Saya tetap TIDAK bisa mengerti tokoh-tokoh atau pejuang-pejuang yang katanya 
pembela RAKYAT, hanya bisa ber-GAGAH-GAGAH-an, Siap pasang badan! Tapi, tidak 
satupun yang cerdik bijaksana menemukan strategi-taktik perjuangan untuk 
memenangkan TUNTUTANNYA. Apa dikira dengan gagah berani pasang badan begitu, 
lalu bisa memenangkan tuntutan dan mempertahankan hak rakyat kecil, TETAP 
tinggal di Bukit Duri itu?

Bukankah disaat kekuatan kita masih sangat kecil sedang lawan yang dihadapi 
adalah pemerintah yang berkuasa dengan kekuatan maha dahsyat, kita harus 
menemukan taktik dan bentuk perjuangan yang bijaksana untuk memenangkannya. 
Bukan keras lawan keras, BERTAHAN mati-matian tanpa peduli jatuhnya KORBAN! Itu 
namanya membenturkan kepala pada batu! Yang PASTI bocor kepala kita dan KALAH! 
Akhirnya. juga PASTI akan tergusur juga dan warga Bukit Duri yang tidak hendak 
naik kerusun entah harus tinggal dimana, …! Lalu, tidak jelas apakah pak Jaya 
juga akan ikutan bareng tidur di kolong jembatan? Karena rumah elite nya tidak 
mungkin cukup menampung warga yang digusur itu! Hehehee, …

Cobalah berembuk sebaik-baiknya, untuk menemukan bentuk perjuangan bisa 
diteruskan setelah semua pindah di RUSUN, bahkan kekurangan yang masih terjadi 
di RUSUN itu, sebagaimana tuntutan mereka juga bisa bersama-sama diatasi dan 
menemukan jalan keluar yang lebih baik. Dengan demikian mengurangi jatuh 
KORBAN, penderitaan warga-miskin yang tidak perlu, sedang kehidupan warga Bukit 
Duri bisa terangkat lebih baik, hidup sebagai manusia layaknya!

Mudah-mudahan saja bisa, … mencapai penyelesaian secara damai dan kedua belah 
pihak mencapai kemenangan bersama! Pihak DKI Jakarta bisa meneruskan program 
pembenahan ibukota Jakarta sebagai rencana, sedang kesejahteraan rakyat kecil 
juga terangkat dengan lebih baik!

Salam,
ChanCT

Bukit Duri Digusur, Jaya Suprana Siap Pasang Badan
RABU, 21 SEPTEMBER 2016 | 23:00 WIB



Jaya Suprana. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Jaya Suprana, pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI) siap 
pasang badan berdiri di depan buldozer apabila terjadi penggusuran terhadap 
warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Ia  berani nekad untuk menghilangkan 
ketakutan warga Bukit Duri dari kabar penggusuran yang kian gencar dengan 
keluarnya Surat Peringatan ketiga  dari Pemerintah Kota Jakarta Selatan.

"Waktu itu warga ketakutan dan saat itu saya berupaya menghibur dan saya 
mengatakan saya siap kalau betul digusur saya berdiri di depan buldozer. 
Masalah itu nanti dilindes atau tidak, saya tidak peduli," kata Presiden 
Direktur PT Jamu Jago  saat dihubungi di Jakarta, Rabu 21 September 2016.

Jaya  Suprana mengaku memiliki hubungan emosional dengan warga Bukit Duri sejak 
perkenalannya dengan Sandyawan Sumardi, Direktur Ciliwung Merdeka. "Saya 
memiliki hubungan batin dengan warga Bukit Duri cukup lama," ujar dia. 
Sandyawan Sumardi, sejak tahun 2000, semakin intensif melalui kegiatan seni. 
"Melalui Ciliwung Merdeka, kami mengadakan konser rakyat untuk rakyat," Jaya 
Suprana berujar.

Hubungan itu makin erat ketika Pemda menggusur Kampung Pulo, Jakarta Timur. 
Jaya Suprana megaku terlambat mengetahui kabar penggusuran itu. "Saat 
penggusuran terjadi saya belum sadar. Sekarang warga Bukit Durilah yang belum 
tergusur." 



Baca Juga: Sandyawan Anggap Surat Penertiban Bukit Duri Ilegal 

Jaya Suprana meminta penggusuran ditunda lantaran masih ada proses gugatan yang 
masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tata Usaha 
Negara. "Penggusuran tidak boleh dilakukan sebelum ada keputusan pengadilan," 
katanya.

Sebelumnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengirimkan surat pernyataan ketiga 
untuk warga Bukit Duri, Jakarta Selatan. Direktur Ciliwung Merdeka, Sandyawan 
Sumardi, mengatakan surat tersebut ditolak warga Bukit Duri. "Surat itu sudah 
keluar, tetapi kami tidak menerima karena kami menolak," kata Sandyawan saat 
dihubungi di Jakarta, Rabu 21 September 2016.

Sandyawan mengatakan pada pertemuan warga di Mesjid Bukit Duri, Selasa 20 
September 2016, warga bertekad untuk melawan. Ia merencanakan perlawanan. 
"Warga akan tetap melawan, meskipun berbeda dengan perlawanan warga Kampug 
Pulo. Mungkin kami melawan dengan lebih berkebudayaan," kata dia. Sebabnya, 
warga Bukit Duri, lebih sedikit ketimbang warga Kampung Pulo.

Simak Pula: Sandiaga ke Rumah Susun, Ahok Akan Tetap Gusur Bukit Duri 

Selain itu, Sandyawan mengatakan pengiriman SP3 adalah ilegal. Sebab, gugatan 
warga Bukit Duri masih berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Sidang 
terakhir terhenti karena kuasa hukum memerlukan pertimbangan dari Pemerintah 
Provinsi dan Pemerintah Kota Jakarta Selatan. 

ARKHELAUS W


Kirim email ke