Nah bung Chan, bagaimana dengan pendapat dan analisa Susi Pudjiastuti ttg sebab-sebab kebanjiran yang saya teruskan dibawah ini?
Kalau kita cermati, sebenarnya pendapat Susi ini lebih ilmiah, lebih memperhatikan kepentingan nasional dan boleh dikatakan bertentangan dengan mentalitet ketundukan penguasa RI dan DKI Jakarta terhadap kaum konglomerat reklamator maupun Worldbank dan IMF. Lusi.- SUARA PEMBARUAN, 5 Oktober 2016 | 9:20 SUSI: PROGRAM PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JUSTRU MENGUNDANG BANJIR YANG LEBIH BESAR [JAKARTA] Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti mengaku tak heran dengan banjir yang masih terus melanda Jakarta. Sebagai seorang yang berkecimpung di bidSusi: Program Penanggulangan Banjir Jakarta Justru Mengundang Banjir yang Lebih Besar Rabu, 5 Oktober 2016 | 9:20ang lingkungan, Susi menilai program-program penanggulangan banjir yang dicanangkan Pemprov DKI justru mengundang banjir yang lebih besar. "Kalau kita orang lingkungan hidup dengan (melihat) pembangunan Jakarta ini terutama tata kelola air, kita sih bilang Jakarta banjir ya tidak aneh. Wong memang the way it's designed and constructed right now adalah it's a flood in program," kata Susi dalam diskusi publik "Kebijakan Reklamasi: menilik tujuan, manfaat, dan efeknya" di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (4/10). Susi memaparkan, program normalisasi sungai justru meluruskan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya, air sungai dari hulu mengalir dengan cepat ke hilir. Selain itu, sisi sungai ditanggul yang membuat air sungai tidak meresap ke tanah. Sementara proyek reklamasi di pantai utara Jakarta yang merupakan bagian proyek penanggulan banjir Jakarta National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant sea wall (tanggul laut raksasa) justru menjauhkan air sungai dengan laut. "Sungai diluruskan, ditanggul, jadi air tidak ke mana-mana. Kencang dari hulu ke hilir, nah di pinggir direklamasi. Jadi air dipercepat turun ke bawah, pantainya dijauhin. It's flood in project. Bukan membendung, mempercepat air hulu, lalu memperlambat air keluar dari daratan Jakarta," jelasnya. Hal ini, kata Susi diperparah dengan disedotnya air tanah Jakarta yang membuat pori-pori tanah semakin keropos. Akibatnya, permukaan tanah Jakarta semakin menurun yang membuat air laut masuk. "Sehingga air laut masuk. Jadi dua. Satu banjir dari naiknya air laut, kedua cepatnya turun dari hulu karena dipercepat, penyodetan, pelurusan. Jadi tidak ada komprehensif pembangunan water set di mana DAS diperbaiki, sungai direnaturalisasi, dikembalikan belok-belok supaya lambat lagi. Kalau (DAS) dilurusin erosinya juga akan lebih kencang. Sedimentasi tidak keluar karena kanan kirinya ditanggul. Jadi ke mana itu lumpur yang menaikkan permukaan dasar sungai?. Permukaan dasar sungai naik, memangnya air berkurang setiap tahun? Tidak. Air tetap sama tiap tahun datangnya. Tapi permukaan dasar sungai naik berarti daya tampung air kurang. Tanggulnya ditinggiin lagi dan suatu saat tidak kuat, jebol. Banjir bandang. Itu yang terjadi," paparnya. Lebih jauh, Susi menilai, reklamasi 17 pulau di pantai utara Jakarta yang merupakan bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant sea wall (tanggul laut raksasa) belum tentu menjadi solusi banjir Jakarta. Hal ini lantaran proyek reklamasi dilakukan tanpa lebih dulu membangun bendungan untuk menyimpan kelebihan air di Jakarta. "Saya dengarnya mau bangun bendungan, bendungannya belum jadi. Bendungan kan untuk menyimpan kelebihan air Jakarta untuk ditampung sebagai salah satu air minum, air tawar Jakarta, tetapi bendungan belum jadi, pulau-pulau reklamasi sudah terjadi. Jadi ya tempat airnya ke mana?" ungkapnya. Susi menegaskan, pernyataannya ini sebagai pribadi bukan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. "Itu satu pendapat saya sebagai orang yang peduli kepada lingkungan, bukan sebagai menteri, komentar saja tentang Jakarta banjir," kata Susi. Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi menyatakan, reklamasi di pantai utara Jakarta bukan hanya kewenangan Pemprov DKI. Menurutnya, proyek ini seharusnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat karena total luas 17 pulau yang direklamasi mencapai 5.100 hektar. Apalagi, reklamasi ini juga bersinggungan dengan kepentingan Jawa Barat dan Banten. Untuk itu, Susi menilai tepat kajian mengenai reklamasi ini dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dengan kewenangan berada di pemerintah pusat, dampak lingkungan, sosial, ekonomi, dan lainnya akibat dari reklamasi teluk Jakarta dapat dikaji secara komprehensif dan terintegrasi. "Mosok iyo Jakarta dibilang bukan kawasan strategis nasional. Jakarta ini Ibu Kota Indonesia dan 17 pulau itu besar sekali 5.100 hektar. Memang kalau dibikin per pulau kecil di bawah 500 haektar yang izinnya tidak sampai ke pusat, tetapi kalau 17 pulau dijumlahin ya jadi 5.100 hektar. dan dampaknya seperti itu apa. Itulah amdal yang komprehensi sangat dibutuhkan. dan ini melibatkan tiga provinsi. Jawa Barat, Banten dan Jakarta karena tanah yang dipakai nguruk dari Banten," paparnya. Susi menegaskan, pihaknya berupaya mematuhi instruksi Presiden Joko Widodo mengenai reklamasi ini. Presiden, kata Susi, menyatakan reklamasi tidak boleh merusak lingkungan, merugikan nelayan dan harus sebesar-besarnya untuk kepentingan umum serta tidak ada aturan yang ditabrak. Selain itu, Presiden mengingatkan agar proyek reklamasi ini dikendalikan oleh pemerintah bukan oleh pihak swasta. "Jadi saya pikir sudah betul bahwa urusan yang misalnya urusan Jakarta ini dibawa satu proyek yang ditangani (pemerintah) pusat dan Presiden juga pesan harusnya menjadi government driven bukan private driven," tegasnya. [F-5] Beginn der weitergeleiteten Nachricht: Datum: Thu, 16 Feb 2017 09:57:19 +0800 Von: "'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> An: <GELORA45@yahoogroups.com>, "Tatiana Lukman" <jetaimemuc...@yahoo.com> Betreff: Re: [GELORA45] Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di Rusun Jatinegara Lho, ... bukankah bagi setiap orang, tak peduli “kiri” atau “kanan” kalau saja seorang warga hendak MEMPERBAIKI hidup dan nasibnya, harus berpikir apa yang bisa dilakukan dan kerjakan sesuai kemampuan yang ada. Bukan dalam mimpi hayalan bagaikan sicebol merindukan BULAN! Saya melihat, sesuai dengan kekuatan RAKYAT yang masih lemah, apa yang bisa dicapai sekarang ini, ya mencoba memilih PIMPINAN [JAKARTA] Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti mengaku tak heran dengan banjir yang masih terus melanda Jakarta. Sebagai seorang yang berkecimpung di bidang lingkungan, Susi menilai program-program penanggulangan banjir yang dicanangkan Pemprov DKI justru mengundang banjir yang lebih besar. "Kalau kita orang lingkungan hidup dengan (melihat) pembangunan Jakarta ini terutama tata kelola air, kita sih bilang Jakarta banjir ya tidak aneh. Wong memang the way it's designed and constructed right now adalah it's a flood in program," kata Susi dalam diskusi publik "Kebijakan Reklamasi: menilik tujuan, manfaat, dan efeknya" di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (4/10). Susi memaparkan, program normalisasi sungai justru meluruskan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya, air sungai dari hulu mengalir dengan cepat ke hilir. Selain itu, sisi sungai ditanggul yang membuat air sungai tidak meresap ke tanah. Sementara proyek reklamasi di pantai utara Jakarta yang merupakan bagian proyek penanggulan banjir Jakarta National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant sea wall (tanggul laut raksasa) justru menjauhkan air sungai dengan laut. "Sungai diluruskan, ditanggul, jadi air tidak ke mana-mana. Kencang dari hulu ke hilir, nah di pinggir direklamasi. Jadi air dipercepat turun ke bawah, pantainya dijauhin. It's flood in project. Bukan membendung, mempercepat air hulu, lalu memperlambat air keluar dari daratan Jakarta," jelasnya. Hal ini, kata Susi diperparah dengan disedotnya air tanah Jakarta yang membuat pori-pori tanah semakin keropos. Akibatnya, permukaan tanah Jakarta semakin menurun yang membuat air laut masuk. "Sehingga air laut masuk. Jadi dua. Satu banjir dari naiknya air laut, kedua cepatnya turun dari hulu karena dipercepat, penyodetan, pelurusan. Jadi tidak ada komprehensif pembangunan water set di mana DAS diperbaiki, sungai direnaturalisasi, dikembalikan belok-belok supaya lambat lagi. Kalau (DAS) dilurusin erosinya juga akan lebih kencang. Sedimentasi tidak keluar karena kanan kirinya ditanggul. Jadi ke mana itu lumpur yang menaikkan permukaan dasar sungai?. Permukaan dasar sungai naik, memangnya air berkurang setiap tahun? Tidak. Air tetap sama tiap tahun datangnya. Tapi permukaan dasar sungai naik berarti daya tampung air kurang. Tanggulnya ditinggiin lagi dan suatu saat tidak kuat, jebol. Banjir bandang. Itu yang terjadi," paparnya. Lebih jauh, Susi menilai, reklamasi 17 pulau di pantai utara Jakarta yang merupakan bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau giant sea wall (tanggul laut raksasa) belum tentu menjadi solusi banjir Jakarta. Hal ini lantaran proyek reklamasi dilakukan tanpa lebih dulu membangun bendungan untuk menyimpan kelebihan air di Jakarta. "Saya dengarnya mau bangun bendungan, bendungannya belum jadi. Bendungan kan untuk menyimpan kelebihan air Jakarta untuk ditampung sebagai salah satu air minum, air tawar Jakarta, tetapi bendungan belum jadi, pulau-pulau reklamasi sudah terjadi. Jadi ya tempat airnya ke mana?" ungkapnya. Susi menegaskan, pernyataannya ini sebagai pribadi bukan sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. "Itu satu pendapat saya sebagai orang yang peduli kepada lingkungan, bukan sebagai menteri, komentar saja tentang Jakarta banjir," kata Susi. Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi menyatakan, reklamasi di pantai utara Jakarta bukan hanya kewenangan Pemprov DKI. Menurutnya, proyek ini seharusnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat karena total luas 17 pulau yang direklamasi mencapai 5.100 hektar. Apalagi, reklamasi ini juga bersinggungan dengan kepentingan Jawa Barat dan Banten. Untuk itu, Susi menilai tepat kajian mengenai reklamasi ini dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dengan kewenangan berada di pemerintah pusat, dampak lingkungan, sosial, ekonomi, dan lainnya akibat dari reklamasi teluk Jakarta dapat dikaji secara komprehensif dan terintegrasi. "Mosok iyo Jakarta dibilang bukan kawasan strategis nasional. Jakarta ini Ibu Kota Indonesia dan 17 pulau itu besar sekali 5.100 hektar. Memang kalau dibikin per pulau kecil di bawah 500 haektar yang izinnya tidak sampai ke pusat, tetapi kalau 17 pulau dijumlahin ya jadi 5.100 hektar. dan dampaknya seperti itu apa. Itulah amdal yang komprehensi sangat dibutuhkan. dan ini melibatkan tiga provinsi. Jawa Barat, Banten dan Jakarta karena tanah yang dipakai nguruk dari Banten," paparnya. Susi menegaskan, pihaknya berupaya mematuhi instruksi Presiden Joko Widodo mengenai reklamasi ini. Presiden, kata Susi, menyatakan reklamasi tidak boleh merusak lingkungan, merugikan nelayan dan harus sebesar-besarnya untuk kepentingan umum serta tidak ada aturan yang ditabrak. Selain itu, Presiden mengingatkan agar proyek reklamasi ini dikendalikan oleh pemerintah bukan oleh pihak swasta. "Jadi saya pikir sudah betul bahwa urusan yang misalnya urusan Jakarta ini dibawa satu proyek yang ditangani (pemerintah) pusat dan Presiden juga pesan harusnya menjadi government driven bukan private driven," tegasnya. [F-5] yang lebih baik dan bisa membawa keadaan sedikit saja perubahan membaik! Baik dalam memilih GUBERNUR, wali-kota, camat bahkan lurah yang sudah diatur dan ditentukan lewat pemilihan langsung. Jangan sampai terjadi kebalikan, yang menang dan keluar dari pemilihan itu seorang pemimpin yang lebih jelek/jahat/kejam yang akan membuat diri sendiri jadi lebih celaka, ...! Dari 3 paslon cagub DKI-Jakarta yang keluar kali ini, saya lihat pasangan Ahok-Djarot itulah yang lebih baik ketimbang 2 pasangan yang lain, dan itulah yang harus nya dipilih dan bverusaha dimenangkan agar DKI Jakartaq bisa ditata lebih baik dan kesejahteraan warga Jakarta bisa lebih baik! Dalam beberapa tahun terakhir ini, jelas bisa terlihat apa yang dikerjakan Ahok itu, ...! Dari kartu Kesehatan, kartu pinter sampai bisnis pembagian keuntungan 80:20, sebagaimana dijalankan di pulau Seribu dalam usaha pemeliharaan ikan kerapu dan akan dijalankan di RUSUNAWA-RUSUNAWA untuk bangkitkan usaha warga! Saya melihat usaha Ahok ini sangat baik dan HARUSnya didukung kuat untuk kesejahteraan RAKYAT banyak! Kenapa harus ditentang, ...??? Penggusuran, nampaknya kita harus melihat secara keseluruhan, jangan hanya sepenggal dan seb again korban penggusuran! Sekalipun tidak ada data konkrit, saya bisa PASTIKAN sebagian besar, setidaknya lebih 80% warga yang digusur dari wilayah bantaran sungai, sudah pindah dan menetap dengan kehidupan baru di rusunawa dimana mereka ditempatkan. Bukankah juga tidak sedikit warga korban penggusuran yang sudah pindah kerusunawa itu, seperti warga di Marunda, Kalijodo, TETAP MEMILIH AHOK dan merasakan lebih nyaman dengan hidup barunya! Artinya tidak akan lebih dari 20% saja warga yang mogok dan anda katakan sebagai KORBAN penggusuran itu! Sekalipun dilihat dari jumlahnya, masih cukup besar, ada yang bilang masih ada ratusan warga. Dan bersyukur, kabarnya ada sementara LSM dan pengusaha yang menyediakan tempat penampungan sementara, ... sebagian pulang kembali kekampung halaman asal. Selama beberapa bulan ini mereka tidak ditelantarkan, ... Dari apa yang dinyatakan Ahok sendiri hari-hari terakhir ini, nampak terjadi perubahan sikapnya, tidak lagi meledak-ledak seperti sebelumnya. Mudah-mudahan saja dengan karakater ketegasannya, keberaniannya melabrak pejabat siluman-siluman yang ada, Ahok tetap bisa menjadi PELAYAN warga DKI Jakarta yang baik, berkemampuan menata Jakarta lebih indah dengan mengangkat kesejahteraan warga Jakarta lebih baik, ...! Salam, ChanCT From: Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com [GELORA45] Sent: Thursday, February 16, 2017 3:35 AM To: GELORA45@yahoogroups.com ; Jonathan Goeij Subject: Re: [GELORA45] Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di Rusun Jatinegara Heran dan anehnya orang yang menamakan dirinya "kiri" pun cenderung terus memuja Ahok dari pada bersimpati kepada orang-orang yang digusur!!! On Wednesday, February 15, 2017 8:12 PM, "Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]" <GELORA45@yahoogroups.com> wrote: "Saya ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang diperhatikan," ujarnya. ... Serupa dengan Wawan, Sukarto (47) juga masih memendam kesumat atas keputusan Ahok tentang Kampung Pulo. "Dia enggak memikirkan rakyat. Saya ini korban penggusuran. Ahok itu arogan," ucapnya. ... Ahok kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang. Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu. ... Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di Rusun Jatinegara Marselinus GualRabu, 15/02/2017 15:47 WIB Program normalisasi Kali Ciliwung milik memaksa warga Kampung Pulo pindah ke rusun. Dendam atas penggusuran itu mempengaruhi sikap politik mereka saat pilkada. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian warga Rumah Susun Jatinegara Barat belum bisa melupakan sebuah hari di pengujung Agustus 2015. Mereka yang pernah tinggal di Kampung Pulo, Jakarta Timur, itu menjadikan peristiwa tersebut sebagai dasar memilih calon orang nomor satu di Jakarta. Usai mencelupkan kelingkingnya ke tinta ungu, Wawan Setyawan menyatakan sikap politiknya. Tak ingin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali memimpin Jakarta, pria berusia 54 t ahun itu mencoblos gambar pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni. "Saya ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang diperhatikan," ujarnya. Sikap Wawan mendua. Walaupun menyebut dirinya sebagai korban penggusuran era pemerintahan Ahok, dia mengakui calon gubernur nomor urut dua itu memiliki program pembangunan Jakarta yang jelas. "Sepak terjang pembangunan Jakarta memang baik, tapi cara yang digunakan tidak bijaksana," tuturnya. Lihat juga:Kampung Pulo Masalah Lama Yang Dibiarkan Tak Selesai Serupa dengan Wawan, Sukarto (47) juga masih memendam kesumat atas keputusan Ahok tentang Kampung Pulo. "Dia enggak memikirkan rakyat. Saya ini korban penggusuran. Ahok itu arogan," ucapnya. Sukarto berharap Jakarta memiliki gubernur baru. "Asal bukan Ahok," ujarnya. Tak melulu soal Kampung Pulo, ada pula warga Rusun Jatinegara Barat yang memilih calon gubernur berdasarkan tawaran program yang mereka dapatkan. Abdullah (32), seorang pekerja kebersihan alih daya, mengaku mencoblos pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. "Saya butuh pekerjaan. Pak Sandi kan punya perusahaan, jadi dia mengerti cara membuka lowongan pekerjaan nanti," kata dia. Hingga berita ini diturunkan, penghitungan suara pada dua TPS di Rusun Jatinegara Barat masih berlangsung. Petugas TPS mencatat, 1.479 orang berhak menggunakan hak suara di rusun tersebut. Lihat juga:Rumah Hilang di Kampung Pulo, Tapi Tidak dengan Kenangan Pada 20 Agustus 2015, bentrokan pecah di Jatinegara. Warga Kampung Pulo berhadapan dengan Satuan Polisi Pamong Praja yang dibantu personel kepolisian dan tentara. Ahok kala itu berkeras membongkar Kampung Pulo agar normalisasi Kali Ciliwung dapat berjalan. Di sisi lain, penduduk Kampung Pulo merasa tanah mereka merupakan tanah adat. Akhirnya Kampung Pulo tetap dibongkar. Pemprov DKI merelokasi warga lokal ke Rusun Jatinegara Barat. Lihat juga:Mereka yang Harus Pergi dari Kampung Pulo Pada debat pilkada lalu, persoalan Kampung Pulo dibahas tiga pasangan calon kepala daerah DKI. Sebagai petahana, Ahok menyebut normalisasi Ciliwung dan relokasi warga ke Rusun Jatinegara Barat sebagai salah satu programnya yang berhasil. Ahok kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang. Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu. Lihat juga:Ketika Agus Serang Program Penggusuran Ahok (abm/asa)
Lho, ... bukankah bagi setiap orang, tak peduli “kiri” atau
“kanan” kalau saja seorang warga hendak MEMPERBAIKI hidup dan nasibnya, harus
berpikir apa yang bisa dilakukan dan kerjakan sesuai kemampuan yang ada. Bukan
dalam mimpi hayalan bagaikan sicebol merindukan BULAN!
Saya melihat, sesuai dengan kekuatan RAKYAT yang masih lemah,
apa yang bisa dicapai sekarang ini, ya mencoba memilih PIMPINAN yang lebih baik
dan bisa membawa keadaan sedikit saja perubahan membaik! Baik dalam memilih
GUBERNUR, wali-kota, camat bahkan lurah yang sudah diatur dan ditentukan lewat
pemilihan langsung. Jangan sampai terjadi kebalikan, yang menang dan keluar dari
pemilihan itu seorang pemimpin yang lebih jelek/jahat/kejam yang akan membuat
diri sendiri jadi lebih celaka, ...!
Dari 3 paslon cagub DKI-Jakarta yang keluar kali ini, saya
lihat pasangan Ahok-Djarot itulah yang lebih baik ketimbang 2 pasangan yang
lain, dan itulah yang harus nya dipilih dan bverusaha dimenangkan agar DKI
Jakartaq bisa ditata lebih baik dan kesejahteraan warga Jakarta bisa lebih baik!
Dalam beberapa tahun terakhir ini, jelas bisa terlihat apa yang dikerjakan Ahok
itu, ...! Dari kartu Kesehatan, kartu pinter sampai bisnis pembagian keuntungan
80:20, sebagaimana dijalankan di pulau Seribu dalam usaha pemeliharaan ikan
kerapu dan akan dijalankan di RUSUNAWA-RUSUNAWA untuk bangkitkan usaha warga!
Saya melihat usaha Ahok ini sangat baik dan HARUSnya didukung kuat untuk
kesejahteraan RAKYAT banyak! Kenapa harus ditentang, ...???
Penggusuran, nampaknya kita harus melihat secara keseluruhan,
jangan hanya sepenggal dan seb again korban penggusuran! Sekalipun tidak ada
data konkrit, saya bisa PASTIKAN sebagian besar, setidaknya lebih 80% warga yang
digusur dari wilayah bantaran sungai, sudah pindah dan menetap dengan kehidupan
baru di rusunawa dimana mereka ditempatkan. Bukankah juga tidak sedikit warga
korban penggusuran yang sudah pindah kerusunawa itu, seperti warga di Marunda,
Kalijodo, TETAP MEMILIH AHOK dan merasakan lebih nyaman dengan hidup barunya!
Artinya tidak akan lebih dari 20% saja warga yang mogok dan anda katakan sebagai
KORBAN penggusuran itu! Sekalipun dilihat dari jumlahnya, masih cukup besar, ada
yang bilang masih ada ratusan warga. Dan bersyukur, kabarnya ada sementara LSM
dan pengusaha yang menyediakan tempat penampungan sementara, ... sebagian pulang
kembali kekampung halaman asal. Selama beberapa bulan ini mereka tidak
ditelantarkan, ...
Dari apa yang dinyatakan Ahok sendiri hari-hari terakhir ini,
nampak terjadi perubahan sikapnya, tidak lagi meledak-ledak seperti sebelumnya.
Mudah-mudahan saja dengan karakater ketegasannya, keberaniannya melabrak pejabat
siluman-siluman yang ada, Ahok tetap bisa menjadi PELAYAN warga DKI Jakarta yang
baik, berkemampuan menata Jakarta lebih indah dengan mengangkat kesejahteraan
warga Jakarta lebih baik, ...!
Salam,
ChanCT
Sent: Thursday, February 16, 2017 3:35 AM
Subject: Re: [GELORA45] Kesumat Terpendam pada Pemungutan Suara di
Rusun Jatinegara
Heran dan anehnya orang yang menamakan
dirinya "kiri" pun cenderung terus memuja Ahok dari pada bersimpati kepada
orang-orang yang digusur!!!
On Wednesday, February 15, 2017 8:12 PM,
"Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]"
<GELORA45@yahoogroups.com> wrote: "Saya
ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang diperhatikan,"
ujarnya.
...
Serupa
dengan Wawan, Sukarto (47) juga masih memendam kesumat atas keputusan Ahok
tentang Kampung Pulo. "Dia enggak memikirkan rakyat. Saya ini korban
penggusuran. Ahok itu arogan," ucapnya.
...
Ahok
kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang.
Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni
rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu.
...
Marselinus
Gual
Rabu,
15/02/2017 15:47 WIB
Program
normalisasi Kali Ciliwung milik memaksa warga Kampung Pulo pindah ke rusun.
Dendam atas penggusuran itu mempengaruhi sikap politik mereka saat pilkada. (CNN
Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta,
CNN Indonesia -- Sebagian warga Rumah Susun Jatinegara Barat belum bisa
melupakan sebuah hari di pengujung Agustus 2015. Mereka yang pernah tinggal di
Kampung Pulo, Jakarta Timur, itu menjadikan peristiwa tersebut sebagai dasar
memilih calon orang nomor satu di Jakarta.
Usai mencelupkan kelingkingnya ke tinta ungu, Wawan Setyawan menyatakan sikap politiknya. Tak ingin Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kembali memimpin Jakarta, pria berusia 54 t ahun itu mencoblos gambar pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni. "Saya ini korban gusur. Jangan hanya masyarakat kelas atas saja yang diperhatikan," ujarnya. Sikap Wawan mendua. Walaupun menyebut dirinya sebagai korban penggusuran era pemerintahan Ahok, dia mengakui calon gubernur nomor urut dua itu memiliki program pembangunan Jakarta yang jelas. "Sepak terjang pembangunan Jakarta memang baik, tapi cara yang digunakan tidak bijaksana," tuturnya. Sukarto berharap Jakarta memiliki gubernur baru. "Asal bukan Ahok," ujarnya. Tak melulu soal Kampung Pulo, ada pula warga Rusun Jatinegara Barat yang memilih calon gubernur berdasarkan tawaran program yang mereka dapatkan. Abdullah (32), seorang pekerja kebersihan alih daya, mengaku mencoblos pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. "Saya butuh pekerjaan. Pak Sandi kan punya perusahaan, jadi dia mengerti cara membuka lowongan pekerjaan nanti," kata dia. Hingga berita ini diturunkan, penghitungan suara pada dua TPS di Rusun Jatinegara Barat masih berlangsung. Petugas TPS mencatat, 1.479 orang berhak menggunakan hak suara di rusun tersebut. Ahok kala itu berkeras membongkar Kampung Pulo agar normalisasi Kali Ciliwung dapat berjalan. Di sisi lain, penduduk Kampung Pulo merasa tanah mereka merupakan tanah adat. Akhirnya Kampung Pulo tetap dibongkar. Pemprov DKI merelokasi warga lokal ke Rusun Jatinegara Barat.
Ahok kala itu mengatakan Pemprov tidak merelokasi warga secara sewenang-wenang. Pemprov DKI, kata dia, menyediakan sejumlah fasilitas khusus bagi para penghuni rusun bertaraf apartemen kelas menengah itu.
|