https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi

Kamis 08 Maret 2018, 11:52 WIB

Analisis Zuhairi Misrawi
Dua Wajah Arab Saudi

Zuhairi Misrawi - detikNews

Zuhairi Misrawi
<https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>

Share *0* <https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>
Tweet <https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#> Share
*0* <https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#> 19
komentar <https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>

[image: Dua Wajah Arab Saudi] Zuhairi Misrawi (Foto: Ari Saputra)

<https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>
<https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>
<https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>
<https://news.detik.com/kolom/d-3904996/dua-wajah-arab-saudi#>

*Jakarta* - Muhammad bin Salman (MBS) dalam seminggu ini melakukan lawatan
luar negeri yang bersejarah. Setelah kunjungan ke Mesir, ia akan
melanjutkan lawatan ke Inggris dan Amerika Serikat. Lawatan tersebut
ditengarai sebagai upaya meneguhkan kepemimpinan MBS di Arab Saudi.

Di Mesir, MBS disambut sangat meriah oleh Presiden Abdul Fattah el Sisi
dalam misi investasi besar dan bantuan proyek pembangunan, termasuk juga
bantuan untuk al-Azhar. Di Inggris dan Amerika Serikat (AS) secara khusus
ia akan menjajal saham ARAMCO, yang dianggap sebagai saham paling
menjanjikan dalam sejarah. Inggris dan AS sangat tertarik untuk ambil
bagian dalam saham ARAMCO.

Meskipun demikian, kunjungan MBS ke Inggris dan AS ditengarai tidak akan
berjalan mulus. Pasalnya para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) akan
melakukan demonstrasi untuk menekan Arab Saudi yang masih dianggap banyak
melakukan pelanggaran HAM. Cilakanya, pelanggaran yang dilakukan Arab Saudi
tidak hanya terkait dengan warganya, tetapi juga terkait dengan perseteruan
geopolitik di kawasan Teluk dan Timur-Tengah secara umum.

Memang, negara-negara Barat juga terlihat melakukan standar ganda dalam
konteks pelanggaran HAM yang dilakukan kerajaan Arab Saudi. Negara-negara
Barat cenderung menganakemaskan Arab Saudi, karena dianggap tidak
memberikan sanksi yang setimpal perihal pelanggaran HAM yang dilakukan Arab
Saudi. Bahkan, sampai detik ini Arab Saudi termasuk salah satu negara yang
belum meratifikasi HAM.

Simon Tisdall di Harian *Guardian* mengkritik pemerintah Inggris yang dalam
sejarah cenderung "menjilat" kepada Arab Saudi. Misalnya kasus yang menimpa
Raif Badawi, seorang *blogger* yang dipenjara selama 10 tahun karena
memperjuangkan HAM, sekularisme, dan demokrasi di negaranya. Tidak hanya
itu, Badawi dicambuk sebanyak 50 kali di muka umum pada 2015 di Jeddah. Ia
hampir meninggal dunia akibat perlakukan rezim Arab Saudi yang menutup
rapat-rapat pintu kritik. Tisdall mendesak pemerintah Inggris agar tidak
"menjilat" pada Arab Saudi.

Kasus yang menimpa Badawi mendapatkan perhatian para aktivis HAM. Kunjungan
MBS ke Inggris akan menjadi kesempatan bagi para aktivis HAM untuk
melayangkan protes kepada MBS dan pemerintah Inggris. Ada dua isu menonjol
yang mendapat perhatian para aktivis HAM. Pertama, MBS harus memberikan
ruang kebebasan berpendapat bagi warga Arab Saudi, memperlakukan para
tahanan politik secara manusiawi, dan membebaskan seluruh tahanan politik.

Ada ribuan warga, termasuk para ulama yang kontra-rezim yang sampai detik
ini masih mendekam di penjara. Inggris diharapkan dapat menekan MBS agar
menghormati HAM. Di samping itu, masih banyak para aktivis, pemikir, dan
guru besar yang memilih untuk eksodus dari negaranya karena khawatir
dipersekusi dan didiskriminasi oleh MBS jika kembali ke Arab Saudi.

