[e-Konsel] Mengatasi Kelelahan Psikis -- Edisi 399/Agustus 2017

2017-08-08 Terurut Topik e-Konsel
Title: 
e-Konsel -- Mengatasi Kelelahan Psikis  -- Edisi 399/Agustus 2017
  














  

  
e-Konsel -- Mengatasi Kelelahan Psikis -- Edisi 399/Agustus 2017
  

  


 




  

  

  

  





  

  
Publikasi Elektronik Konseling Kristen

  

  
Mengatasi Kelelahan Psikis
  


  
  
Edisi 399/Agustus 2017
  
  

  

  

  


 




  

  


Salam konseling,
Kelelahan psikis, kewalahan, dan burnout. Siapa yang tidak akrab dengan kata-kata tersebut? Kita semua, pada satu titik dalam hidup ini, pernah mengalaminya meski mungkin dalam tingkatan yang berbeda. Kelelahan atau kewalahan secara psikis ini bisa disebabkan oleh faktor internal (dari diri sendiri) atau faktor eksternal (dari luar/lingkungan/orang lain). Ketika mengalaminya, sudah pasti sukacita dan damai sejahtera yang dari Tuhan sulit untuk tinggal dalam hati dan pikiran kita. Yang ada hanyalah perasaan kering, kosong, lelah, bahkan tak jarang meningkat menjadi perasaan putus asa. Jika kita tidak mengatasinya secara tepat dalam terang firman Tuhan, perasaan stres dan depresi pelan-pelan akan mengambil alih, dan dengan cepat memengaruhi relasi dan aspek-aspek kehidupan kita yang lain.
Edisi e-Konsel bulan Agustus ini hadir dengan dua artikel yang terkait dengan perasaan lelah atau kewalahan secara psikis. Harapan kami, setelah membaca artikel dari kolom Cakrawala dan Tanya Jawab, kita akan semakin beroleh wacana untuk dapat mengantisipasi kelelahan atau kewalahan psikis. Jangan lupa untuk membagikan artikel dari edisi ini kepada rekan-rekan atau keluarga Anda jika Anda mendapat berkat melaluinya. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!


  

  

  

  
  
Staf Redaksi e-Konsel,N. Risanti
  

  



  

  







  

  



  CAKRAWALA
  Jalan Keluar dari "Kewalahan"



  

  


Saya yakin sebagian besar wanita tahu apa yang saya maksud dengan kata "kewalahan". Kewalahan adalah apa yang terjadi pada kita ketika kita mengambil terlalu banyak dan kita sampai pada titik saat kita terlalu lelah untuk melanjutkan. Tugas-tugas yang pernah Anda nikmati menumpuk terlalu tinggi, dan sekarang Anda tidak merasa seperti membawa tugas-tugas itu lagi. Itu menjadi berat. Itu menjadi sulit. Itu menjadi terlalu banyak. Dan, Anda lelah. Tugas itu sendiri tidak berubah -- Anda yang telah berubah.
Komitmen dan tanggung jawab yang ada mungkin sangat baik. Mungkin Anda telah menjadi sukarelawan, mengajar, memberi pelajaran sekolah di rumah, konseling, menjadi penerima tamu, membantu, memasak, merawat, membersihkan, mengelola, mencuci mobil, dan kemudian Anda melakukannya semuanya lagi, hari demi hari. Anda tidak dapat melihat akhirnya dalam pandangan dan Anda merasa benar-benar kering. Habis-habisan. Lusuh. Dikeringkan. Saya ingin memberikan tali kepada Anda, mengangkut Anda keluar dari air, dan kembali berlayar.
Sebutkan Dosa Anda
		Menjadi lelah bukanlah sebuah dosa. Bahkan, itu pertanda baik bahwa kita bekerja keras dan tidak membuang waktu dengan hanya menganggur. Kelelahan bukan dosa, itu hanya gejala dari keterbatasan kita. Kita tidak terbuat dari besi. Kita adalah darah dan daging, dan kita kehabisan energi. Kita membutuhkan hari istirahat, dan kita membutuhkannya setiap minggu. Kita harus bekerja enam hari, tidur nyenyak karena kita telah bekerja keras, dan kemudian beristirahat pada hari Minggu sehingga kita dapat mengisi bahan bakar untuk memulai lagi pada Senin pagi. Itu adalah rancangan ciptaan Allah, dan itu baik. Meskipun perasaan fisik kelelahan bukanlah dosa, itu bisa, tentu saja, disertai dengan sikap dosa.
		Ketika kita lelah, kita bisa tergoda untuk berpikir bahwa kita tidak mendapatkan sesuatu. Kita mungkin merasa kecil hati atau terperangkap dan khawatir bahwa tidak ada satu orang pun membantu kita atau mengambil alihnya bagi kita. Kita mungkin berpikir pekerjaan kita semuanya adalah sia-sia karena kita akan harus melakukannya lagi besok. Atau, kita mungkin akan kecewa karena kita tidak menyelesaikan semua yang ada di daftar kita. Dan, kemudian ada teman yang berlibur di Hawaii. Bagaimana dia dapat kabur dengan begitu mudah?
		Jadi, dengan segala cara, hadapilah semua sikap berdosa sebelum mencoba untuk memecahkan masalah kewalahan. Mengasihani diri sendiri tidak pernah membantu atau memperlengkapi kita ketika kita memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, dan itu tidak akan membantu kita dalam penanganan permasalahan ini.

