Fw: [GELORA45] Bicara Baik di Tahun Politik

2018-02-04 Terurut Topik 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]


From: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] 
Sent: Monday, February 5, 2018 2:52 AM
  



http://nasional.kompas.com/read/2018/02/04/11151441/bicara-baik-di-tahun-politik



Eki Baihaki
Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran, Dosen Fisip Universitas 
Langlangbuana (Unla). Pengurus ICMI Orwil Jabar 


dan Perhumas Bandung. Anggota Dewan Pakar Aspikom Jabar.

Bicara Baik di Tahun Politik
Eki Baihaki
Kompas.com - 04/02/2018, 11:15 WIB

Ilustrasi(PIXABAY.com)

Politisi adalah moralis "pemintal kata-kata" yang tak mudah kehilangan 
inspirasi dan selalu membicarakan kebenaran dan masa depan -- (Plato)


TAHUN 2018 adalah tahun politik. Ini karena pada 2018, Indonesia bakal 
menggelar 171 pemilihan kepada daerah (pilkada) secara langsung. Berlanjut ke 
tahun berikutnya pesta demokrasi untuk memilih anggota legislatif dan presiden. 
Yang pasti akan menghangatkan kompetisi bahkan memanaskan dunia politik Tanah 
Air.

Dalam pandangan idealis Plato, sejatinya kata-kata yang keluar dari mulut 
politisi adalah sarana mengembangkan kesadaran kemanusiaan untuk menyampaikan 
kebenaran dan keyakinan positif. Politisi adalah moralis "pemintal kata-kata". 
Meski pada sisi yang lainnya, menurut filsuf Perancis, Voltaire, "politik 
adalah seni merancang kebohongan".

Kemampuan berbicara adalah salah satu kemampuan dasar manusia yang paling 
esensial yang membedakan dengan makhluk lainnya. Akan selalu ada dinamika kalau 
berbicara terkait politik, bahkan selalu menimbulkan perdebatan ringan, hingga 
konflik. Nabi Muhamad SAW pun mengingatkan kita, "Jika kita tidak mampu 
berbicara baik, maka lebih baik diam."

Bahayanya lidah juga dingatkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yang 
mengingatkan, "Seseorang mati karena tersandung lidahnya. Dan, seseorang tidak 
mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulut akan membuat (pening) kepala, 
sedang tersandung kaki akan sembuh perlahan."

Bicara baik penting bagi nation branding Indonesia. Bicara diperlukan untuk 
membangun persepsi positif negara kita terkait dengan karakter, identitas, dan 
value yang dimiliki. Termasuk image tentang politik saat ini yang penuh 
kegaduhan dan terkesan saling cakar-cakaran dan menghalalkan segala cara.

Dinamika komunikasi politik kita saat ini diwarnai oleh gambaran buram yang 
diwarnai oleh perilaku aktor politik yang nyaris mendominasi kita setiap detik, 
setiap menit, setiap jam dalam hari-hari dengan mengumbar kata-kata persuasif, 
klise, dan terkadang bohong, disertai foto narsistik, dan seringkali tidak 
memberi inspirasi bermakna.

Saat ini dalam panggung politik Indonesia telah terjadi banyak distorsi yang 
penuh kegaduhan dan kepalsuan. Meminjam ungkapan Yudi Latif, saat ini bangsa 
kita sepertinya sedang memasuki "peradaban dangkal", yang senang memuja apa 
yang terlihat "luar biasa" meski penuh "kepalsuan".

Realitas politik saat ini menjadikan masyarakat awam bingung dalam memaknai 
realitas yang nyata atau maya. Yang asli atau manipulatif dalam dunia yang 
melebur penuh kegaduhan yang disumbang oleh para politisi. Juga konflik yang 
berkembang di media sosial.

Kita prihatin betapa mudahnya aktor dan simpatisan politik menuliskan umpatan, 
makian, dan kata-kata kotor lainnya hanya untuk mengungkapkan perbedaan 
pandangan, pendapat bahkan orientasi politiknya yang seolah tanpa norma dan 
aturan.

