*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net     }
 {        Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED]         }
 {        Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED]     }
 *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
          PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mengenal Musuh Batin
  'NAFSU'
  Di Dalam Kerajaan Diri

  "Perangilah nafsu, niscaya secara otomatis akan
  terperangilah syaitan".

  Firman Allah:
  "Dijadikan manusia dengan sebaik-baik kejadian."
  Syukur atas nikmat yang begitu banyak. Antara nikmat yang besar, ialah
  Allah jadikan kita sebagai manusia. Bukan hewan, kayu-kayuan atau
  makhluk-makhluk yang lain. Karena itulah manusia yang terpilih untuk
  mengabdikan diri kepada Allah sebagai hamba dan khalifah-Nya.
  Untuk menjalankan dua peranan itu manusia mesti terdidik dan berpelajaran.
  Justeru itu pendidikan dan pelajaran menjadi subjek (perkara) yang penting
  dan utama hingga tidak ada kaum atau bangsa yang mengabaikannya.
  Hampir setiap negara memperuntukkan belanja yang terbesar pada
  pelajaran dan pendidikan. Setiap negara dan bangsa merancang kurikulum
  pelajaran dengan niat selepas terdidik manusia tidak akan jadi hewan atau
  syaitan, yakni orang yang jahat, sombong, pemarah dan lain-lain.
  Sebaliknya, tujuan pendidikan adalah untuk memajukan negara dengan
  kebaikan. Tetapi apa yang diharapkan tidak berlaku. Hasil pendidikan hari 
ini
  lahirlah manusia berwatak hewan, syaitan, pokok-pokok kayu, yang tidak
  bertanggung-jawab, penipu, korupsi dan sebagainya yang melanggar
  peraturan negara.
Apakah Allah tidak menunjukkan jalan keluar kepada masalah ini?
                                       Sebenarnya Allah telah menunjukkan 
jalan tentang bagaimana untuk
                                       melahirkan manusia yang pandai dan 
baik, berilmu dan patuh, cerdik
                                       dan berakhlak. Jika manusia mengambil 
pengajaran, rela dan mau
                                       mengambil panduan dari Allah itu 
sudah tentu akan lahir manusia yang
                                       berilmu, taat dan patuh serta 
berakhlak.

                                       Untuk Mendidik Manusia, Mesti 
Mengenal Diri
                                       Manusia.
                                       Jika kita tidak mengenal manusia, 
kita tidak akan dapat mendidiknya,
                                       tetapi kita akan hanya mampu memberi 
ilmu yakni manusia itu hanya
                                       akan pandai tetapi tidak berakhlak. 
Tegasnya, menurut Islam dan
                                       mengikut apa yang telah ditunjukan 
oleh Allah, untuk mendidik diri, kita
                                       mesti mengenal manusia. Begitulah 
juga jika hendak mendidik orang
                                       lain, kita juga mesti mengenal 
manusia, karena mereka juga manusia
                                       seperti kita. Hadis atau kata-kata 
hukama menyatakan:
                                       "Barangsiapa yang mengenal dirinya 
niscaya ia akan mengenal
                                       Tuhannya."

