-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2124-kolaborasi-global-lawan-pandemi



Kamis 24 September 2020, 05:00 WIB 

Kolaborasi Global Lawan Pandemi 

Administrator | Editorial 

  PANDEMI covid-19 sesungguhnya, pada satu sisi, membuka kenyataan pahit 
tentang mandulnya spirit kolaborasi dan semangat kerja sama global. Covid-19 
telah memaksa setiap negara sibuk dengan urusan domestik mengantisipasi 
penyebaran cepat virus tersebut dan sedikit melupakan upaya kolektif secara 
global. Padahal, virus ini tidak mengenal batas wilayah ataupun negara. 
Penyebaran korona tak terhalang garis demarkasi. Ia bisa ke manamana, melintasi 
apa pun. Negara kaya ataupun negara miskin sama saja di hadapan korona. 
Semestinya penanganan dan penanggulangan virus tersebut dilakukan dengan 
kolaborasi yang kuat antarnegara. Keprihatinan itu yang tampaknya menjadi akar 
dari pidato Presiden Joko Widodo pada Sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum Ke-75 
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kemarin. Dalam pidato berbahasa Indonesia 
tersebut, Jokowi menegaskan pentingnya mengedepankan spirit kerja sama golbal, 
yakni spirit yang akan selalu menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu 
negara pun. Spirit yang diungkap Jokowi itu tentu saja tidak hanya merujuk pada 
situasi pandemi saat ini. Konteksnya lebih luas tentang perdamaian dunia, 
sebuah situasi yang menjadi cita-cita pembentukan PBB, 75 tahun silam. Akan 
tetapi, dalam konteks terkini, siapa pun barangkali akan sepakat bahwa pandemi 
covid-19 telah menjadi keprihatinan bersama yang mesti dihadapi secara bersama 
pula. Dalam kerja sama tentu harus hadir persatuan. Bukan perpecahan, bukan 
pula rivalitas. Sudah banyak bukti ketidakkompakan hanya akan membuat 
penanganan suatu masalah menjadi tidak integral. Solusi yang dihasilkan 
parsial, mungkin beres di sebelah sini tapi berantakan di sebelah sana. Hal ini 
pun terjadi dalam penanganan covid-19 dalam skala global. Kita bisa lihat, 
negara-negara kaya barangkali tak terlalu sulit mengucurkan dana stimulus dalam 
jumlah besar untuk membantu rakyatnya dalam penanggulangan covid-19. Namun, di 
seberang sana, tidak sedikit negara miskin dan berkembang yang sesak napas 
karena punya banyak keterbatasan, terutama keterbatasan dana. Sesungguhnya, 
teman dekat spirit kolaborasi ialah kepemimpinan global yang kuat. Artinya, 
yang kita perlukan saat ini ialah inisiatif global yang semestinya dimotori PBB 
untuk untuk memupus persoalan itu. Jokowi pun sama, dalam pidatonya, ia 
menuntut peran PBB untuk memperkukuh collective global leadership. Di sisi 
lain, memperkuat kerja sama tanpa kesetaraan ialah omong kosong. Alih-alih 
dipinggirkan karena hegemoni negara-negara kaya, kesetaraan mesti menjadi 
landasan dalam penanganan pandemi covid-19 yang tak mengenal batas teritori. 
Salah satunya yang disinggung Jokowi di hadapan Majelis Umum PBB ialah 
kesetaraan akan akses terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau. 
Memang tidak mudah memadamkan ego. Tak sepele menjunjung kesetaraan. Bahkan 
dalam skala negara, ego kebangsaan pun kerap meletup-letup dan tidak gampang 
diredakan. Apalagi, setiap negara memang punya dan berhak memperjuangkan 
kepentingan nasional mereka. Akan tetapi, pada saat yang sama sejatinya kita 
semua memiliki tanggung jawab besar untuk berkontribusi menjadi bagian dari 
solusi persoalan-persoalan dunia. Saat ini, problem global yang di depan mata 
ialah pandemi covid-19. Semestinya pula kita sebagai warga dunia berkolaborasi 
dan melakukan langkah-langkah kolektif untuk membendung wabah itu sekaligus 
menata kembali komitmen kerja sama global yang lebih konkret. Jangan seperti 
sekarang, tiap negara terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Kalau punya mulut, 
barangkali si virus tertawa karena dia tahu lebih mudah menyerang satu negara 
demi satu negara ketimbang melawan dunia yang berkolaborasi.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2124-kolaborasi-global-lawan-pandemi







Kirim email ke