, 
#yiv2972856540 div.yiv2972856540photo-title a:active, #yiv2972856540 
div.yiv2972856540photo-title a:hover, #yiv2972856540 
div.yiv2972856540photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv2972856540 
div#yiv2972856540ygrp-mlmsg #yiv2972856540ygrp-msg p a 
span.yiv2972856540yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv2972856540 
.yiv2972856540green {color:#628c2a;}#yiv2972856540 .yiv2972856540MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv2972856540 o {font-size:0;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540photos div {float:left;width:72px;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540photos div div {border:1px solid 
#666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv2972856540
 #yiv2972856540reco-category {font-size:77%;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540reco-desc {font-size:77%;}#yiv2972856540 .yiv2972856540replbq 
{margin:4px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-mlmsg select, #yiv2972856540 input, #yiv2972856540 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-mlmsg pre, #yiv2972856540 code {font:115% 
monospace;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-mlmsg #yiv2972856540logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-msg 
p#yiv2972856540attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-reco #yiv2972856540reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-sponsor 
#yiv2972856540ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-sponsor #yiv2972856540ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-sponsor #yiv2972856540ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv2972856540 #yiv2972856540ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv2972856540 
#yiv2972856540ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv2972856540 

   

Kirim email ke