  Mengenal Tuhan dalam hadis/kata hukama bermaksud, tahu ilmu mengenai 
Tuhan, patuh kepada Tuhan, berakhlak dan mentaati-Nya.
  Mengenal diri (manusia) dalam hadis/kata-kata hukama ini, bukan berarti 
kita kenal yang lahir.
  Bukan berarti kenal hidung, mulut, kaki dan lain-lain anggota lahirnya. 
Mengenal manusia artinya mengenal hakikat manusia. Yakni
  mengenal batinnya. Hakikat manusia itu ialah batinnya. Tanpa hakikat 
(batin), yang luar tidak berguna. Jika kita gagal mengenal batin
  manusia, kita akan gagal mendidik manusia karena pendidikan itu sebenarnya 
ialah mendidik batin manusia. Lahir manusia ini akan
  tunduk pada hakikat manusia (yaitu batinya). Apa yang dimaksudkan dengan 
batin manusia itu? Batin manusia itu ialah AKAL, ROH
  dan NAFSU. Tanpa ketiganya tidak ada nilai anggota lahir yang lain 
meskipun cantik, gagah dan lain-lain.
  Justeru itu untuk mendidik manusia ialah mendidik akal, roh dan nafsu. 
Inilah yang mesti dididik. Sebaliknya fisik (lahiriah) manusia akan
  terdidik dengan sendirinya bila berhadapan dengan masalah-masalah dalam 
hidup. Misalnya, untuk mencari makan, fisik manusia akan
  terdidik dengan sendirinya. Sebelum manusia hendak mendidik akal, nafsu 
dan hatinya, manusia mesti terlebih dahulu mengenal, tahu
  cara dan mempunyai ilmu yang berkaitan dengan ketiganya.
  Hakikat inilah yang mesti dipahami oleh pemimpin-pemimpin baik pemimpin 
negara, ibu bapak dan lain-lain, bahwa untuk berjaya
  mendidik anak-buah atau pengikut, mesti terlebih dahulu mengenal akal, roh 
dan nafsu mereka. Hanya bila ketiga unsur itu terdidik
  barulah menghasilkan umat yang baik lagi bertaqwa. Yakni manusia yang 
beriman, berilmu, berkhidmat, berakhlak dan bertamadun.
  Hendaklah diingat tamadun yang lahir ini tercetus dari dalam yakni hasil 
peranan batiniah manusia yang tersembunyi itu. Jika yang lahir
  positif maka positif jugalah yang batin. Dan begitulah sebaliknya. Kalau 
yang luar negatif, artinya akal, roh dan nafsu juga negatif.
  Adalah sangat penting untuk mengenal dan mendidik yang batin. Kita 
hendaklah tahu peranan dan sifat akal, roh dan nafsu. Kita
  hendaklah paham tentang roh dan peranannya, akal dan peranannya serta 
nafsu dan peranannya.
  Bagaimana yang dikatakan mengenal akal, roh dan nafsu itu?
  Misalnya tentang akal, hakikat akal bukanlah otak yang ada di kepala. 
Yakni bukan otak yang dapat dibedah dan nampak isinya ini.
  Bukan otak lahir itu yang dimaksudkan. Sebenarnya, tidak ada manusia yang 
mengetahui secara tepat tentang hakikat ketiga-tiganya
  itu. Tetapi yang pasti setiap orang tahu dan merasa secara maknawi 
ketiganya itu memang ada. Ini menunjukkan batiniah manusia
  (akal, roh dan nafsu) tidak dapat dikesan secara lahir tetapi dapat 
dikesan melalui RASA. Melalui rasa itulah kita dapat mengenal dan
  mendidik manusia. Oleh karena itu memahami RASA ini sangat penting. Pada 
pendapat kita, walaupun hakikat zat batiniah itu tidak
  dapat dikesan tetapi ia dapat dididik melalui rasa karena setiap orang 
sadar bahwa dia mempunyai rasa. Maka paduan (gabungan)
  rasa dengan ilmu itulah yang mampu membantu tugas mendidik manusia. Yakni, 
bila rasa disuluh dengan ilmu (Islam) maka itulah yang
  sangat membantu tugas mendidik manusia.
  Menrut rasa, dapat dikatakan bahwa ketiga unsur tadi hakikatnya adalah 
SATU. Cuma ia terasa ada tiga bila mulai berperanan.
  Contohnya: bila berpikir (mengkaji) terasa akal, bila berkehendak, 
mendorong dan merangsang terasa nafsu, bila berperasaan,
  tersentuh terasa roh atau hati.
  Hakikat ketiganya adalah satu tetapi bila berperanan baru terasa tiga. 
Seperti halnya generator yang satu, terasa banyak bila dialirkan
  arusnya. Bila arus dialirkan ke kipas, ia berputar. Bila dialirkan ke 
lampu ia bercahaya. Bila ke mesin, ia berputar. Dapat juga
  ditamsilkan seperti orang. Bila orang itu mencuri dia dipanggil pencuri. 
Tetapi bila dia membunuh, dia dipanggil pembunuh. Sedangkan
  orangnya tetap orang yang itu juga. Tetapi bila peranan berbeda diberi 
nama yang berbeda. Sedangkan hakikatnya ia adalah orang
  yang sama. Untuk beriman, berilmu, berkhidmat dan bertamadun kita 
hendaklah paham tentang peranan atau ketiga rasa itu.
  Allah berfirman:
  "Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang 
mengotorinya."
  Nafsu adalah musuh dalam kerajaan diri
  Islam menganggap nafsu itu sebagai musuh. Allah SWT telah menegaskan:
  "Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan."
  Nafsu adalah musuh dalam diri. Bahkan ia sebagian dari diri manusia. Ia 
sebagian dari badan tetapi perlu dibuang. Jika tidak dibuang
  ia musuh, hendak dibuang ia sebagian dari diri. Oleh karena itu sangat 
sulit untuk melawan hawa nafsu. Nafsu adalah jalan atau high
  way bagi syaitan. Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang 
bermaksud:
  "Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikut aliran darah, maka 
persempitkan jalan syaitan melalui lapar dan dahaga."
  Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara 
mengurangi makan atau berpuasa.
  Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan menjadi besar. Sedangkan syaitan 
itu juga adalah musuh.

   Firman Allah:
  "Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata."
  Penegasan tentang syaitan sebagai musuh hanya sekali berbanding dengan 
tiga kali pada nafsu. Ini menunjukkan nafsu lebih jahat
  daripada syaitan. Syaitan dapat lorong (peluang) yang amat luas untuk 
merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.
  Untuk menghalau (mengalahkan) syaitan tidak dengan jampi-jampi atau 
mentera. Tetapi didiklah hawa nafsu, niscaya syaitan akan
  sukar untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan 
terputus. Jika syaitan telah merusak hati, maka didiklah hawa
  nafsu. Bila hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, 
jangan terlalu memperdulikan syaitan tetapi didiklah nafsu
  dengan bermujahadah. Jika nafsu tidak terdidik maka mudahlah jalan syaitan 
mempengaruhi kita. Oleh itu perangilah nafsu niscaya
  secara otomatis akan terperangilah syaitan. ¨

______________________________________________________
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan             )
 ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net                  )
 ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED]                    )
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: "Qani'ah Khalillah" <[EMAIL PROTECTED]>

Kirim email ke