[e-Konsel] Mengatasi Kelelahan Psikis -- Edisi 399/Agustus 2017

2017-08-08 Terurut Topik e-Konsel
Title: 
e-Konsel -- Mengatasi Kelelahan Psikis  -- Edisi 399/Agustus 2017
  














  

  
e-Konsel -- Mengatasi Kelelahan Psikis -- Edisi 399/Agustus 2017
  

  


 




  

  

  

  





  

  
Publikasi Elektronik Konseling Kristen

  

  
Mengatasi Kelelahan Psikis
  


  
  
Edisi 399/Agustus 2017
  
  

  

  

  


 




  

  


Salam konseling,
Kelelahan psikis, kewalahan, dan burnout. Siapa yang tidak akrab dengan kata-kata tersebut? Kita semua, pada satu titik dalam hidup ini, pernah mengalaminya meski mungkin dalam tingkatan yang berbeda. Kelelahan atau kewalahan secara psikis ini bisa disebabkan oleh faktor internal (dari diri sendiri) atau faktor eksternal (dari luar/lingkungan/orang lain). Ketika mengalaminya, sudah pasti sukacita dan damai sejahtera yang dari Tuhan sulit untuk tinggal dalam hati dan pikiran kita. Yang ada hanyalah perasaan kering, kosong, lelah, bahkan tak jarang meningkat menjadi perasaan putus asa. Jika kita tidak mengatasinya secara tepat dalam terang firman Tuhan, perasaan stres dan depresi pelan-pelan akan mengambil alih, dan dengan cepat memengaruhi relasi dan aspek-aspek kehidupan kita yang lain.
Edisi e-Konsel bulan Agustus ini hadir dengan dua artikel yang terkait dengan perasaan lelah atau kewalahan secara psikis. Harapan kami, setelah membaca artikel dari kolom Cakrawala dan Tanya Jawab, kita akan semakin beroleh wacana untuk dapat mengantisipasi kelelahan atau kewalahan psikis. Jangan lupa untuk membagikan artikel dari edisi ini kepada rekan-rekan atau keluarga Anda jika Anda mendapat berkat melaluinya. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!


  

  

  

  
  
Staf Redaksi e-Konsel,N. Risanti
  

  



  

  







  

  



  CAKRAWALA
  Jalan Keluar dari "Kewalahan"



  

  


Saya yakin sebagian besar wanita tahu apa yang saya maksud dengan kata "kewalahan". Kewalahan adalah apa yang terjadi pada kita ketika kita mengambil terlalu banyak dan kita sampai pada titik saat kita terlalu lelah untuk melanjutkan. Tugas-tugas yang pernah Anda nikmati menumpuk terlalu tinggi, dan sekarang Anda tidak merasa seperti membawa tugas-tugas itu lagi. Itu menjadi berat. Itu menjadi sulit. Itu menjadi terlalu banyak. Dan, Anda lelah. Tugas itu sendiri tidak berubah -- Anda yang telah berubah.
Komitmen dan tanggung jawab yang ada mungkin sangat baik. Mungkin Anda telah menjadi sukarelawan, mengajar, memberi pelajaran sekolah di rumah, konseling, menjadi penerima tamu, membantu, memasak, merawat, membersihkan, mengelola, mencuci mobil, dan kemudian Anda melakukannya semuanya lagi, hari demi hari. Anda tidak dapat melihat akhirnya dalam pandangan dan Anda merasa benar-benar kering. Habis-habisan. Lusuh. Dikeringkan. Saya ingin memberikan tali kepada Anda, mengangkut Anda keluar dari air, dan kembali berlayar.
Sebutkan Dosa Anda
		Menjadi lelah bukanlah sebuah dosa. Bahkan, itu pertanda baik bahwa kita bekerja keras dan tidak membuang waktu dengan hanya menganggur. Kelelahan bukan dosa, itu hanya gejala dari keterbatasan kita. Kita tidak terbuat dari besi. Kita adalah darah dan daging, dan kita kehabisan energi. Kita membutuhkan hari istirahat, dan kita membutuhkannya setiap minggu. Kita harus bekerja enam hari, tidur nyenyak karena kita telah bekerja keras, dan kemudian beristirahat pada hari Minggu sehingga kita dapat mengisi bahan bakar untuk memulai lagi pada Senin pagi. Itu adalah rancangan ciptaan Allah, dan itu baik. Meskipun perasaan fisik kelelahan bukanlah dosa, itu bisa, tentu saja, disertai dengan sikap dosa.
		Ketika kita lelah, kita bisa tergoda untuk berpikir bahwa kita tidak mendapatkan sesuatu. Kita mungkin merasa kecil hati atau terperangkap dan khawatir bahwa tidak ada satu orang pun membantu kita atau mengambil alihnya bagi kita. Kita mungkin berpikir pekerjaan kita semuanya adalah sia-sia karena kita akan harus melakukannya lagi besok. Atau, kita mungkin akan kecewa karena kita tidak menyelesaikan semua yang ada di daftar kita. Dan, kemudian ada teman yang berlibur di Hawaii. Bagaimana dia dapat kabur dengan begitu mudah?
		Jadi, dengan segala cara, hadapilah semua sikap berdosa sebelum mencoba untuk memecahkan masalah kewalahan. Mengasihani diri sendiri tidak pernah membantu atau memperlengkapi kita ketika kita memiliki pekerjaan yang harus dilakukan, dan itu tidak akan membantu kita dalam penanganan permasalahan ini.