Korea Utara Vs Amerika: Hentikan Latihan Perang Korea Selatan--ASReporter: Budi RizaEditor: Budi RizaSabtu, 3 Februari 2018 11:25 WIB Tiga kapal induk Amerika Serikat, USS Nimitz, USS Ronald Reagan, dan USS Theodore Roosevelt, bersama gugus tempurnya mengikuti latihan bersama antara Amerika dan Korea Selatan di perairan Jepang, pada 12 November 2017. Latihan ini disebut sebagai peringatan terhadap Korea Utara. South Korea Defense Ministry via AP TEMPO.CO, Pyongyang - Kementerian Luar Negeri Korea Utara meminta pemerintah Korea Selatan dan Amerika Serikat menghentikan latihan perang setelah Olimpiade Musim Dingin PyeongChang kelar digelar pada akhir Februari ini dalam surat yang dikirim kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menlu Korea Utara, Ri Yong Ho, memperingatkan jika latihan militer itu kembali digelar maka Pyongyang akan melihatnya sebagai bentuk invasi. Rudal Hwasong-15 Korea Utara yang diklaim menjangkau daratan Amerika. Kredit: Daily Mail Baca: Korea Utara Pasang Radio Pelacak Sinyal di Perbatasan Cina “Setiap kali latihan militer itu digelar, kedamaian dan keamanan Semenanjung Korea menjadi terancam. Dan konfrontasi serta ketidak-percayaan antar-Korea meningkat tinggi. Ini menciptakan kesulitan besar dalam membangun dialog,” kata Ri dalam surat itu, seperti dilansir Reuters, Jumat, 2 Februari 2018. Baca: Trump Undang Pembelot Korea Utara Hadiri Pidato Kenegaraan Ri mengatakan Korea Utara akan berperan aktif membangun hubungan baik dengan Korea Selatan tapi,”Kami tidak akan duduk diam jika upaya kami itu dipadamkan (dilempar handuk basah).” Tiga kapal induk Amerika Serikat, Ronald Reagan (CVN 76), USS Theodore Roosevelt (CVN 71), dan USS Nimitz (CVN 68), berlayar bersama dari Korea Selatan, 12 November 2017. Ketiga kapal induk dan gugus tempurnya berada Pasifik Barat, saat situasi di Semenanjung Korea memanas dan Donald Trump berkunjung ke Asia. Courtesy Aaron B. Hicks/U.S. Navy/Handout via REUTERS Ri juga membantah dialog antar dua Korea terjadi karena sanksi terkeras oleh PBB, yang diponsori AS, dengan memuji ini sebagai kebijakan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Media resmi Korea Utara juga mengatakan Amerika terindikasi mencoba menciptakan panggung konfrontasi pada ajang Olimpiade. Ini terjadi lewat pernyataan bahwa hasil positif yang dicapai lewat dialog dua Korea bakal lenyap pasca berakhirnya Olimpiade.