Judul tulisan dibawah, “Ternyata Sosok Mengerikan Panglima Guan Yu” perlu 
diluruskan! Yang PASTI, Bukan sosok mengerikan, ...! 

Pertama, tidak salah bahwa patung raksasa yang baru saja selesai dibangun di 
Tuban dan menjadi kontroversi ini, adalah patung Panglima Guan Yu, yang di 
Indonesia lebih dikenal dengan nama Kwan Kong, setidaknya nama Kwan Kong inilah 
yang saya kenal selama ini. Sedang oleh klenteng Kwan Sing Bio, Tuban diberi 
nama Dewa Perang Kongco Kwan Sing Tee Koen.

Kedua, juga tidak salah, Kwan Yu atau Kwan Kong ini adalah Panglima Perang 
ternama dalam sejarah “Tiga Negara” di Tiongkok, di Indonesia dikenal juga 
dengan sebutan “Sam Kok”, sekitar tahun 216 – 265. Sejarah yang sudah lewat 
lebih 2 ribu tahunan yl! Dan, ... kenyataan yang terjadi, kisah keperkasaan dan 
kebijakan Panglima Kwan Yu atau Kwan Kong ini telah menjadi legendaris bahkan 
dipuja, diDEWAkan banyak rakyat Tiongkok, termasuk Tionghoa di Indonesia! 

Ketiga, apakah Kwan Yu atau Kwan Kong itu sosok yang mengerikan? Tentu saja 
TIDAK! Sebaliknya dalam sejarah Sam Kok, Panglima Kwan Yu atau Kwan Kong itulah 
yang mengakhiri perang dan mencapai kedamaian, ... yang terangkat adalah jiwa 
PATRIOTIK, kesetiaan membela NEGARA dan sangat bijaksana, KEADILAN. Jadi, TIDAK 
SALAH saat peresmian Patung Dewa Perang Kongco Kwan Sing Tee Koen oleh Ketua 
MPR Zulkifli Hasan pada 17 Juli yl. yang diangkat adalah legendaris DEWA 
kesetiaan pada NEGARA dan sebagai simbul KEADILAN! Bukan kekejaman perang yang 
mengerikan itu, ... sekalipun kalau kita objektif dan berani melihat kenyataan 
ketika itu dijaman PERANG, bahkan juga bisa dikatakan berlaku sampai sekarang 
ini dalam menghadapi ancaman agresif negara-asing, bukankah untuk menghindari 
perang dan mempertahankan PERDAMAIAN, ... setiap NEGARA membutuhkan PANGLIMA 
PERANG yang tangguh dengan kekuatan bersenjata yang kuat! Kecuali memang hendak 
terus diperbudak dan dijajah negara asing!

Keempat, dari sudut pandang Tionghoa Indonesia yang menurut saya, patut harus 
menjadi PERHATIAN lebih baik, ... Dari serentetan peristiwa-peristiwa 
anti-Tionghoa yang pernah terjadi diberbagai daerah di Nusantara ini, sangat 
JELAS dan NYATA kita masih menghadapi sekelompok orang yang SIRIK, IRI-HATI 
bahkan menjadi DENGKI dengan keberhasilan Tionghoa, baik dibidang ekonomi 
apalagi politik! Kejadian yang cukup besar dan serius sudah dialami, setelah 
kenyataan diantara 200 konglomerat lebih 80% adalah Tionghoa, lalu diprovokasi 
dengan menyatakan Tionghoa yang tidak lebih dari 3% tapi menguasai lebih 80% 
ekonomi Indonesia, ... akhirnya dijadikan peletup atau penyulut “kemarahan” 
massa menimbulkan kerusuhan Mei ‘98. Lalu setelah kita semua memasuki jaman 
reformasi, dimana ada Tionghoa dalam PILKADA berhasil merebut kiemenangan, 
mereka berteriak keras-keras, Tionghoa yang sudah menguasai ekonomi negeri ini 
sekarang mau menguasai politik! Lebih lanjut setelah Ahok berhasil jadi 
Gubernur DKI-Jakarta dan menunjukkan prestasi yang mengagumkan warga DKI, 
mereka berteriak lebih keras, negeri ini segera akan dikuasai 9 Naga! Dan 
akhirnya kerusuhan yang tiada akhirnya, Ahok sendiri  harus mengorbankan diri, 
menerima keputusan pengadilan meringkuk dalam penjara, ...

Nampaknya, rentetan peristiwa ini TIDAK atau kurang diperhatikan betul oleh 
sekelompok Tionghoa! Kenyataan OBJEKTIF dalam masyarakat masih cukup banyak 
warga yang BELUM bisa menerima Tionghoa sebagai warga Indonesia ASLI! Sekalipun 
secara UU dan HUKUM sudah! Mereka masih saja berpersepsi, yang NON-Tionghoa 
itulah warga PRIBUMI, sedang warga Tionghoa TETAP adalah pendatang yang sangat 
dikuatirkan mengangkangi Indonesia! Menjadi lebih celaka, keberhasilan Tionghoa 
di Indonesia diberbagai bidang, bukan dijadikan CAMBUK agar mereka yang 
NON-Tionghoa itu berusaha dan bekerja lebih keras maju, atau mengajak yang 
Tionghoa untuk maju bersama dan menang bersama! Tapi justru dikuasai perasaan 
DENGKI dan lebih suka MERUSAK, menarik, melorot dan dengan berbagai upaya 
mencegah yang Tionghoa maju lebih cepat! Itulah KENYATAAN OBJEKTIF kesadaran 
masyarakat di Nusantara dimana kita hidup bersama ini, masih begini, ... Lalu? 

Doronglah, kembangkanlah semangat KEBERSAMAAN, untuk lebih lanjut mengembangkan 
kehidupan bersama, bekerja bersama, berjuang bersama-sama dalam usaha 
mewujudkan masyarakat ADIL dan MAKMUR di Indonesia. Sekalipun setiap suku yang 
ada dan hidup di Nusantara ini, termasuk TIonghoa, boleh-boleh saja, bahkan 
saya berpendapat, sudah seharusnya TETAP mempertahankan dan memelihara budaya, 
adat-istiadat mereka masing-masing, ... tapi, selalu ingat yang harus 
didahulukan dan diutamakan adalah keINDONESIAAN nya. Bukan lebih mendahulukan 
dan mengutamakan keTionghoaan sendiri saja.

Nampaknya, diantara komunitas Tionghoa sampai sekarang juga belum muncul TOKOH 
politik yang DEWASA dan bijaksana, yang mengerti BETUL keadaan masyarakat yang 
dihadapi! Masih seenak-udelnya sendiri saja. Seperti tempo hari, beberapa tahun 
yl di Singkawang, wali-kota yang kebetulan Tionghoa membangun tugu dialun-alun 
kota dengan patung NAGA! Tidak salah mayoritas kota Singkawang adalah warga 
Tionghoa, tapi dia lupa masih ada suku Dayak dan suku Melayu yang kenyataan 
belum bisa terima, ... tidak seharusnya dipaksakan. Artinya, perasaan warga 
disekitar dimana kita hidup juga harus diperhatikan dan pekerjaan adanya 
kebersamaan diantara warga yang berbeda itu harus dilakukan dengan SABAR dalam 
jangka panjang, dan BUKAN sebaliknya disodok atau diprovokasi, ...! 

Yaaah, mudah2an saja peristiwa patung Kwan Kong di Tuban ini bisa menyadarkan 
komunitas Tionghoa, ... dan bisa menemukan jalan pemecahan terbaik dengan 
damai! Pemerintah daerah Tuban juga menemukan kebijakan untuk mengeluarkan IJIN 
resmi pembangunan patung Dewa Kwan Kong itu dan dengan demikian tidak usah 
membongkar patung segede itu yang sudah diresmikan, ...!

Salam-damai,
ChanCT


From: Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45] 
Sent: Tuesday, August 8, 2017 11:33 PM

  


Patung Tuban, Jadi Kontroversi dan Diminta Dirobohkan Ternyata Ini Sosok 
Mengerikan Panglima Guan Yu 


                        
                 
           
                 Patung Tuban, Jadi Kontroversi dan Diminta Dirobohkan Ternyata 
Ini Sosok Me...
                  'Patung tersebut tidak ada kaitan sejarah dengan bangsa 
Indonesia. Masih banyak pahlawan Indonesia atau toko...  
           