Memang berbicara dan berkomunikasi pada pada realitasnya bukanlah hal mudah.. 
Dari catatan historis sejak ribuan tahun yang lalu ada negara besar, kuat dan 
maju, pada masa 5000 tahunan Sebelum Masehi dapat hancur oleh sejenis penyakit 
yang terkait dengan komunikasi. Dalam bahasa Arab disebut penyakit tabalbul. 
Dalam bahasa Belanda babylonnische taalverwarring. Artinya, keseleo lidah.

Keseleo lidah dalam mengucapkan kata dan kalimat sehingga menimbulkan salah 
pengertian, mengundang perdebatan bertele-tele, atau meninggalkan inti 
substansi persoalan yang dibicarakan, melantur ke mana-mana.

Akibatnya penduduk Babilon saling berkonflik hingga berperang satu sama lain 
yang menyebabkan negara Babilon runtuh. Hal yang sesungguhnya potensial terjadi 
di negara kita, terutama dalam pembicaraan tentang politik.

Pada bidang politik saat ini kita nyaris kehilangan contoh adanya perdebatan 
yang santun dan mencerahkan dari politisi yang menjadi anggota legislatif yang 
ada di pusat maupun daerah terlebih pada saat menjelang pemilu maupun pilkada. 
Meski sesungguhnya makna politik bagi politisi yang memiliki integritas 
tidaklah senaif dan sedangkal yang dipersepsikan dan diaktualisasikan oleh 
sebagian besar politisi kita pada umumnya.

Berbicara yang baik terkait politik yang dilakukan oleh masyarakat dan terutama 
politisi akan senantiasa hadir dalam ruang dan waktu dalam beragam konteks 
kepentingan.

Seorang politisi yang telah mampu berbicara baik, hakikatnya telah melakukan 
personal branding bagi dirinya termasuk bagi partainya. Selanjutnya menumbuhkan 
reputasi baik bagi diri, partai bahkan bagi hadirnya Indonesia yang 

[GELORA45] Bicara Baik di Tahun Politik

2018-02-04 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


http://nasional.kompas.com/read/2018/02/04/11151441/bicara-baik-di-tahun-politik

Eki Baihaki
Eki Baihaki 

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran, Dosen Fisip Universitas 
Langlangbuana (Unla). Pengurus ICMI Orwil Jabar


dan Perhumas Bandung. Anggota Dewan Pakar Aspikom Jabar.


 Bicara Baik di Tahun Politik

Eki Baihaki
Kompas.com - 04/02/2018, 11:15 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi(PIXABAY.com)

/Politisi adalah moralis "pemintal kata-kata" yang tak mudah kehilangan 
inspirasi dan selalu membicarakan kebenaran dan masa depan -- (Plato)/



*TAHUN* 2018 adalah tahun politik 
. Ini karena pada 2018, 
Indonesia bakal menggelar 171 pemilihan kepada daerah (pilkada) secara 
langsung. Berlanjut ke tahun berikutnya pesta demokrasi untuk memilih 
anggota legislatif dan presiden. Yang pasti akan menghangatkan kompetisi 
bahkan memanaskan dunia politik Tanah Air.


Dalam pandangan idealis Plato, sejatinya kata-kata yang keluar dari 
mulut politisi adalah sarana mengembangkan kesadaran kemanusiaan untuk 
menyampaikan kebenaran dan keyakinan positif. Politisi adalah moralis 
"pemintal kata-kata". Meski pada sisi yang lainnya, menurut filsuf 
Perancis, Voltaire, "politik adalah seni merancang kebohongan".


Kemampuan berbicara adalah salah satu kemampuan dasar manusia yang 
paling esensial yang membedakan dengan makhluk lainnya. Akan selalu ada 
dinamika kalau berbicara terkait politik, bahkan selalu menimbulkan 
perdebatan ringan, hingga konflik. Nabi Muhamad SAW pun mengingatkan 
kita, "Jika kita tidak mampu berbicara baik, maka lebih baik diam."


