HistoriaBonnie TriyanaSelasa 25 Januari 2011Wajah Gayus tampak menegang. 
Sesekali jemarinya bergerak, seperti meremas sesuatu. Dia tampak cemas. Siang 
itu, mantan pegawai pajak itu menyampaikan “curhatnya” ke hadapan majelis 
hakim.“Berdasar cerita John Grice pada saya, John Grice bilang dia adalah agen 
CIA yang semua kegiatannya diketahui dan direstui oleh salah seorang anggota 
Satgas (Pemberantasan Mafia Hukum)," kata Gayus dalam di PN Jaksel, Jl Ampera 
Raya, Rabu (19/1/11) seperti dikutip dari detik.com.Teori konspirasi seakan 
dibuat nyata oleh Gayus. Entah untuk alasan apa. Satu yang pasti, kisah 
tindak-tanduk agen CIA (Central Intelligence Agency) di negeri ini berkali 
terjadi dan selalu berakhir pada pertanyaan yang sama: benarkah?Pengujung 
November 2008 lampau masyarakat geger. Adam Malik, pemuda angkatan 45, wartawan 
senior dan wakil presiden era Orde Baru disebut-sebut jadi spion CIA di 
Indonesia. Gara-garanya sebuah buku karya Tim Werner yang menyebutkan kalau dia 
menjalin kontak dan menerima sejumlah bantuan CIA untuk memberangus kelompok 
komunis pascaperistiwa G.30.S 1965.Pada halaman 330 dalam buku yang berjudul 
Membongkar Kegagalan CIA itu disebutkan kalau “Stasiun CIA (di Jakarta) 
memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam Malik, mantan Marxis berusia 
48 tahun yang mengabdi sebagai duta besar Sukarno di Moskow dan menteri 
perdagangannya.”Informasi mengenai kedekatan hubungan antara Adam Malik dan 
Amerika Serikat (AS) sebetulnya sudah pernah beredar luas pada 2002. Saat itu 
Departemen Luar Negeri AS mempublikasi dokumen rahasia hubungan luar negeri AS 
dengan Indonesia pada periode 1964-1968. Dalam dokumen telegram yang dikirim 
oleh Marshal Green, Duta Besar AS di Jakarta, kepada Departemen Luar Negeri AS 
pada 1 Desember 1965, disebutkan kalau Green pernah memberikan uang Rp 50 juta 
kepada Adam Malik untuk mengendalikan Kelompok Aksi Pengganjangan (KAP) 
Gestapu.Sokongan kepada CIA kepada Adam Malik memang masuk akal apabila 
dikaitkan dengan kepentingan AS terhadap Indonesia dalam konteks Perang Dingin. 
“Indonesia di bawah Sukarno lebih cenderung untuk “mesra” dengan Soviet, ada 
kalanya juga lebih “romantis” dengan China,” kata Bernd Schafer dalam 
makalahnya, “Setting of the Cold War”.Dalam situasi saling merebut pengaruh itu 
masuk akal jika CIA menggunakan beragam cara untuk menjalin kerjasama dengan 
pihak yang anti komunis. Apalagi ketika Sukarno semakin lama semakin akrab 
dengan PKI dan tak ada jalan lain bagi AS kecuali menumbangkan kekuasaannya. 
Usaha Amerika lewat CIA untuk menumbangkan kekuasaan Sukarno telah telah 
berkali-kali dilakukan, terlebih ketika dia menginisiasi Gerakan Non-Blok pada 
1955 yang secara konsisten menentang kolonialisme dan imperialisme yang masih 
diusung negeri-negeri barat pada saat itu.George McTurnan Kahin dan Audrey 
Kahin dalam bukunya, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, menyuguhkan fakta 
kalau CIA terlibat langsung dalam pemberontakan PRRI/Permesta yang gagal di 
Sumatera dan Sulawesi. Buat Gedung Putih perlawanan yang dikobarkan oleh 
beberapa perwira Angkatan Darat yang berkoneksi dengan beberapa tokoh PSI dan 
Masyumi itu menjadi momentum untuk menjatuhkan Sukarno.Agen CIA menjalin 
hubungan rahasia dengan Sumitro Djojohadikusumo yang bertugas sebagai 
penggalang dana pemberontakan PRRI/Permesta. Allen Dulles, tokoh nomer wahid 
CIA langsung turun tangan untuk mengatur siasat operasi klandestin itu. 
