10 warga Minahasa tenggara diduga korban perdagangan manusia
 Minggu, 8 April 2018 07:45 WIB
 
Ilustrasi Stop Human Trafficking (flickr.com/photos/duald)

Minahasa Tenggara (ANTARA News) - Sepuluh warga Kabupaten Minahasa Tenggara, 
Provinsi Sulawesi Utara yang ditelantarkan di Malaysia karena tergoda 
iming-iming menjadi tenaga kerja di negara jiran ini, diduga merupakan korban 
perdagangan manusia.

"Kami menduga sepuluh warga Minahasa Tenggara yang ditelantarkan di Malaysia 
karena dijanjikan menjadi tenaga kerja ini merupakan korban perdagangan 
manusia," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Minahasa Tenggara 
Robby Sumual, di Ratahan, Minggu.

Dia menuturkan, berdasarkan pengakuan para korban kepada keluarga mereka, 
setelah direkrut dari Minahasa Tenggara mereka kemudian dibawa ke Medan, untuk 
diperdagangkan.

"Menurut keluarga korban, setelah mereka dibawa ke Medan, para korban ini 
diperdagangkan oleh oknum yang merekrut mereka dengan kisaran harga Rp17 juta 
per orang," ujarnya.

Lebih lanjut diungkapkan Robby, status penyedia jasa tenaga kerja yang 
melakukan perekrutan bagi kesepuluh TKI tidak terdaftar di Disnaker Kabupaten 
Minahasa Tenggara.

"Termasuk sepuluh TKI ini tidak pernah tercatat sebagai pencari kerja. 
Sedangkan untuk penyedia jasa ini tidak terdata sebagai penyedia tenaga kerja 
secara resmi," ujarnya pula.

Robby menambahkan, para keluarga korban telah melaporkan oknum yang melakukan 
perekrutan sepuluh warga tersebut ke pihak kepolisian.

Juru Bicara Pemkab Minahasa Tenggara Franky Wowor menegaskan semua instansi di 
lingkungan Pemkab telah diperintahkan untuk melakukan koordinasi dengan Pemprov 
Sulut untuk dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

"Setelah kami menerima laporan tersebut, semua instansi terkait diperintahkan 
langsung melakukan penanganan secara cepat," katanya pula.

Dia menambahkan, berdasarkan informasi saat ini dari sepuluh warga tersebut, 
empat warga telah berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia, 
sedangkan enam warga lainnya belum diketahui keberadaannya.

Baca juga: P2TP2A Lebak: waspadai perdagangan manusia berkedok tawaran 
pekerjaan 
Pewarta: Arthur Ignasius Karinda
Editor: AA Ariwibowo

Kirim email ke