Bahayanya lidah juga dingatkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu 
yang mengingatkan, "Seseorang mati karena tersandung lidahnya. Dan, 
seseorang tidak mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulut akan 
membuat (pening) kepala, sedang tersandung kaki akan sembuh perlahan."


Bicara baik penting bagi /nation branding/ Indonesia. Bicara diperlukan 
untuk membangun persepsi positif negara kita terkait dengan karakter, 
identitas, dan value yang dimiliki. Termasuk /image/ tentang politik 
saat ini yang penuh kegaduhan dan terkesan saling cakar-cakaran dan 
menghalalkan segala cara.


Dinamika komunikasi politik kita saat ini diwarnai oleh gambaran buram 
yang diwarnai oleh perilaku aktor politik yang nyaris mendominasi kita 
setiap detik, setiap menit, setiap jam dalam hari-hari dengan mengumbar 
kata-kata persuasif, klise, dan terkadang bohong, disertai foto 
narsistik, dan seringkali tidak memberi inspirasi bermakna.


Saat ini dalam panggung politik Indonesia telah terjadi banyak distorsi 
yang penuh kegaduhan dan kepalsuan. Meminjam ungkapan Yudi Latif, saat 
ini bangsa kita sepertinya sedang memasuki "peradaban dangkal", yang 
senang memuja apa yang terlihat "luar biasa" meski penuh "kepalsuan".


Realitas politik saat ini menjadikan masyarakat awam bingung dalam 
memaknai realitas yang nyata atau maya. Yang asli atau manipulatif dalam 
dunia yang melebur penuh kegaduhan yang disumbang oleh para politisi. 
Juga konflik yang berkembang di media sosial.


Kita prihatin betapa mudahnya aktor dan simpatisan politik menuliskan 
umpatan, makian, dan kata-kata kotor lainnya hanya untuk mengungkapkan 
perbedaan pandangan, pendapat bahkan orientasi politiknya yang seolah 
tanpa norma dan aturan.


Memang berbicara dan berkomunikasi pada pada realitasnya bukanlah hal 
mudah. Dari catatan historis sejak ribuan tahun yang lalu ada negara 
besar, kuat dan maju, pada masa 5000 tahunan Sebelum Masehi dapat hancur 
oleh sejenis penyakit yang terkait dengan komunikasi. Dalam bahasa Arab 
disebut penyakit /tabalbul/. Dalam bahasa Belanda /babylonnische 
taalverwarring/. Artinya, keseleo lidah.


Keseleo lidah dalam mengucapkan kata dan kalimat sehingga menimbulkan 
salah pengertian, mengundang perdebatan bertele-tele, atau meninggalkan 
inti substansi persoalan yang dibicarakan, melantur ke mana-mana.


Akibatnya penduduk Babilon saling berkonflik hingga berperang satu sama 
lain yang menyebabkan negara Babilon runtuh. Hal yang sesungguhnya 
potensial terjadi di negara kita, terutama dalam pembicaraan tentang 
politik.


Pada bidang politik saat ini kita nyaris kehilangan contoh adanya 
perdebatan yang santun dan mencerahkan dari politisi yang menjadi 
anggota legislatif yang ada di pusat maupun daerah terlebih pada saat 
menjelang pemilu maupun pilkada. Meski sesungguhnya makna politik bagi 
politisi yang memiliki integritas tidaklah senaif dan sedangkal yang 
dipersepsikan dan diaktualisasikan oleh sebagian besar politisi kita 
pada umumnya.


Berbicara yang baik terkait politik yang dilakukan oleh masyarakat dan 
terutama politisi akan senantiasa hadir dalam ruang dan waktu dalam 
beragam konteks kepentingan.


Seorang politisi yang telah mampu berbicara baik, hakikatnya telah 
melakukan /personal branding/ bagi dirinya termasuk bagi partainya. 
Selanjutnya menumbuhkan reputasi baik bagi diri, partai