Sejumlah perwira pembangkang seperti Simbolon, Ventje Sumual dan Ahmad Husein 
pun dijadikan partner dalam operasi subversif CIA untuk menumbangkan 
Sukarno.Pada kenyataannya CIA gagal. Pasukan PRRI lari tunggang-langgang 
diserang TNI di bawah kepemimpinan Jend. Nasution, perwira yang dikenal 
anti-komunis. Semua di luar dugaan AS. Bantuan senjata dan latihan tempur yang 
diberikan AS kepada pihak pemberontak sia-sia tanpa guna. Operasi bawah tanah 
CIA yang langsung dikontrol oleh kantor pusat CIA pun bubar. Para pemberontak 
tak sempat meledakkan instalasi minyak Caltex di Pekanbaru, Riau sebagaimana 
direncanakan oleh CIA yang kelak akan digunakan sebagai dalih AS menyerang 
Indonesia.Tapi AS tak mau menyerah. Lewat jejaring spionasenya ia masih saja 
berupaya mendongkel kekuasaan Presiden Sukarno. Lewat para pemberontak Permesta 
di Sulawesi Utara CIA terus menyokong perlawanan terhadap pusat. Namun 
lagi-lagi aksi klandestin CIA terbongkar ketika tentara Indonesia berhasil 
menembak jatuh pesawat yang dikemudikan Allen Pope, pilot berkewarganegaraan 
AS. Dia diadili dan dijatuhi hukuman mati. Pope diampuni setelah istri dan 
ibunya memohon pembebasannya kepada Presiden Sukarno.CIA juga disebut-sebut 
mendalangi upaya pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. Salah satu aksi 
pembunuhan yang gagal dan cukup menggegerkan adalah Peristiwa Cikini, 30 
November 1957. Dalam peristiwa itu 11 orang tewas seketika dan 30 lainnya 
mengalami luka-luka. Sebagian besar korban adalah anak-anak, siswa Perguruan 
Cikini. Presiden Sukarno yang baru saja selesai mengikuti bazaar di tempat 
anak-anaknya bersekolah itu tiba-tiba dilempari granat. Pengawal berhasil 
menyelamatkannya.Zulkifli Lubis disebut-sebut ada di balik percobaan pembunuhan 
itu. Dia yang juga dikenal sebagai pendiri intelijen Indonesia berkali-kali 
melakukan upaya pendongkelan Presiden Sukarno. Dalam peristiwa 17 Oktober 1952 
Lubis justru berseberangan dengan kelompok Nasution yang menjadi aktor 
penodongan moncong meriam ke Istana Merdeka namun pada pemberontakan PRRI dia 
memiliki peranan yang cukup penting.Amerika memang tak nyaman dengan gaya 
kepemimpinan Sukarno dan upayanya yang menggalang kekuatan dunia ketiga. 
Sukarno memang menyatakan kalau Gerakan Non-Blok tak memih kepada salah satu 
kekuatan, di Timur maupun di Barat. Namun demikian menurut pengakuan Sukarno 
dalam otobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesiamerasa lebih 
nyaman bekerjasama dengan Soviet setelah Presiden AS John Kennedy tewas. 
Tewasnya Kennedy memupuskan harapan hubungan Indonesia-AS untuk lebih akrab 
lagi.“Presiden Kennedy dapat memahami jalan pemikiranku...Andaikata Presiden 
Kennedy masih hidup, Indonesia dan Amerika Serikat mungkin tidak akan hanyut 
terpisah jauh satu sama lain,” kata Sukarno pada Cindy Adams.Amerika lewat 
tangan CIA tak pernah berhenti untuk menjatuhkan Sukarno. Mereka bahkan membuat 
sebuah film porno yang diperankan oleh seorang aktor berpostur seperti Sukarno. 
