Partai non-komunis dan kelompok Islam warnai Kongres Rakyat China
 Rabu, 7 Maret 2018 07:14 WIB
 
Presiden China Xi Jinping (baris kedua, keempat kiri), Perdana Menteri Li 
Keqiang (baris kedua, kelima kiri), Ketua Komite Nasional Konferensi 
Konsultatif Politik Rakyat China Yu Zhengsheng (baris kedua, ketiga kiri), dan 
anggota Ketua Komite Tetap Politbiro China Wang Qishan (baris kedua, kedua 
kiri), dan delegasi lainnya mengheningkan cipta pada awal sidang pembukaan 
Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Balai Agung Rakyat, Beijing, China, Rabu 
(5/3). (REUTERS/Barry Huang)

Beijing (ANTARA News) - Partai-partai nonkomunis dan kelompok Islam ikut 
mewarnai pertemuan Kongres Rakyat China (National People's Congress/NPC) ke-13 
di Beijing.

Di sela pertemuan dengan agenda utama pembahasan amandemen Undang-Undang China 
dan usul mengenai perubahan masa jabatan presiden itu, beberapa partai 
nonkomunis China mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri. Mereka juga 
memaparkan partisipasi efektif dalam sistem kerja sama dan konsultasi politik 
menurut siaran beberapa media resmi China, Rabu.

Partai politik nonkomunis yang diakui pemerintah China antara lain Komite 
Revolusi Kuomintang China (RCCK) yang berdiri di Hong Kong pada 1948, Liga 
Demokrat China (CDL) yang dibentuk 1941, Asosiasi Pembangunan Demokrasi 
Nasional China (CNDCA) yang terbentuk 1945, serta Asosiasi China untuk 
Demokrasi (CAPD) yang berdiri tahun 1945.

Selain itu ada Partai Demokrasi Petani dan Pekerja China (CPWDP) yang berdiri 
pada 1930, Partai Zhi Gong yang dibentuk 1925, Jiusan Society yang terbentuk 
tahun 1945, serta Liga Pemerintahan Mandiri Demokratik Taiwan (TDSGL) yang 
berdiri tahun 1947 dan beranggotakan orang-orang Taiwan tinggal di daratan 
Tiongkok.

Beberapa anggota partai nonkomunis itu memiliki perwakilan di NPC, yang 
merupakan lembaga setingkat DPR, dan dapat berpartisipasi dalam urusan 
legislatif atau menjadi konsultan politik.

Partai nonkomunis juga bisa mendorong penyelidikan kasus-kasus dalam pelayanan 
kesehatan, pendidikan, integrasi ekonomi regional, dan pengurangan angka 
kemiskinan.

Laporan investigasi sering kali disampaikan secara langsung kepada Komite 
Sentral Partai Komunis China (PKC) sebagai partai penguasa menurut pernyataan 
Ketua RCCK Wan Exiang.

Laporan juga bisa disampaikan kepada Dewan Pemerintahan yang dipimpin perdana 
menteri dengan memberikan saran mengenai formulasi kebijakan dan peraturan 
perundang-undangan.

"Sistem kerja sama multipartai dan konsultasi politik yang dipimpin PKC 
merupakan bagian dari sistem baru yang lahir dari daratan China," kata Presiden 
China Xi Jinping yang juga Sekretaris Jenderal Komite Sentral PKC sebagaimana 
dikutip Kantor Berita Xinhua.


Kelompok Islam

Di sela pertemuan NPC yang dibuka Senin (5/3), Asosiasi Islam China (IAC) 
memuji langkah masyarakat Daerah Otonomi Ningxia, yang mayoritas masyarakatnya 
beretnis Hui, dalam menyatukan beberapa etnis dan menjamin kebebasan 
menjalankan kewajiban agama.

"Sebagai pusat utama Muslim China, Ningxia telah melakukan upaya yang luar 
biasa dalam membangun Islam berkarakter China," kata Wakil Ketua IAC Jin Rubin 
sebagaimana dikutip Global Times.

Ningxia dihuni sekitar 2,47 juta warga beretnis Hui (sekitar 36 persen 
populasi) dan mayoritas pemeluk agama Islam. Menurut Jin, Ningxia punya 4.391 
masjid dengan 10.150 imam yang terdaftar di pemerintahan setempat.

Sebagai daerah setingkat provinsi di China, Ningxia mampu melindungi kebebasan 
beragama masyarakatnya dengan berbagai kebijakan. Di sektor pendidikan 
misalnya, daerah itu memiliki fasilitas seperti Ningxia Institute of Socialism 
dan Ningxia Islamic Institute yang sering mengadakan pelatihan dan seminar 
mengenai agama.

"Kebijakan kebebasan beragama di China dipuji oleh negara-negara Arab dengan 
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyebarkan sejarah Islam di China 
kepada dunia," kata juru bicara IAC dalam pertemuan NPC.

Jin, yang juga penanggung jawab IAC dalam kerja sama dengan negara-negara lain, 
menyatakan bahwa China tetap menentang keras pengaruh paham garis keras dari 
luar.

"Anti-ekstremisme telah menjadi konsensus bersama negara-negara Islam. 
Ekstremisme telah merusak agenda politik mereka. Pola inklusif dan sejuk telah 
menjadi pemikiran utama dunia Islam," ujarnya.
  
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Maryati
  • [GELORA45] Partai non-kom... 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]

Kirim email ke