Kedua, MBS harus menghentikan serangan di Yaman, karena sudah terbukti
menjadikan Yaman porak-poranda. Intervensi Arab Saudi di Yaman telah
menjadikan masa depan negara yang sedang berkonflik tersebut semakin tidak
menentu.

Ironisnya, senjata yang digunakan oleh Arab Saudi di Yaman di antaranya
dibeli dari Inggris. Konon, total belanja senjata Arab Saudi dari Inggris
sejak 2015 mencapai 4,6 miliar poundsterling. Jadi, kalau mau jujur,
Inggris sebenarnya mempunyai peran besar dalam jatuhnya korban dan
penderitaan yang masif di Yaman, karena senjata-senjata mematikan yang
dipakai oleh tentara koalisi Arab Saudi berasal dari Inggris.

Hubungan antara Arab Saudi dan Inggris mempunyai sejarah yang panjang.
Bahkan berdirinya Kerajaan Arab Saudi merupakan "hadiah" dari Inggris
dengan kompensasi mematuhi kepentingan Inggris di kawasan. Sebaliknya, Arab
Saudi akan mendapatkan kemudahan dalam hal persenjataan dari Inggris.

Ketiga, beberapa bulan lalu ada *monitoring* yang menegaskan bahwa Arab
Saudi berperan dalam maraknya ekstremisme di Inggris. Kelompok-kelompok
ekstremis diduga kuat mendapatkan bantuan dari Arab Saudi. Wahabisme memang
terlihat agresif di Inggris, bahkan di antara mereka ditengarai terlibat
dalam aksi terorisme.

Maka dari itu, kunjungan MBS ke Inggris mendapatkan perhatian luas dari
para penggiat HAM. Perdana Menteri Inggris tidak boleh menutup mata
terhadap catatan buruk Arab Saudi dalam konteks pelanggaran HAM, baik di
Arab Saudi sendiri maupun di negara-negara Teluk dan Inggris sendiri.

Meskipun kita juga tidak bisa menutup mata manuver yang dilakukan MBS untuk
meneguhkan moderasi Islam di Arab Saudi. Beberapa kebijakan yang memberikan
ruang kepada perempuan, baik untuk mengemudi mobil maupun menduduki posisi
penting di kabinet, bahkan yang paling mutakhir perempuan boleh menjadi
tentara. Konser-konser musik mulai bisa dinikmati, meskipun para
penontonnya dilarang bergoyang, karena bergoyang masih dianggap haram.

Warga Arab Saudi, khususnya kaum milenial masih melihat MBS sebagai sosok
yang memberikan harapan bagi masa depan mereka. Di kalangan milenial,
beberapa kebijakan MBS mendapat dukungan yang sangat signifikan.

Itulah dua wajah Arab Saudi yang di permukaan seolah-olah memberikan
harapan dengan terobosan MBS yang terbilang spektakuler. Namun agenda
terbesar adalah ruang kebebasan berpendapat yang masih menjadi pekerjaan
rumah serius. MBS ditengarai tidak akan mengambil langkah besar untuk
memberikan ruang kritik dan kebebasan berpendapat. Pasalnya semua media
Arab Saudi selama ini masih dikontrol oleh kerajaan. Pihak-pihak yang
melakukan kritik terhadap kerajaan akan mendapatkan perlakuan diskriminatif.

Begitu halnya intervensi Arab Saudi di Yaman dan Bahrain masih menjadi
masalah serius, karena belum ada titik-temu untuk memilih meja perundingan
sebagai solusi bagi Yaman. Langkah Arab Saudi yang kerap menggunakan
senjata mematikan akan menjadikan Yaman semakin tidak menentu.

Maka dari itu, perlu kebesaran dari MBS untuk mengambil langkah-langkah
revolusioner untuk menjadikan Arab Saudi lebih menghormati HAM dan
menciptakan perdamaian di kawasan. Jika tidak, maka langkah yang diambil
MBS pada hakikatnya hanya untuk melanggengkan jalannya untuk menjadi orang
nomor wahid di Arab Saudi. Tak lebih dan tak kurang dari itu.

*Zuhairi Misrawi* *intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan
politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta*

Kirim email ke