     




Senin, 7 Agustus 2017 21:25



Guan Yu atau Kwan Kong patung yang dibanung di Tuban Jawa Timur 


SRIPOKU.COM -  Dibangunnya patung megah di Tuban menjadi kontroversi dan 
berbuntut demo oleh masyarakat. 
Patung Kongco Kwan Sing Tee Koen yang berdiri setinggi 30 meter ini sebetulnya 
sudah diresmikan awal Juli lalu dan diklaim sebagai patung panglima perang 
paling tinggi di Asia Tenggara.
Idenya dicetuskan oleh pengurus klenteng dengan pendanaan dari seorang donatur 
asal Surabaya sebesar Rp2,5 miliar.

Namun patung itu sendiri ternyata berbuah polemik dan dianggap tidak mengangkat 
budaya lokal karena Panglima Guan Yu tak berjasa bagi Indonesia. 
Massa sendiri melakukan unjuk rasa agar patung itu dirobohkan. 
Aksi protes patung panglima perang Tiongkok di Tuban oleh massa LSM 
Surabaya(KOMPAS.com/Achmad Faizal) () 
Seperti dikutip dari Kompas.com, Massa dari gabungan lembaga swadaya masyarakat 
(LSM) Surabaya menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Jawa Timur 
Surabaya, Senin (7/8/2017).
Mereka meminta patung dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio 
Tuban, Jawa Timur, segera dirobohkan.
Didik Muadi, korlap aksi, menilai, patung setinggi lebih dari 30 meter yang 
berdiri megah menghadap ke laut tersebut tidak pantas berada di negara 
Indonesia.
"Patung tersebut tidak ada kaitan sejarah dengan bangsa Indonesia. Masih banyak 
pahlawan Indonesia atau tokoh pejuang daerah yang lebih pantas dijadikan patung 
di Tuban," tandasnya.
Dia juga menyebut, berdirinya patung tersebut tidak memiliki izin bangunan. 
Karena itu, dia mendesak pemerintah daerah setempat segera mengambil tindakan 
tegas kepada patung tersebut.
Namun tahukah jika Kongco Kwan Sing Tee Koen atau dikenal Guan Yu merupakan 
jenderal perang.
Kongco Kwan Sing Tee Koen bernama asli Guan Yunchang atau Kwan Yintiang.
Dia juga dikenal sebagai Guan Yu, Kwan Kong, Guan Gong atau Kwan Ie.
Istimewa / Patung Yang Mulia Kwan Sing Tee Koen setinggi tiga puluh meter akan 
menjadi yang tertinggi se-Asia Tenggara berasa di Tuban () 
Dilansir dari Wikipedia, Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia 
bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei 
(adik terkecil).
Ia lahir di Kabupaten Jie, wilayah Hedong yang sekarang bernama Kota Yuncheng, 
Provinsi Shanxi). 
Namanya mulai harum di seluruh dataran Tiongkok setelah berhasil mengalahkan 
pasukan Kekaisaran Wei di bawah pimpinan Raja Cao Cao.
Ketua Umum Klenteng Kwan Sing Bio, Gunawan Putra Wirawan mengatakan Guan Yu 
merupakan simbol Dewa Keadilan, bukan panglima perang.
Ada dua makna yang melekat dalam Guan Yu; kesetiaan dan bijaksana.

