*Kalau terjadi gempa bermagnitu 8,7 skala Richter apakah bangunan-bangunan
pencakar langit Jakarta bisa tahan? Apakah sudah ada persiapan sepatutnya
untuk pertolongan pertama kepada para korban akibat kerusakaan yang mungkin
terjadi?*


https://www.merdeka.com/peristiwa/penjelasan-bmkg-soal-potensi-gempa-bumi-megathrust-magnitudo-87-di-jakarta.html?utm_source=Homepage&utm_medium=Kolom%20Tengah&utm_campaign=Spotlight&utm_content=Artikel-2&utm_term=tag-priority:%20Gempa%20Jakarta?utm_source=Notification&utm_medium=Mdk-notif&utm_campaign=Mdk-Notification
Penjelasan BMKG soal potensi gempa bumi Megathrust Magnitudo 8,7 di Jakarta

Jumat, 2 Maret 2018 12:18 Reporter : Didi Syafirdi
<https://www.merdeka.com/reporter/didi-syafirdi/>

Ilustrasi gempa. Ilustrasi shutterstock.com

*Merdeka.com - *Gempa bumi Megathrust Magnitudo 8,7 disebut-sebut
berpotensi terjadi di *Jakarta* <http://www.merdeka.com/tag/j/jakarta/>.
Hal itu dikatakan Ketua Umum Ikatan Alumni Meteorologi Geofisika (Ikamega)
Subardjo, dalam sebuah diskusi di Auditorium Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Jakarta Pusat, Rabu (28/2).

BERITA TERKAIT

   -

   Lagi, pekerja di gedung perkantoran Jakarta rasakan guncangan gempa
   Banten
   
<https://www.merdeka.com/peristiwa/lagi-pekerja-di-gedung-perkantoran-jakarta-rasakan-guncangan-gempa-banten.html>
   -

   Gempa 5,1 SR kembali goyang Lebak, terasa sampai Jakarta
   
<https://www.merdeka.com/peristiwa/gempa-51-sr-kembali-goyang-lebak-terasa-sampai-jakarta.html>
   -

   Akibat getaran gempa, atap gypsum Supermal Karawaci rontok
   
<https://www.merdeka.com/peristiwa/akibat-getaran-gempa-atap-gypsum-supermal-karawaci-rontok.html>

"Megathrust Selat Sunda akan setara dengan gempa di Aceh (2004) sehingga
dapat menyebabkan tsunami. Bukan tsunaminya yang jadi kekhawatiran tetapi
getarannya," kata Subardjo ketika itu.

Menanggapi pernyataan tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan
wilayah Indonesia terletak di zona pertemuan lempeng tektonik aktif, maka
Indonesia menjadi wilayah yang rawan gempa bumi.

"Oleh karena itu pemerintah (melalui Pusat Studi Gempa Nasional-PUSGEN)
dengan didukung oleh para pakar gempa dari beberapa perguruan tinggi,
lembaga/kementerian termasuk BMKG, telah menerbitkan buku 'Peta Sumber dan
Bahaya Gempabumi Indonesia tahun 2017' sebagai salah satu upaya dan langkah
mitigasi gempabumi di Indonesia," ujar Dwikorita dalam rilis yang dikirim
oleh Kabag BMKG Harry Tirto Djatmiko kepada merdeka.com, Jumat (2/3).

Peta tersebut, lanjutnya, merupakan pedoman untuk mendesain konstruksi
bangunan di daerah rawan gempa bumi, dengan mempertimbangkan percepatan
tanah akibat perambatan gelombang gempa.

"Peta tersebut diterbitkan bersama buku dengan judul yang sama. Di dalam
buku tersebut diinformasikan bahwa berdasarkan hasil kajian para pakar
gempabumi, zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang
menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut sebagai zona megathrust dan
proses penunjaman lempeng tersebut masih terjadi dengan laju 60-70 mm per
tahun," jelasnya.

Selanjutnya, menurut analisis para pakar gempa bumi, gerakan penunjaman
lempeng tersebut memungkinkan dapat mengakibatkan gempa megathrust dengan
kekuatan/magnitudo maksimum yang diperkirakan dapat mencapai M 8,7.

"Maka Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA)
berinisiatif menyelenggarakan diskusi dengan Pemprov DKI untuk menyiapkan
langkah-langkah mitigasi gempabumi tersebut," tegasnya.

Ia menegaskan, diskusi tersbut dirancang untuk kalangan terbatas, antara
para pakar dan pemegang kebijakan. "Karena membahas hal yang cukup sensitif
namun urgen untuk segera dilakukan langkah lanjut, sebagai bentuk tanggung
jawab para pakar dalam memberikan layanan keselamatan publik di daerah
rawan gempa bumi," tegasnya.

Namun, ternyata ada beberapa tulisan yang beredar viral, yang kurang tepat
dalam menyimpulkan diskusi dalam sarasehan tersebut, sehingga dimaknai
berbeda oleh sebagian masyarakat. "Oleh karena itu kami perlu meluruskan
kesalahpahaman tersebut, sebagai berikut," tambahnya.

Dwikorita menegaskan meski para ahli mampu menghitung perkiraan Magnitudo
maksimum gempa di zona megathrust, akan tetapi teknologi saat ini belum
mampu memprediksi dengan tepat, apalagi memastikan kapan terjadinya gempa
megathrust tersebut.

"Kita pun belum mampu memastikan apakah gempa megathrust M 8,7 akan
benar-benar terjadi, kapan, dimana, dan berapa kekuatannya? Maka dalam
ketidakpastian tersebut, yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi yang
tepat," jelasnya.

"Kemudian menyiapkan langkah-langkah kongkrit yang perlu segera dilakukan
untuk meminimalkan risiko kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa
seandainya gempa benar-benar terjadi, khususnya dengan cara menyiapkan
kesiapan masyarakat maupun inftrastrukturnya," tandasnya. *[rhm]*

Kirim email ke