- Pesan yang Diteruskan - Dari: Chalik Hamid
Kepada: Yahoo! Inc.
; Jaringan Kerja Indonesia
; Gelora 45
; Sastra Pembebasan
; Yahoo! Inc.
; Yahoo! Inc. ;
DISKUSI FORUM HLD Terkirim: Jumat, 9 Februari
2018 19.26.35 GMT+1Judul: Fw: [perhimpunanpersaudaraan] Pengamat Sebut PDIP
Dapat Penilaian,Negatif di Jabar, Ini Penyebabnya
Seharusnya PDIP memperoleh penilaian positif karena menghargai agama lain,
bukan hanya islam.
- Pesan yang Diteruskan - Dari: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl
[perhimpunanpersaudaraan] Kepada:
"GELORA45@yahoogroups.com" ;
nasional-l...@yahoogroups.com ;
"temu_er...@yahoogroups.com" ; Persaudaraan
; Sahala Silalahi
Terkirim: Jumat, 9 Februari 2018 18.57.51 GMT+1Judul:
[perhimpunanpersaudaraan] Pengamat Sebut PDIP Dapat Penilaian,Negatif di Jabar,
Ini Penyebabnya
https://news.detik.com/berita/d-3859625/pengamat-sebut-pdip-dapat-penilaian-negatif-di-jabar-ini-penyebabnya?_ga=2.17730873.1418109247.1518198878-1895700211.1518198878
Jumat 09 Februari 2018, 20:41 WIB
Pengamat Sebut PDIP Dapat Penilaian
Negatif di Jabar, Ini Penyebabnya
Haris Fadhil - detikNews Share 0Tweet Share 00 Komentar
Diskusi soal hoax di DPP PDIP, Jumat (9/2/2018) Foto: Haris Fadil/detikcom
Jakarta -
Pendiri Politicawave Yose Rizal menyebut, berdasarkan penilaiannya dari
aktivitas di media sosial, PDIP mendapat penilaian negatif di Jawa Barat. Hal
itu, disebutnya, karena PDIP masih dikaitkan dengan dukungannya terhadap Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur saat Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Politik-politik primordial ini kan masih cukup tinggi ya. Jadi kemarin seperti
di Jakarta, PDIP juga masih banyak dianggap kayak partai dianggap pendukung
calon yang kemarin itu disampaikan bukan calon yang islami. Karena kemarin
kasus Ahok dan lain-lain. PDIP di Jawa Barat masih banyak ditempelkan dengan
atribut seperti itu. Apalagi kalau ketika calon yang ditampilkan secara
popularitas belum terlalu dikenal kan. Jadi lebih banyak disorot dari partainya
dan keterkaitan pilkada sebelumnya," kata Yose seusai diskusi publik 'Melawan
Hoax' di DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat (9/2/2018).
Pendapat ini disampaikan berdasarkan pantauan dari pembicaraan di media sosial,
seperti Facebook dan Twitter. Dia mengatakan gambaran itu bisa berubah seiring
proses pilkada yang terus berjalan.
"Gambarannya sampai saat ini begitu ya. Ini kan proses awal tergantung mesin
partainya, relawan bergerak. Dalam banyak kasus bisa berubah. Kalau social
media Facebook sama Twitter ya kalau politik ya. Tapi juga pemberitaan di media
digital ada juga dari YouTube dari Instagram," paparnya.
Sementara itu, masih berdasarkan penilaian dari aktivitas di media sosial, Yose
menyebut Ganjar Pranowo lebih mendapat respons positif daripada lawannya di
Jawa Tengah. Hal itu disebutnya karena Ganjar cukup aktif di media sosial,
seperti Twitter.
"Ganjar ini banyak diakui prestasinya juga ya. Kemudian di Twitter juga cukup
aktif ya sebagai gubernur yang dia menerima masukan-masukan dari Twitter dan
dia cukup cepat responsnya. Ini sedikit-banyak membantu posisi dia. Kalau
Sudirman Said mungkin selama ini dia di kancah nasional juga tidak terlalu lama
jadi menteri. Sebelumnya juga belum terlalu dikenal. Jadi ya secara popularitas
masih di bawah Ganjar, terutama di Jawa Tengah," kata Yose.
Untuk Jawa Timur sendiri, Yose menilai respons terhadap para bakal calon
gubernur, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa, masih
seimbang di media sosial. Hal ini disebutnya disebabkan Khofifah dan Gus Ipul
telah 3 kali mengikuti pilgub Jatim.
"Gus Ipul sama Khofifah ini kan sudah 3 kali ikut proses pilkada di Jatim
dengan hasil yang tidak jauh berbeda. Jadi posisinya menggambarkan dari
pilkada-pilkada sebelumnya. Kira-kira begitu. Jadi cukup ketatlah. Sebenarnya
ini sudah pertarungan mereka yang ketiga kan," kata Yose.
Yose menyebut media sosial semakin penting dalam keperluan kampanye. Dia
menyarankan para calon dan tim suksesnya tidak menggunakan kampanye hitam untuk
mendongkrak suara.
"Jelas social media makin penting ya. Sudah dibuktikan dari berbagai pilkada,
berbagai pilpres, socmed ini bisa mengubah persepsi masyarakat. Jumlah
masyarakat milenial kita ini semakin tinggi seiring bonus demografi di
Indonesia. Jadi sekarang itu pemilih muda itu jumlahnya besar sekali. Pemilih
muda ini kan bagaimana cara mereka berinteraksi benar-benar dari layar HP
mereka, which is social media," ujarnya.
"Masyarakat sudah mulai pintar jangan para calon gubernur atau calon wali kota
hanya berjargon bahwa kita tidak akan melakukan black campaign tapi akun
pendukungnya melakukan black campaign itu sesuatu yang direspons negatif juga
oleh netizen," jelas Yose.
(haf/fdn)