DUA USULAN PROGRAM UNTUK NADIEM MAKARIM (KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN)
Dalam upaya memajukan kesejahteraan bangsa, pemerintah di bawah Presiden Jokowi 
tengah melakukan tahapan besar percepatan pembangunan infrastruktur di berbagai 
daerah. Saya memahami bahwa keseluruhan upaya ini dilakukan untuk mendukung 
percepatan pembangunan di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan.
Sebagai tindak lanjut upaya ini, kini pemerintah tengah mencanangkan tahapan 
investasi sumber daya manusia secara masif. Tema utama program yang dicanangkan 
adalah “SDM (Sumber Daya Manusia) Unggul, Indonesia Maju.” Pendidikan vokasi 
yang lebih mengedepankan keterampilan akan menjadi perhatian utama.
Namun agar Indonesia memiliki SDM unggul, fokus utama yang tidak boleh 
diabaikan adalah  upaya pembangunan karakter secara efektif dan terus menerus. 
Setidaknya, fokus pembangunan karakter diarahkan pada empat hal, yakni: 
kejujuran, tanggung-jawab, keadilan, dan toleransi. 
Namun, untuk menjadikan manusia Indonesia menjadi “manusia terpercaya” 
(trustworthy person), pembangunan karakter saja tak cukup. Manusia Indonesia 
juga harus memiliki kapasitas (ilmu pengetahuan dan ketrampilan) memadai. 
Kapasitas yang harus dimiliki setidaknya berupa pengetahuan dan keterampilan 
yang dapat menjadi bekal hidup bagi dirinya dan keluarganya. Dengan tertanamnya 
karakter jujur, tanggung-jawab, adil dan toleran disertai kapasitas ilmu dan 
beragam keterampilan memadai pada setiap manusia Indonesia, akan menjadikan 
manusia Indonesia tak hanya unggul, tetapi juga terpercaya. Dalam lingkup lebih 
luas, sebuah bangsa yang mampu menumbuhkan manusia-manusia terpercaya, pada 
gilirannya juga akan menciptakan “masyarakat terpercaya” (trustworthy society). 
Perlu diingat, karakter dibangun melalui proses sosial yang terjadi dalam 
lingkungan keluarga, teman bermain, kelas, sekolah, tetangga dan bahkan kini 
lingkungan sosial digitalnya (cyber society). Keluarga biasanya menjadi tempat 
utama bagi tumbuh berkembangnya basis karakter diri. Kemudian, sekolah dan 
komunitas lebih berperan dalam membangun kompetensi emosional dan sosial. 
Dalam membangun karakter, jelas diperlukan keterlibatan seluruh anggota 
keluarga dan komunitas. "It takes a family and a village to raise a child with 
character."
Hal yang sama harusnya terjadi dalam membangun kapasitas ilmu pengetahuan dan 
keterampilan. Sinergi harus dilakukan dengan melibatkan orang-tua, tokoh 
pendidik, para aktivis sosial, ekonomi dan budaya. Para “champions” 
(social/business/cultural entrepreneurs) yang kini telah bekerja dan menjadi 
penggerak masyarakat di berbagai bidang harus diberi tempat, difasilitasi dan 
diperankan.
Pemerintah tak hanya berperan menjadi fasilitator, tetapi juga menjadi 
integrator yang menumbuhkan “jejaring aktivis sosial” agar terjadi sinergi 
dalam kerja-kerja nyata. Yang dilakukan pemerintah bukan sekedar merancang 
program, namun membangun gerakan melalui program-program. Kata "gerakan" 
menjadi kata kunci.
Agar seluruh derap gerakan ini tumbuh dan berkembang cepat, perlu dibangun 
wadah-wadah sentra pendidikan integratif berupa “kampung kampung ilmu” di 
seluruh pelosok tanah air. Di  kampung ilmu ini beragam fasilitas tepat-guna 
dan beragam program pendidikan dirancang dan dibangkitkan secara partisipatif 
dan integratif. Interaksi belajar dan mengajar berjalan 24 jam, baik melalui 
pertemuan-pertemuan pada “komunitas darat” (real world) maupun “komunitas 
digital” (cyber world). 
USULAN DUA PROGRAM UTAMA
Atas dasar pemikiran di atas, usulan saya tentang dua program yang harus 
dilakukan segera adalah:
1. Membangun database "champions" penggerak perubahan di berbagai bidang 
(pendidikan, sosial-ekonomi, budaya dan lingkungan), baik yang bekerja di 
lembaga-lembaga formal, nonformal maupun informal (pemerintah maupun swasta). 
Sambil pembangunan database dilakukan, pemetaan para champions dilakukan 
berdasarkan bidang dan wilayah kerja utama mereka. Pemerintah perlu segera 
mensinergikan para champions ini dalam sebuah jaringan kerja (connecting the 
dots). Program-program kerja disusun secara partisipatif (tak lagi bertumpu 
pada rancangan birokratis rutin pemerintahan), dan pada tingkat aksi, program 
dilaksanakan dengan melibatkan generasi muda visioner yang telah memiliki 
pengalaman kerja sosial setidaknya selama 5 tahun.
Untuk memfasilitasi tumbuhnya gerakan pendidikan secara nyata di tingkat 
komunitas, pemerintah bersama para aktivis penggerak pendidikan melakukan 
pemetaan wilayah untuk menentukan wilayah-wilayah mana yang akan dijadikan 
sentra-sentra pendidikan komunitas percontohan (kampung-kampung ilmu). 
2. Setelah pemetaan dilakukan, program dirancang secara kontekstual dengan 
memperhatikan potensi lingkungan dan masyakarat dalam komunitas yang akan 
dibangun. Keterlibatan para champions menjadi sangat penting. Jadikan perangkat 
birokrasi daerah sebagai pendamping pelaksana program. Namun jangan jadikan 
mereka sebagai aktor garis terdepan yang menentukan langkah-langkah program. 
Ini penting agar perubahan lebih pasti dan cepat terjadi. Bangun pusat gerakan 
pendidikan berupa kampung ilmu di berbagai daerah. Di kampung-kampung ilmu yang 
tersebar di seluruh pelosok tanah air inilah para inovator pendidikan 
berkumpul, bersinergi, dan membangun perubahan.
Semoga terjadi perubahan berarti!
Imam B. Prasodjo

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke