*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net     }
 {        Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED]         }
 {        Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED]     }
 *~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
          PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
dari Ihya Ulumuddin -- Al-Ghazali r.a : "Tujuh Langit,
Malaikat dan Amal Sang Hamba "

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka
berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan
kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah
ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu
diingat-ingatnya karena saking kerasnya hadits
tersebut dan saking halus serta dalamnya makna
ungkapannya. hadits manakah yang engkau anggap sebagai
hadits terpenting?"

Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..."
Tiba-tiba Mu'adz 
menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu,
hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau
kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali
kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali
dengan beliau...".

Kemudian Mu'adz melanjutkan:
Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang
suci, saat itu 
beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian
menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di
belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang
beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke
langit dan bersabda,
"Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah
yang telah 
menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia
kehendaki. Wahai Mu'adz....!
Labbaik, wahai penghulu para rasul....!
Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila
engkau 
menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan
manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau
mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi
Allah Azza wa Jalla....!

Wahai Mu'adz...! Sesungguhnya Allah Yang Maha
Memberkati dan 
Maha tinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum
Dia menciptakan petala langit dan bumi.
Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga
pintunya, dan 
menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu
malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan
dari tiap tingkatan langitnya.

Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan
seorang hamba yang
amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar
bagaikan matahari. 
Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia
(as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya.
Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut
dan mensucikannya.

Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama,
tiba-tiba malaikat 
penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah
pemilik amal ini dengan 
amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb
Pemeliharaku 
memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba
yang telah berbuat ghibah(mengumpat) di antara
manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia
tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu
langit pertama ini....!!"

Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke
langit beserta 
amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut
bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh
Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat
menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu
langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...!
Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya
itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya
itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka
('aradla d-dunya). Rabb Pemeliharaku memerintahkan
kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang
berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit
berikutnya!"

Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si
hamba tersebut 
hingga petang harinya.

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang
hamba yang nampak 
indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah,
shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah.
Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit
pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit
ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit
tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah
wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya
itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb
Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak
membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia
selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul
dalam setiap majelis pertemuan mereka...."

Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit
dengan membawa 
amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan
kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak
bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah
shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus
tiga langit pertama dan sampai ke pintu langit
keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut
berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan
amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku
adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan
keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku
memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya
melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia
selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika
melakukan suatu perbuatan...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang
hamba yang 
diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju
suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus
langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad,
haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya
bagaikan sinar matahari. Namun sesampainya di pintu
langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat
penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad
(dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia
ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah
terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam
ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku
untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku
menunju langit berikutnya...!"

Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang
hamba berupa 
wudlu yang sempurna, shalat yang banyak,
shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke
langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu
langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat
(kasih sayang). Tamparkanlah amalan si hamba tersebut
ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat
rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah
merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba
lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak
membiarkan amalannya melewatiku menuju langit
berikutnya...!'

Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan
seorang hamba berupa
nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat
wara' 
(berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut
bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan
bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada
langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di
hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu
berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru)
atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia.
Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat sesuatu karena
menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di
dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara
kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara
para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku
untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati
pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap
amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara
ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza
wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi
dengan riya' tersebut....!'

Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan
seorang hamba berupa
shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak
yang berbuahkan
hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala,
maka seluruh 
malaikat di tujuh langit tersebut beriringan
menyertainya hingga terputuslah 
seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka
berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat
Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut
menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih
yang 
diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.

Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah
malaikat Hafadzah 
yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang
Pengawas, yang 
memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di
dalam jiwanya. 
Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia
tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain
Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan
Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan
dari amalannya tersebut.

Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya
dan kalian semua, 
namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku
adalah Yang Maha 
Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa
yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu
pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang
samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar.....
Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi
sama dengan
pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi.
Pengetahuan-Ku 
terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan
pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan
pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal 
sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir.
Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan
tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku
dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para
makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha
Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!

Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat
penjaga tujuh langit
beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara
kami, baginya
laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh
petala langit, 
'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat
buat sang hamba itu..! Mendengar penuturan Rasulullah
Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba 
menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya
yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia
berkata dengan lirihnya, "Wahai
Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari
apa-apa yang telah 
engkau ceritakan tadi...??"
Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai
Mu'adz.....Ikutilah Nabimu 
di dalam sebuah keyakinan...".

Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau
adalah Rasul Allah, 
dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana
aku bisa selamat 
dan lolos dari itu semua...??" Nabi yang suci
bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa
kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu,
maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah
terhadap sesama manusia, khususnya terhadap
saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran.
Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah
orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban
jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui
bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah
engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan
orang lain. Jangan angkat derajat
jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah
tenggelam di dalam
memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan
urusan 
akhiratmu.
Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang,
padahal di 
sebelahmu terdapat orang lain yang tidak
diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan
terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan
membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di
dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam
majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan
menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau
ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain.
Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang
akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh
anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala,
"Demi yang merobek-robek dengan merobek yang
sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di
neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat
tulang........

Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz
kembali bertanya 
dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah,
Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu
semua....??"
"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku
paparkan tadi 
dengan segala penjelasnnya serta cara-cara menghindari
bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang
dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu
cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana
engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci
mereka sebagaimana jiwamu membencinya.
Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat
dalam
menempuhnya.....!!"

Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin
Jabal sangat 
sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya
beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya
serta menjagaanya sebagaimana beliau mempelajari dan
menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.

Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah
kalian mendengar 
hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian
besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan,
serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta
meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh
dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus
berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian
Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat,
mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan
lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit
dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama
orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan
selalu berdoa kepada Allah Ta'ala.

Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam
hidupmu yang 
kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan
atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata. Dan
tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan
ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta
inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya
orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar
diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam
tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian
tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan
mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan
saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha
Menolong dengan sebaik-baiknya dari Yang Paling Welas
Asih. Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah.......

Semoga Allah menjaga kita untuk tidak beramal selain
untuk-Nya dan
mengampuni kesalahan-kesalahan kita.



 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 ( Melanggan ? To : [EMAIL PROTECTED]   pada body : SUBSCRIBE HIZB)
 ( Berhenti ? To : [EMAIL PROTECTED]  pada body:  UNSUBSCRIBE HIZB)
 ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan             )
 ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net                  )
 ( Bermasalah? Sila hubungi [EMAIL PROTECTED]                    )
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke