"Gus Yahya sudah jauh-jauh sampai Israelmasih tetap saja jadi wong NU. 
Hahahaha."


Memahami Pesan Gus Yahya di Israel
Selasa, 12Juni 2018 10:15
Oleh Mahmud SyaltoutNUOnline
Di Youtube,kita bisa mendapatkan cuplikan utuh percakapan antara KH Yahya 
Cholil Staquf(Gus Yahya) dengan dengan Rabi David Rosen (Rabi David) di 
https://youtu.be/bn0bswYyGZY
Saya mencobamemahami pesan dalam video berdurasi 14:36 tersebut dengan 
menggunakan ComputerAssisted Qualitative Data Analysis (CAQDAS) dengan 
melakukan coding semuakata-kata kunci (keywords) wawancara tersebut dengan 
software MAXQDA.
Dari sini,kemudian aku mendapatkan gambaran permukaan - apa yang 
terdengar/terlihat olehorang awam, dari persentase kata kunci yang dipakai oleh 
Gus Yahya sebagaimanagambar 1.

Di sini,tampak secara permukaan bahwa wawancara tersebut lebih banyak 
membicarakan ataumengenang Gus Dur (16,67 persen), kemudian disusul dengan 
pembahasan mengenaiagama (13,64 persen), rahmah (12,12 persen), hubungan 
Yahudi-Islam (10,61persen), konflik (9,09 persen) dan seterusnya hingga 
perdamaian, Israel danNabi Nabi Muhammad masing-masing 1,52 persen.
Namun, apaiya Gus Yahya cuma ingin romantisme dengan Gus Dur sampai jauh-jauh 
ke Israel,saat hubungan Indonesia-Israel yang lagi hangat-hangatnya pasca 
kejadian salinglarang masuk Warga Negara Israel ke Indonesia dan sebaliknya?
Sayaakhirnya mencoba melakukan analisis wacana dengan melihat jejaring antar 
katakunci yang muncul selama percakapan antara Gus Yahya dan Rabi David, 
denganmengolah matrix code relations browser transkrip percakapandengan 
software Gephi.
Dari sini,saya bisa melihat kata kunci apa yang dipakai oleh Gus Yahya 
untukmenyambungkan pesan beliau dengan audiensnya saat itu, dengan secara 
khususmenghitung Betwenness Centrality Algorithm dari jejaring kata kunci 
yangada, dan tampak sebagaimana gambar 2.
Di sinitampak bahwa dua kata kunci yang jadi sentral dalam percakapan 
untukmendekatkan audiens dengan pesan Gus Yahya adalah Hubungan Yahudi-Islam 
dan GusDur. Dan sebenarnya ini bisa sangat dipahami mengingat pihak 
penyelenggara:American Jewish Committee (AJC) - merupakan komunitas Yahudi 
Amerika, yangsudah akrab atau familiar dengan bahasan Hubungan Yahudi-Islam dan 
sosokPresiden sekaligus Guru Bangsa Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid 
atauGus Dur - yang juga pernah hadir dalam acara serupa 16 tahun lalu di 
WashingtonDC, Amerika Serikat. Namun, sekali lagi bukan ini inti pesan Gus 
Yahya.. Keduakata kunci tersebut hanya pengantar, pintu masuk, sapaan.
Lalu apainti pesan Gus Yahya? Dari jejaring kata kunci selama percakapan 
tersebut, makadapat dihitung Closeness Centrality Algorithm - di mana bisa 
diketahuikata kunci paling dekat dengan pesan sentral atau utama, sebagaimana 
yangtampak dalam gambar 3.
Di sini,bisa kita ketahui bahwa dua kata kunci paling sentral selama 
percakapantersebut adalah Rahmah (kasih sayang) dan rekonsoliasi. Di sini 
GusYahya mengadvokasi pentingnya untuk memilih Rahmah (kasih sayang) -sekaligus 
lawan kata dari Dzalim (kebengisan/penindasan) danrekonsoliasi antara dua atau 
lebih pihak yang bertikai.
Tentu saja,jika kita waras, maka pasti memahami bahwa penindasan atau 
kebiadaban terjadisaat kita memilih meninggalkan rahmah sebagai visi bersama, 
bukan hanyapenindasan Israel terhadap Palestina, tapi juga penindasan yang 
terjadi dibelahan dunia lainnya.
Dari modularityclass algorithm - tampak pula bahwa cluster berwarna merah 
yangmenghubungkan kata-kata kunci: rahmah, rekonsiliasi, perdamaian dan 
keadilan -merupakan cluster utama dari seluruh pesan yang ada, yang 
sejatinyasangat dekat dengan cluster orange: hubungan 
Yahudi-Islam,kontekstualitas, agama, dan konflik.
Di sini pulatampak bahwa beliau hanya menjadikan cluster biru (Gus Dur, 
manusia, NUdan Israel) dan cluster hijau (Quran, Hadits dan sejarah) 
sebagai“bumbu-bumbu penyedap” dalam percakapan, alias basa-basi yang tampak 
seperti ngalor-ngidulalias random, khas Nahdliyin. Artinya, Gus Yahya sudah 
jauh-jauh sampai Israelmasih tetap saja jadi wong NU. Hahahaha.
Sampai disini, saya harus mengakui dan harus banyak belajar dari keberanian Gus 
Yahyadan kepiawaian beliau untuk “nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake”- 
menyerang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan - seperti yang diajarkanpara 
wali saat menyebarkan Islam di Nusantara - langsung di jantung Israel.
Lalu, apakahikhtiar Gus Yahya betul akan berdampak pada perdamaian 
Israel-Palestina? Mbuh!Wallahu‘alam bisshowab.
Karenasetahu saya dengan cara konfrontatif selama ini, Israel justru semakin 
takbergeming, semakin bengis terhadap saudara-saudara kita Warga Palestina, 
dansiapa pun yang membela mereka.
Akhirnya,sampai sini, saya hanya bisa sekali lagi yakin bahwa doa adalah 
senjata ummatIslam dan yakin betul bahwa tiada batas antara mereka yang 
tertindas denganGusti Allah, dengan sekali lagi menyerukan agar kita berdoa 
semoga Gusti Allahmenolong saudara-saudara kita di Palestina, menghadirkan 
Rahmah di bumimereka. ‘Alaa kulli niyatin sholihah, Al-Fatihah...
Penulis adalah Wakil Sekjen PimpinanPusat Gerakan Pemuda Ansor

Kirim email ke