Pada Minggu, 16 Oktober 2016 9:27, May Swan <subtu....@gmail.com> menulis:
 

 SURAT DARI SINGAPUR== STREET FOOD ==BYMAY SWAN          Surat ini berupa 
inspirasi setelah mengikutitayangan documentary film perjalanan kuliner Anthony 
Bourdain. Selama kareer ChefAnthony Bourdain warga AS terkenal seluruh jagad 
ini telah mengunjungi banyaknegeri di Asia, Afrika, Eropa dan kota kota di 
Amerika. Sekalipun judulnyaadalah Street Food, namun yang diperkenalkan bukan 
hanya sekedar betapa sedap makanannya,  tapi asal usul sejarah, budaya 
kehidupanrakyat setempat dan lingkungan dimana bahan dan rempah rempah masakan 
yangdigunakan dalam memasaknya. Menurutnya makanan Street Food yang ia rasakan 
di banyaknegeri terutama di negeri negeri berkembang, jauh lebih lezat dan 
berkarakterdari pada fast food chain yang terdapat di AS.          Ia adalah 
seorang penulis / pengarangbeberapa buku masakan antara lain “Anthony Bourdain: 
No Reservation”. Isi bukumenulis tentang tempat tempat yang jarang dikenal 
sebagai tourist destination jugabukan restoran mewah yang sudah terkenal di 
kota kota besar. Tempat yang gemaria kunjungi adalah restoran atau kedai kecil 
di pinggir kota, tempat tempatterpencil termasuk perkampungan dimana terdapat 
masakan tradisional dengan cirirasa setempat menggunakan bahan yang terdapat di 
sekiling lingkungan dimanamereka hidup. Dalam tulisannya ia selalu 
memperkenalkan dan meluaskanpengetahuan pembaca mengenai sedapnya masakan 
tradisional yang hanya terdapatdi kedai kedai kecil atau street food yang 
terdapat di pinggir jalan, dan di perkampunganterpencil. Ia sering duduk 
dipinggir jalan bersama masyarakat lokal menyantapsemangkok mee menggunakan 
sumpit. Ya, duduk di pinggir jalan, diatas trotoir,tidak di kursi.           
Masakan yang menggunakan bahan bagian seperti kepalaikan, tulang ikan, tulang 
babi, otak, mata, perut, paru, usus, testicles,buntut, kaki ayam, kaki itik, 
dapat terjemah menjadi hidangan yang sangat lezatdan memenuhi keperluan gizi 
makanan masyarakat setempat. Bagian bahan daging tersebutumumnya tidak dijual 
di super market mewah di kota kota besar, karena masyarakatmodern affluent abad 
21 menggapnya sebagai bagian bahan makanan yang tidaksophisticated. Orang 
datang ke restoran mewah bukan karena lapar ingin mengisiperut, tapi untuk 
menonjolkan image. Singkatnya untuk pamer. Umumnya makananyang dihidangkan 
hanya berupa seiris atau paling banyak tidak lebih dari duairis daging, 
demikian tipis irisannya sehingga transparan, lalu dihiasi dengan duahelai 
dedaunan yang berlainan warna, berusaha memberi kesan sebagai high end 
culinary.Yang besar hanya piringnya, hidangannya kecil diletakan tersendiri di 
bagiantengah tampak kesepian tak berteman. Makin mahal harga hidangan makin 
terkenalsebagai restoran mewah. Apa lagi kalau sering dikunjungi celebrity. 
Celebritytidak perlu dan tidak berani makan banyak, mereka berkepentingan 
selalu menjagabadan tetap kurus, karena dalam lingkungannya, kurus itu  cantik. 
Maka mereka tidak perlu makan banyak. Iniadalah gejala gaya hidup dunia modern 
hari ini yang banyak pengikutnya di masyarakat, gejala yang dirumuskan dalam 
istilah satir“You can never be too rich or too thin.”           Ada sebuah 
bagian yang sangat menarikketika Anthony Bourdain mengunjungi Hanoi pada 
pertengahan tahun ini. Ia sangatterharu dengan suasana ramah bersahabat yang ia 
hadapi ketika berhubungandengan masyarakat Vietnam. Sekalipun pernah terjadi 
Vietnam War, peperanganantara AS dan Vietnam dimana kedua pihak saling bunuh 
membunuh dan jutaan jiwajatuh, kehidupan keluarga terpecah belah, tanah dan 
ladang hangus terbakar,namun terasa adanya perspective bahwa semua itu telah 
berlalu, yang pentingagar sejarah itu tidak lagi terulang. Ia sangat terharu, 
sangat terpesonadengan pandangan hidup masyarakat Vietnam yang dapat berdiri 
tegak melihatkehadapan, bekerja keras, berusaha membangun kehidupan baru, tidak 
tenggelamdalam kegelapan tragedy yang pernah dialami, juga tidak membebani diri 
dengan sentimentmembalas dendam turun menurun. Agaknya pandangan ini tidak 
hanya terdapat padaanak anak muda generasi sesudah Vietnam War yang tidak 
mengalami sendiri dampaknyatragedy perang, tapi juga terdapat pada mereka yang 
pernah mengalami dan hidupdalam suasana konflik tersebut. Ini sungguh luar 
biasa menakjubkan. Apa yangterjadi sudah terjadi, dalam arti sebenarnya, rakyat 
dari kedua pihak juga samasama menjadi korban. Telah tumbuh dalam benak 
masyarakat Vietnam: Sekarangwaktunya harus membangun; demi hari ini, demi hari 
esok. Bagi yang tertarik,silahkan baca “The Unwanted” sebuah memoir tulisan 
Kien Nguyen menceritakanmasa kecilnya di Vietnam pada masa Vietnam War dari 
segi orang biasa.          Sementara terasa kebijaksanaanengagement policy yang 
dianjurkan Obama dalam menangani politik luar negeri. Sebaliknya,bahwa Vietnam 
dengan laskar rakyat  mampumengalahkan aggressor AS dengan segala senjata 
canggih militer dalam VietnamWar turut menumbuhkan rasa percaya diri dalam jiwa 
masyarakat Vietnam umumnya. Jiwapercaya diri sebuah bangsa berupa basis yang 
diperlukan demi membangun negara,tidak membuang waktu dan energy merengek 
rengek, bertengkar mengenai isu isusampingan  dibesar besarkan menjadi 
isupolitik yang akhirnya mematikan kemajuan bangsa sendiri. Mental 
attitudemasyarakat Vietnam patut dijadikan sebagai role model bagi developing 
nations negarayang sedang maju. Jangan hanya ingin langsung menjiplak mentah 
tata “demokrasi”Barat yang belum tergarap.== END==

   

Kirim email ke