Sheffield Edwards pejabat tinggi CIA di era Allen Dulles otak di belakang 
pembuatan film cabul itu. Sukarno dijadikan bahan olok-olok oleh Amerika. Besar 
kemungkinan pula AS khawatir akan kehilangan pundi-pundi uangnya kalau Sukarno 
tetap menjadi presiden dan menasionalisasi seluruh aset perusahaan milik AS 
yang telah beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial.Penggulingan Sukarno 
bagi AS adalah tujuan yang masuk akal. Penggunaan aset-aset CIA di Indonesia 
pun menjadi keharusan untuk mendukung tujuan tersebut. Membandingkan keadaan 
era Sukarno dengan sekarang tentu berbeda. Sekarang pemerintah AS relatif tak 
punya halangan berarti di dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia, apalagi 
semenjak pemerintah Suharto berkuasa. Jadi apakah Gayus benar dengan 
pengakuannya di Pengadilan? Satu yang pasti, CIA bukan tipe spion melayu yang 
mengaku intel ketika menjalankan aksinya. Wajah Gayus tampak menegang. Sesekali 
jemarinya bergerak, seperti meremas sesuatu. Dia tampak cemas. Siang itu, 
mantan pegawai pajak itu menyampaikan “curhatnya” ke hadapan majelis 
hakim.“Berdasar cerita John Grice pada saya, John Grice bilang dia adalah agen 
CIA yang semua kegiatannya diketahui dan direstui oleh salah seorang anggota 
Satgas (Pemberantasan Mafia Hukum)," kata Gayus dalam di PN Jaksel, Jl Ampera 
Raya, Rabu (19/1/11) seperti dikutip dari detik.com.Teori konspirasi seakan 
dibuat nyata oleh Gayus. Entah untuk alasan apa. Satu yang pasti, kisah 
tindak-tanduk agen CIA (Central Intelligence Agency) di negeri ini berkali 
terjadi dan selalu berakhir pada pertanyaan yang sama: benarkah?Pengujung 
November 2008 lampau masyarakat geger. Adam Malik, pemuda angkatan 45, wartawan 
senior dan wakil presiden era Orde Baru disebut-sebut jadi spion CIA di 
Indonesia. Gara-garanya sebuah buku karya Tim Werner yang menyebutkan kalau dia 
menjalin kontak dan menerima sejumlah bantuan CIA untuk memberangus kelompok 
komunis pascaperistiwa G.30.S 1965.Pada halaman 330 dalam buku yang berjudul 
Membongkar Kegagalan CIA itu disebutkan kalau “Stasiun CIA (di Jakarta) 
memiliki seorang agen yang punya posisi baik: Adam Malik, mantan Marxis berusia 
48 tahun yang mengabdi sebagai duta besar Sukarno di Moskow dan menteri 
perdagangannya.”Informasi mengenai kedekatan hubungan antara Adam Malik dan 
Amerika Serikat (AS) sebetulnya sudah pernah beredar luas pada 2002. Saat itu 
Departemen Luar Negeri AS mempublikasi dokumen rahasia hubungan luar negeri AS 
dengan Indonesia pada periode 1964-1968. Dalam dokumen telegram yang dikirim 
oleh Marshal Green, Duta Besar AS di Jakarta, kepada Departemen Luar Negeri AS 
pada 1 Desember 1965, disebutkan kalau Green pernah memberikan uang Rp 50 juta 
kepada Adam Malik untuk mengendalikan Kelompok Aksi Pengganjangan (KAP) 
Gestapu.Sokongan kepada CIA kepada Adam Malik memang masuk akal apabila 
dikaitkan dengan kepentingan AS terhadap Indonesia dalam konteks Perang Dingin. 
“Indonesia di bawah Sukarno lebih cenderung untuk “mesra” dengan Soviet, ada 
kalanya juga lebih “romantis” dengan China,” kata Bernd Schafer dalam 
makalahnya, “Setting of the Cold War”.Dalam situasi saling merebut pengaruh itu 
masuk akal jika CIA menggunakan beragam cara untuk menjalin kerjasama dengan 
pihak yang anti komunis. Apalagi ketika Sukarno semakin lama semakin akrab 
dengan PKI dan tak ada jalan lain bagi AS kecuali menumbangkan kekuasaannya. 
