Menristikdikti fokus pada reaktor nuklir-KA cepat China
 Sabtu, 14 April 2018 08:20 WIB
 
Menristekdikti Mohamad Nasir. (ANTARA/Rivan Awal Lingga)

Beijing (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad 
Nasir memfokuskan pada riset reaktor nuklir dan pengembangan kereta cepat dalam 
menjalin hubungan kerja sama dengan China.

"HTGR (reaktor nuklir multifungsi bersuhu tinggi dengan pendingin gas) ini yang 
sedang kami dalami untuk riset," kata Menristekdikti Nasir kepada Antara di 
Beijing, Jumat (13/4) malam.

HTGR yang dikembangkan oleh China itu mampu menghasilkan energi listrik 
berkapasitas 200 megawatt sehingga dia tertarik untuk mengembangkan risetnya di 
Indonesia.

"Laboratorium (reaktor nuklir) kita sudah ada di Serpong, Bandung, dan 
Yogyakarta. Tapi semua tidak menghasilkan energi, hanya menghasilkan isotop 
untuk bidang kesehatan dan pangan," katanya.

Menurut Nasir, nota kesepahaman kerja sama di bidang pengembangan laboratorium 
reaktor nuklir dengan China itu sudah ditandatangani sejak dua tahun yang lalu.

"Kemarin saat konferensi bidang inovasi dan teknologi, kerja sama itu juga kami 
tegaskan lagi," ujar Nasir yang melakukan kunjungan kerja di China pada 12-15 
April 2018.

Selain mengembangkan HTGR, jelas dia, sampai saat ini China juga telah 
mengoperasikan 38 unit pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang 
masing-masing mampu menghasilkan energi listrik sebanyak 1.000 megawatt.

Saat ini China juga sedang membangun 20 unit PLTN lagi yang diproyeksikan 
selesai pada 2020.

"Jadi pada 2020 China sudah punya 58 unit PLTN. Kalau setiap unit pembangkit 
mampu memproduksi 1.000 MW, maka China sudah punya 58.000 MW yang dihasilkan 
dari nuklir. Kita membangun 35.000 MW saja sampai sekarang tidak 
selesai-selesai," ujarnya.

Oleh sebab itu, Menristekdikti mendorong para mahasiswa Indonesia untuk 
mendalami bidang energi di China.

"Di sini pembangkit sudah tidak lagi menggunakan air. Mereka sudah mulai 
menggunakan HTGR yang merupakan hasil pengembangan Tsingghua University," 
katanya.

Baca juga: Indonesia belajar dari China soal teknologi reaktor pendingin gas 
temperatur tinggi


Angkutan massal

Di bidang transportasi massal, Menristekdikti menyatakan China juga fokus pada 
pengembangan kereta api cepat yang jaringannya tersebar di sebagian besar 
wilayah daratan Tiongkok.

"Khusus kereta api cepat, mulai dari manajemen transportasi hingga komponen, 
Indonesia belum banyak pengalaman. Saya selalu sampaikan kepada Menko Maritim 
(Luhut Pandjaitan) yang mengoordinasikan kereta api cepat," ujarnya.

Ia berharap Indonesia memiliki tenaga teknis di bidang perkeretaapian 
berkecepatan di atas 300 kilometer per jam yang sekarang sedang digarap China 
di jalur Jakarta-Bandung.

Oleh sebab itu pula ia mendorong sejumlah perguruan tinggi di Indonesia agar 
membuka program studi kereta cepat.

"Sekarang di Indonesia tidak ada nomenkelatur prodi. Saya bebaskan rektor 
membentuk prodi apa pun karena dunia pendidikan tidak bisa lagi menutup diri.. 
Perguruan tinggi akan menjadi museum bukan sebagai pemikir perubahan kalau 
berpikiran sempit," ujarnya.

Dalam kunjungan kerja ke China, Menristekdikti dan rombongan sempat bertemu 
pelajar asal Indonesia dengan didampingi Kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Beijing 
Listyowati, Atase Pendidikan KBRI Beijing Priyanto Wibowo, dan Koordinator 
Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Beijing Rukmini Setiati.

Di Beijing, Menristekdikti juga menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri 
Iptek China Wang Zhigang dan mengunjungi Tsinghua University setelah menghadiri 
pencanangan Tahun Inovasi ASEAN-China.

Setelah itu, Menristekdikti menuju Chengdu, Provinsi Sichuan, untuk 
mengungjungi Laboratorium Litbang Kereta Cepat di Xinan Jiaotong University.

Baca juga: Menteri BUMN di China bahas percepatan konstruksi kereta cepat 
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fitri Supratiwi

Kirim email ke