UNDUHAN DARI FB Muhammad IlhamFadli 07-04-2018 17 menit · Kota Padang · PENGUSAHA CINA DAN POLITIK ORDE BARU Sejak kecil, saya teramat suka menghafal nama-namapengusaha Cina Indonesia. Sebagaimana halnya dengan nama-nama pemimpin-pemimpinbesar dunia. Semua itu saya dapatkan dari majalah Tempo dan Panji Masyarakat(Panjimas) serta majalah Suara Muhammadiyah yang dilanggani ayah saya sejaktahun 1980. Majalah yang datangnya selalu telat. Paling cepat 1minggu dari tanggal terbitnya. Maklum, Air Bangis, kampung saya masa itu masihberada dalam kategori kampung terisolir. Listrik saja masuk tahun 1984. Itupunlistrik diesel di dua masjid besar yang kemudian di bagi ke beberapa rumahhanya untuk dua atau tiga buah lampu. Rentang hidupnya hanya jelang maghrib.Pukul 10 malam, Air Bangis kembali kelam “basipek”. Pada masa-masa inilah saya yang telah mulai sekolahdi Sekolah Dasar, sering melihat foto-foto pengusaha Indonesia yang berasaldari etnik Cina/Tionghoa.. Ada William Soerjawidjaja – bosnya Astra, PrajogoPangestu “bosnya kertas/pulp”, Eka Tjipta Widjaja “siraja minyak goreng”, BosLippo Mocthar Riyadi, Keluarga Sampoerna, Syofyan Wanandi (aktifis ’66 :adiknya bos “think thank” Orde Baru CSIS, Jusuf Wanandi), The Kian Seng aliasMohammad Bob Hassan (mantan Menteri Perdagangan dan Perindustrian era Soeharto)…… dan yang paling populer, Om Liem alias Soedoeno Salim atawa Liem Shie Liong. Saya sering bertanya pada ayah, “siapakah mereka?”. Almarhum ayah selalu menjawab, “pengusaha Indonesiaetnik Cina. Kesayangan Soeharto. Mereka orang kaya. Soeharto butuh mereka”.Jawaban yang cukup bagi saya. Dengan jawaban seperti itu, saya hanya berfikirbahwa pantas mereka sering berfoto dengan Presiden Soeharto. Pantas merekasering diliput media massa. Maklum, sahabat baik Presiden. Itu saja. Saya takpunya kemampuan untuk menganalisis lebih lanjut. Seiring berjalannya waktu, saya mulai memahamibagaimana seorang penguasa senantiasa berkepentingan terhadap pengusaha.Sehingga tidaklah mengherankan apabila kasus-kasus interaksi politik, selaluberbau “fulus” (pengusaha). Terdapat hubungan simbiosis mutualis. Hubungansaling menguntungkan. Buku Ong Ho Kham, “Anti Cina, Kapitalisme Cina danGerakan Cina” yang diterbitkan (ulang) oleh Komunitas Bambu Yogyakarta sertabuku klasik “Tionghoa dalam Pusaran Politik” karangan Benny G. Setiono (bukuini saya beli tahun 1996 di pasar loak dengan menteng Jakarta, kalau taksalah), menjelaskan dengan baik hubungan simbiosis mutualis ini dari aspekkausalitas historis. Jadi tidaklah mengherankan, dalam konteks OrdeBaru, untuk memastikan seluruh mesin politiknya yang membutuhkan biaya besarbisa bergerak sebagaimana mestinya, Soeharto berkepentingan untuk menjagahubungan baik dengan para pengusaha (etnis Cina) ini. Dalam sebuah wawancara disalah satu majalah (saya lupa nama majalahnya), pengusaha Sofjan Wanandi,mengatakan bahwa bahwa sebelum Pemilu dimulai, Soeharto akan memanggilpengusaha-pengusaha etnik Cina tersebut dan meminta dana dari mereka. Biasanya,Om Liem ditunjuk sebagai “yang dituakan” untuk mengumpulkan dana. Ia memberikan konsesi dankeistimewaan-keistimewaan, sebagaimana yang diakui oleh Om Liem dalam bukunya“Liem Sioe Liong’s Salim Group: The Business Pillar of Suharto’s Indonesia”(saya tidak pernah membaca buku ini secara utuh. Saya hanya membaca resensiserta kritik bukunya di beberapa media, beberapa tahun lalu). Dalam buku ini, Om Liem mengakui bahwa apa yangdiberikannya selama ini buat Soeharto adalah bentuk “balas budi”. Bahkan, “balasbudi” tersebut bukan hanya kepada mesin politik yang mendukung agar stabilitaspolitik Orde Baru berjalan sebagaimana yang diharapkan Soeharto, Liem bahkanmemberikan sebagian saham di beberapa perusahaannya kepada keluarga Soeharto.Untuk anak tertua Soeharto, Mbak Tutut alias Siti Hardijanti Indra Rukmana danSigit Harjojudanto diberi saham “duduk tanpa kerja” di Bank Central Asia (BCA). Sepupu Soeharto, Sudwikatmono, termasukkroni-kroninya, juga kaya mendadak akibat manisnya hubungan Soeharto dengan pengusahaChina. Bacalah buku karangan Richard Robinson, “Soeharto dan BangkitnyaKapitalisme di Indonesia”. Tentakelnya akan terlihat dengan nyata. Bahkan,besan Soeharto – Soemitro Djojohadikusumo (ayahnya Prabowo Subianto) – dianggapsebagai salah satu ekonom yang meletakkan dasar mesranya hubungan Soehartodengan pengusaha-pengusaha etnik Cina ini. Walaupun belakangan, pak Mitromengkritisi gaya politik Soeharto yang berujung pada tidak harmonisnya hubungandiantara dua besan ini. Wallahu a’lam. Bagi saya : Ada Cina yang jelek, sebagaimana juga berlaku pulapada etnik yang lain. Banyak saudara-saudara kita etnik Cina yang baik,sebagaimana yang juga di etnik yang lain. Ada etnik Cina yang koruptorsebagaimana yang lain pula. Tapi sudahlah. Kita semuanya cinta Indonesia. Bukan membencinegara sendiri, menaikkan-naikkan negara lain. Dalam setiap konflik sosial,akan selalu ada pihak-pihak yang memanfaatkannya. Dan yakinlah …….. biasanyatak tulus. Bukan salah bunda mengandung. Tak ada yang maudilahirkan sebagai mata sipit, rambut keriting ataupun kulit sawo matang.Semuanya karena takdir Allah SWT. Kalau saya boleh memilih, saya ingindilahirkan (mohon maaf) dari rahim istri Sri Sultan Hassanal BolkiahMu’azziddin Waddaulah (Sultan Brunei :) ) atau punya ayah bernamaKareem Abdul Jabbar – itu …. lho pebasket muslim terkenal era 80-an. Kalau ituyang berlaku, maka ….. facebook ini akan saya beli. Biar Mark Zuckenberg ternganga..Tapi sayang, ayah saya hanya punya perusahaan mesin jahit kelas kampung yang“megap-megap”, sesuai dengan namanya MELARAT Tailor. Ya ….. jadilah sepertiini. SUMBER:: Muhammad Ilham Fadli | | | | | | | | | | | Muhammad Ilham Fadli PENGUSAHA CINA DAN POLITIK ORDE BARU Sejak kecil, saya teramat suka menghafal nama-nama pengusaha Cina Indonesi... | | |
[GELORA45] Fw: PENGUSAHA CINA DAN POLITIK ORDE BARU
'K. Prawira' k.praw...@ymail.com [GELORA45] Sat, 07 Apr 2018 12:27:06 -0700