Usaha Amerika lewat CIA untuk menumbangkan kekuasaan Sukarno telah telah 
berkali-kali dilakukan, terlebih ketika dia menginisiasi Gerakan Non-Blok pada 
1955 yang secara konsisten menentang kolonialisme dan imperialisme yang masih 
diusung negeri-negeri barat pada saat itu.George McTurnan Kahin dan Audrey 
Kahin dalam bukunya, Subversi Sebagai Politik Luar Negeri, menyuguhkan fakta 
kalau CIA terlibat langsung dalam pemberontakan PRRI/Permesta yang gagal di 
Sumatera dan Sulawesi. Buat Gedung Putih perlawanan yang dikobarkan oleh 
beberapa perwira Angkatan Darat yang berkoneksi dengan beberapa tokoh PSI dan 
Masyumi itu menjadi momentum untuk menjatuhkan Sukarno.Agen CIA menjalin 
hubungan rahasia dengan Sumitro Djojohadikusumo yang bertugas sebagai 
penggalang dana pemberontakan PRRI/Permesta. Allen Dulles, tokoh nomer wahid 
CIA langsung turun tangan untuk mengatur siasat operasi klandestin itu. 
Sejumlah perwira pembangkang seperti Simbolon, Ventje Sumual dan Ahmad Husein 
pun dijadikan partner dalam operasi subversif CIA untuk menumbangkan 
Sukarno.Pada kenyataannya CIA gagal. Pasukan PRRI lari tunggang-langgang 
diserang TNI di bawah kepemimpinan Jend. Nasution, perwira yang dikenal 
anti-komunis. Semua di luar dugaan AS. Bantuan senjata dan latihan tempur yang 
diberikan AS kepada pihak pemberontak sia-sia tanpa guna. Operasi bawah tanah 
CIA yang langsung dikontrol oleh kantor pusat CIA pun bubar. Para pemberontak 
tak sempat meledakkan instalasi minyak Caltex di Pekanbaru, Riau sebagaimana 
direncanakan oleh CIA yang kelak akan digunakan sebagai dalih AS menyerang 
Indonesia.Tapi AS tak mau menyerah. Lewat jejaring spionasenya ia masih saja 
berupaya mendongkel kekuasaan Presiden Sukarno. Lewat para pemberontak Permesta 
di Sulawesi Utara CIA terus menyokong perlawanan terhadap pusat. Namun 
lagi-lagi aksi klandestin CIA terbongkar ketika tentara Indonesia berhasil 
menembak jatuh pesawat yang dikemudikan Allen Pope, pilot berkewarganegaraan 
AS. Dia diadili dan dijatuhi hukuman mati. Pope diampuni setelah istri dan 
ibunya memohon pembebasannya kepada Presiden Sukarno.CIA juga disebut-sebut 
mendalangi upaya pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. Salah satu aksi 
pembunuhan yang gagal dan cukup menggegerkan adalah Peristiwa Cikini, 30 
November 1957. Dalam peristiwa itu 11 orang tewas seketika dan 30 lainnya 
mengalami luka-luka. Sebagian besar korban adalah anak-anak, siswa Perguruan 
Cikini. Presiden Sukarno yang baru saja selesai mengikuti bazaar di tempat 
anak-anaknya bersekolah itu tiba-tiba dilempari granat. Pengawal berhasil 
menyelamatkannya.Zulkifli Lubis disebut-sebut ada di balik percobaan pembunuhan 
itu. Dia yang juga dikenal sebagai pendiri intelijen Indonesia berkali-kali 
melakukan upaya pendongkelan Presiden Sukarno. Dalam peristiwa 17 Oktober 1952 
Lubis justru berseberangan dengan kelompok Nasution yang menjadi aktor 
penodongan moncong meriam ke Istana Merdeka namun pada pemberontakan PRRI dia 
memiliki peranan yang cukup penting.Amerika memang tak nyaman dengan gaya 
kepemimpinan Sukarno dan upayanya yang menggalang kekuatan dunia ketiga. 
Sukarno memang menyatakan kalau Gerakan Non-Blok tak memih kepada salah satu 
kekuatan, di Timur maupun di Barat. Namun demikian menurut pengakuan Sukarno 
dalam otobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesiamerasa lebih 
nyaman bekerjasama dengan Soviet setelah Presiden AS John Kennedy tewas. 
Tewasnya Kennedy memupuskan harapan hubungan Indonesia-AS untuk lebih akrab 
lagi.“Presiden Kennedy dapat memahami jalan pemikiranku...Andaikata Presiden 
Kennedy masih hidup, Indonesia dan Amerika Serikat mungkin tidak akan hanyut 
terpisah jauh satu sama lain,” kata Sukarno pada Cindy Adams.Amerika lewat 
tangan CIA tak pernah berhenti untuk menjatuhkan Sukarno. Mereka bahkan membuat 
sebuah film porno yang diperankan oleh seorang aktor berpostur seperti Sukarno. 
