*Mengapa selama ini propinsi-propinsi di Indonesia Timur (NTT, Maluku dan
Papua) adalah yang paling miskin? Apakah karena ada dosa yang membuat Allah
mengutuk**?*


http://www.kabartimur.co.id/detail/indeks/maluku/14337-Bicara-Kemiskinan-Maluku-Menkeu-Ditagih-Janji-DAU


Bicara Kemiskinan Maluku, Menkeu Ditagih Janji DAU
<http://www.kabartimur.co.id/detail/indeks/maluku/14337-Bicara-Kemiskinan-Maluku-Menkeu-Ditagih-Janji-DAU#>

Jumat, 09 Maret 2018, 00:17 WIBmaluku
<http://www.kabartimur.co.id/detail/indeks/maluku/14337-Bicara-Kemiskinan-Maluku-Menkeu-Ditagih-Janji-DAU#>

RUSADI ADJIZ/KABARTIMUR



*KABARTIMUR.co.id <http://KABARTIMUR.co.id>,AMBON*-Kedatangan Menteri
Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati di Ambon (7/3) diapresiasi.
Termasuk penilaian menteri soal tingkat kemiskinan daerah ini, tertinggi di
pedesaan. Tapi pemerintah pusat juga diingatkan merealisasikan janji-janji
untuk Maluku. Salah satunya soal penambahan DAU yang memperhitungkan luas
laut di tahun 2018.

Ketua Komisi A DPRD yang membidangi anggaran daerah Melkias Frans menagih
janji Presiden Joko Widodo yang sudah tiga kali ke Ambon. Terakhir kali
saat membuka sidang Tanwir Muhammadiyah di Ambon 24 Februari lalu, DAU ini
kembali ditagih oleh Gubernur Said Assagaff dan Wakil Gubernur Zeth
Sahuburua.

Kepada Ketua DPR/MPR RI Setya Novanto yang masih menjabat ketika itu, dan
ikut hadir di pembukaan Tanwir tersebut, Jokowi menyampaikan keinginan
Assagaff dan Sahuburua itu.

“Walaupun, Pa Setnov sudah tidak menjabat, tapi janji DAU itu layak
ditindaklanjuti. Sekarang kita pertanyakan kembali DAU yang dijanjikan
untuk Maluku itu,” kata politisi Partai Demokrat itu dihubungi Kabar Timur,
Kamis (8/3) melalui telepon seluler.

Bahkan nilai tambahan DAU yang diusulkan juga disebut-sebut kedua pasangan
kepala daerah itu, kata Frans, sebesar Rp 700 miliar. Yang dijanjikan akan
disikapi pemerintah pusat tahun ini.

“Tapi sampai hari ini seng ada kabar dari pemerintah pusat soal DAU yang
beberapa kali sudah ditagih itu,” ujarnya.

Soal stetmen Menkeu terkait tingkat kemiskinan di Maluku tertinggi di
wilayah pedesaan, menurut Frans tidak salah. Namun, itu juga salah satu
alasan mengapa Maluku mengusulkan tambahan DAU.

Yakni kondisi geografis Maluku yang sebagian besar terdiri dari wilayah
laut. Sehingga mengakibatkan high cost atau biaya tinggi, untuk
melaksanakan program pembangunan di desa yang sebagian besar berada di wila
  yah pesisir pulau-pulau.

Berharap pada Dana Desa dan Alokasi Dana Desa juga tidak bisa. Karena
implementasi program pemerintah pusat ini ternyata banyak menimbulkan
polemik di desa.

“Banyak Kepala-kepala desa itu masuk penjara karena tidak tahu
administrasi. Honor yang cuma Rp 200 ribu itu, bagaimana kepala desa seng
korupsi?” imbuhnya.

Terpisah Direktur Moluccas Freedom Institute (MFI) Faizal Yahya Marasabessy
dimintai pendapatnya soal optimisme Pemda Provinsi Maluku terhadap tambahan
DAU, mengaku ragu terhadap komitmen pemerintah daerah.

Menurutnya, pengelolaan dana pusat harus diikuti oleh komitmen yang kuat
dari pihak Pemda. Banyaknya peringkat disclaimer dari BPK RI terhadap
pengelolaan keuangan Pemda Maluku maupun Pemda Kabupaten/Kota yang perlu
dicermati.

Kelirunya eksekutif menerapkan politik anggaran, di lain pihak, legislatif
atau lembaga DPRD juga tak bertaring mengawal anggaran yang digunakan oleh
Pemda. “Banyak program pembangunan tidak tepat sasaran di daerah. Ini
karena DPRD Provinsi Maluku maupun DPRD Kabupaten/Kota gagal melakukan
fungsi pengawasan atas pengelolaan anggaran tersebut oleh eksekutif,”
katanya. *(KTA)*

Kirim email ke