Begini kisahnya 
Pada masa Pemberontakan Sorban Kuning, tepatnya tahun 188, tiga orang rakyat 
jelata bertemu di kabupaten Zhuo.
Mereka adalah Liu Bei, Guan Yu dan Zhang Fei, yang memiliki hasrat yang sama 
untuk berjuang membela negara dan mengembalikan ketentraman bangsa Tiongkok 
yang sedang bergejolak.
Tak lama, mereka bertiga bersumpah sehidup semati untuk menjadi saudara di 
kebun persik yang terletak di halaman belakang rumah milik Zhang Fei.
Liu Bei sebagai kakak tertua, diikuti dengan Guan Yu dan Zhang Fei.
Guan Yu bertempur bersama Liu Bei dan Zhang Fei dalam menumpas Pemberontakan 
Sorban Kuning. Tak lama, semenjak negeri Tiongkok dikuasai oleh Dong Zhuo, Liu 
Bei dan kedua saudaranya bergabung dalam angkatan perang Gongsun Zan. Gongsun 
sendiri saat itu ikut dalam suatu koalisi penguasa daerah yang menentang Dong 
Zhuo.
Dong menempatkan Hua Xiong untuk menjaga celah Sishui. Hua Xiong seakan tidak 
terkalahkan setelah membunuh 4 perwira pasukan koalisi, yaitu Bao Zhong, Zu 
Mao, Yu Shen dan Pan Feng. Guan Yu yang hanya seorang pemanah berkuda 
menawarkan diri untuk mengalahkan Hua Xiong.
Saat tak ada pemimpin koalisi yang percaya, Guan Yu berjanji untuk memberikan 
kepalanya apabila gagal. Guan Yu kembali dengan kepala Hua Xiong saat anggur 
merah–yang dituang Cao Caosebelum Guan Yu pergi–masih hangat.
Dikenal sebagai seorang jendral yang tangguh, Guan Yu dibujuk Cao Cao untuk 
menjadi pengikutnya saat ketiga bersaudara tercerai berai karena kejatuhan 
Xuzhou dan Xiapi. Zhang Liao, seorang jendral Cao Cao dan kawan lama Guan Yu 
mencoba membujuk sang jendral untuk menyerah. Guan Yu bersedia atas dasar 3 
kondisi :
Guan Yu takluk kepada kekaisaran Han, bukan kepada Cao Cao.


IST/ Guan Yu () 
Cao Cao dengan gembira menyanggupinya. Bahkan Guan Yu diberi banyak hadiah, 
yang hampir semuanya ia kembalikan ke Cao Cao kecuali kuda merah, kuda andalan 
yang sebelumnya dimiliki oleh Lu Bu.
Saat bertempur melawan Yuan Shao di Pertempuran Baimajin, Cao Cao menugaskan 
Guan Yu untuk melawan 2 jendral besar Yuan, yaitu Yan Liang dan Wen Chou.
Guan berhasil membinasakan keduanya dan mengakibatkan hubungan Yuan Shao dan 
Liu Bei–yang saat itu berlindung pada Yuan Shao–memburuk.
Liu Bei akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Yuan Shao. Pada saat yang 
bersamaan, Guan Yu yang mengetahui di mana Liu Bei memutuskan meninggalkan Cao 
Cao dan melakukan perjalanan untuk bertemu saudaranya.
Cao Cao tak dapat menahannya dan akhirnya membiarkan Guan Yu pergi.
Dalam perjalanan tersebut, Guan Yu semakin terkenal karena ia berhasil melewati 
5 kota Cao Cao dan membunuh 6 perwira yang menghalanginya.
Diawali dengan mengawal kereta yang membawa kedua isteri Liu Bei melewati celah 
Dongling (sekarang: FengFeng, provinsi Henan)
Guan dihentikan oleh Kong Xiu yang menolak memberi izin tanpa surat resmi dari 
Cao Cao. Guan Yu tak memiliki pilihan lain selain membunuhnya.
Selama perjalanan tersebut, Guan Yu juga berhadapan dengan Xiahou Dun yang 
tetap tidak ingin memberi jalan pada Guan Yu sampai Zhang Liao menyampaikan 
padanya pesan Cao Cao untuk mengizinkan Guan Yu pergi. Saat itu Liu Bei sudah 
pindah ke Runan.
Di akhir perjalanan, Guan Yu bertemu Zhang Fei yang murka pada Guan Yu karena 
menduga ia telah berkhianat.
Guan akhirnya bisa membuktikan dengan mengalahkan Cai Yang yang mengejarnya 
demi membalaskan dendam atas terbunuhnya Qin Qi, keponakannya. (**)

Kirim email ke