Sheffield Edwards pejabat tinggi CIA di era Allen Dulles otak di belakang 
pembuatan film cabul itu. Sukarno dijadikan bahan olok-olok oleh Amerika. Besar 
kemungkinan pula AS khawatir akan kehilangan pundi-pundi uangnya kalau Sukarno 
tetap menjadi presiden dan menasionalisasi seluruh aset perusahaan milik AS 
yang telah beroperasi di Indonesia sejak zaman kolonial.Penggulingan Sukarno 
bagi AS adalah tujuan yang masuk akal. Penggunaan aset-aset CIA di Indonesia 
pun menjadi keharusan untuk mendukung tujuan tersebut. Membandingkan keadaan 
era Sukarno dengan sekarang tentu berbeda. Sekarang pemerintah AS relatif tak 
punya halangan berarti di dalam menjalankan bisnisnya di Indonesia, apalagi 
semenjak pemerintah Suharto berkuasa. Jadi apakah Gayus benar dengan 
pengakuannya di Pengadilan? Satu yang pasti, CIA bukan tipe spion melayu yang 
mengaku intel ketika menjalankan aksinya.   #yiv9466108004 #yiv9466108004 -- 
#yiv9466108004ygrp-mkp {border:1px solid #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 
0;padding:0 10px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp hr {border:1px solid 
#d8d8d8;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp #yiv9466108004hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp #yiv9466108004ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp .yiv9466108004ad 
{padding:0 0;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp .yiv9466108004ad p 
{margin:0;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mkp .yiv9466108004ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-sponsor 
#yiv9466108004ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-sponsor #yiv9466108004ygrp-lc #yiv9466108004hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-sponsor #yiv9466108004ygrp-lc .yiv9466108004ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv9466108004 #yiv9466108004actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv9466108004
 #yiv9466108004activity span {font-weight:700;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv9466108004 #yiv9466108004activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv9466108004 #yiv9466108004activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv9466108004 #yiv9466108004activity span 
.yiv9466108004underline {text-decoration:underline;}#yiv9466108004 
.yiv9466108004attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv9466108004 .yiv9466108004attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv9466108004 .yiv9466108004attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv9466108004 .yiv9466108004attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv9466108004 .yiv9466108004attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv9466108004 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv9466108004 .yiv9466108004bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv9466108004 
.yiv9466108004bold a {text-decoration:none;}#yiv9466108004 dd.yiv9466108004last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv9466108004 dd.yiv9466108004last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv9466108004 
dd.yiv9466108004last p span.yiv9466108004yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv9466108004 div.yiv9466108004attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv9466108004 div.yiv9466108004attach-table 
{width:400px;}#yiv9466108004 div.yiv9466108004file-title a, #yiv9466108004 
div.yiv9466108004file-title a:active, #yiv9466108004 
div.yiv9466108004file-title a:hover, #yiv9466108004 div.yiv9466108004file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv9466108004 div.yiv9466108004photo-title a, 
#yiv9466108004 div.yiv9466108004photo-title a:active, #yiv9466108004 
div.yiv9466108004photo-title a:hover, #yiv9466108004 
div.yiv9466108004photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv9466108004 
div#yiv9466108004ygrp-mlmsg #yiv9466108004ygrp-msg p a 
span.yiv9466108004yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv9466108004 
.yiv9466108004green {color:#628c2a;}#yiv9466108004 .yiv9466108004MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv9466108004 o {font-size:0;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004photos div {float:left;width:72px;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004photos div div {border:1px solid 
#666666;height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv9466108004
 #yiv9466108004reco-category {font-size:77%;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004reco-desc {font-size:77%;}#yiv9466108004 .yiv9466108004replbq 
{margin:4px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-mlmsg select, #yiv9466108004 input, #yiv9466108004 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-mlmsg pre, #yiv9466108004 code {font:115% 
monospace;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-mlmsg #yiv9466108004logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-msg 
p#yiv9466108004attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-reco #yiv9466108004reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-sponsor 
#yiv9466108004ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-sponsor #yiv9466108004ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-sponsor #yiv9466108004ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv9466108004 #yiv9466108004ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv9466108004 
#yiv9466108004ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv9466108004 

   
  • [GELORA45] spionase kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
    • Trs: [GELORA45] spio... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]

Kirim email ke