Mahasiswa Indonesia Masuk Tiga Besar Kontes Clinical-Case Asia
Senin, 16 April 2018 | 7:49

http://sp.beritasatu.com/home/mahasiswa-indonesia-masuk-tiga-besar-kontes-clinical-case-asia/123621



Priscilla Daniego Pahlawan (tengah) foto bersama Tjoki Apriamda Siregar 
Minister Counsellor Political Affairs (kiri) dan John Tjahjanto Boestam 
Minister Counsellor (Kanan), KBRI di Singapura.[Istimewa] 

Berita Terkait

  a.. ADSvokat, Aplikasi Promosi yang Sasar Mahasiswa 
  b.. Mahasiswa Harus Jadi Agen Perubahan Forum Genre 
  c.. Kebijakan UKT Meringankan Siswa Ekonomi Lemah 
  d.. Mahasiswa UB UBAH Ciptakan Permen Antihiperkolesterol 
  e.. Mahasiswa Edar Sabu dan Ganja di Kampus
[JAKARTA] Mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandung, 
Priscilla Daniego Pahlawan (30) masuk tiga besar, tepatnya juara ke-2 setelah 
wakil dari Malaysia dan juara ke-3 wakil dari Filipina dalam ajang lomba karya 
ilmiah tingkat Asia di "Global Clinical Case Contest 2017/2018" oleh salah satu 
produsen peralatan gigi terkemuka dunia, di Singapura, Kamis (12/4). Oleh 
karena itu, ia mengucapkan syukur kepada Tuhan dan berterima kasih atas semua 
pihak yang mendukungnya.

Hal itu disampaikan Priscilla Daniego Pahlawan dalam siaran persnya Minggu 
(15/4). Dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis konservasi 
gigi semester IV ini menceritakan, sebelum di level Asia, Pia, begitu dia akrab 
disapa, pada akhir Januari 2018, memenangi Clinical Case Contest 2017-2018 
skala nasional di Jakarta.

Pada ajang itu, Pia membawa tema "The Digital Smile Design" dengan judul 
"Memperbaiki gigi geligi rahang atas dengan direct komposit dengan ceram X 
speretec universal" (Improving upper front teeth direct composite restoration 
with Ceram X Spheretec Universal".

Sederhananya adalah siapa pun punya peluang memiliki senyum ideal. Namun, pada 
beberapa kasus seseorang tidak semua orang memiliki bagian-bagian gigi, mulut, 
rahang, hingga jaringan pendukung gigi, memiliki kondisi yang bagus.. "Untuk 
kasusnya yang kami paparkan adalah upaya rehabilitasi satu mulut dengan kondisi 
kerusakan gigi yang belum begitu parah masih dibenahi. Jadi, smile design itu 
seperti mengubah bentuk geligi, tetapi dengan perhitungan tersendiri. 
Tahapannya, kita membuat foto klinis dulu, lalu menjelaskan ke pasien,” kata 
Pia.

Dari situ, lanjut Pia, pasien kemudian diminta mengisi kuesioner dari aplikasi 
perencana digital "visagismile" untuk membuat preferensi akhir bentuk gigi. 
Proses berikutnya adalah pembuatan geligi baru dengan sentuhan seni. "Di situ 
ada 'art' (seni) karena tak semuanya pake alat cetak," kata Pia.

Jadi, tambah Pia, prosesnya tidak sesederhana itu. Ada banyak tahapan yang 
harus dilalui misalnya harus melakukan foto klinis gigi dan mengerjakan banyak 
hal.

Dalam proses lomba, Pia didampingi oleh seorang dosen pembimbing yakni Drg 
Taofik Hidayat SpKG (K). Total peserta lomba sebanyak 129 tim dari berbagai 
negara di Asia. Dari jumlah itu, lima perwakilan dari lima negara berhasil 
masuk dalam lima besar yakni dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Taiwan dan 
Thailand.

Dia berharap dukungan dan doa pihak terkait tetap berlanjut hingga ke kontes 
serupa di tingkat dunia di Jerman Juli tahun ini demi mengharumkan dan membawa 
nama Indonesia pada ajang itu. "Pihak Dirjen Dikti sudah tahu tentang lomba 
ini," katanya.

Pia masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran (FKG Unpad) pada 
2006. Pada 2010, ia mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi. Tahun 2011, ia 
memulai koas atau pendidikan program profesi dan menyelesaikannya pada 2013 
dengan IPK tertinggi yaitu 4,00.

Pada 2012, Pia sempat menjadi salah seorang perwakilan dari Indonesia dan Unpad 
dalam Asia Pasific Dental Student Association. Pia sehari-hari berpraktik di 
Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) Unpad. [E-8]

Kirim email ke