Setuju sekali dengan pendapat pak Astyo, Mulyanto & Koesoemahardy: IATMI-KL
bersama IATMI PUSAT & IAGI HARUS BERPERAN POSITIVE & MEMIHAK Kedaulatan
bangsa"...ayo maju !!!

Wass,
nyoto




2013/7/17 koesoemahardy widjaja <koesoemaha...@yahoo.com>

> Pertamina aja musti mati2an berjuang melawan Total dalam merebut blok tsb
> lah kalau IATMI-KL apa hebatnya ?
>    *From:* Mulyanto Hakim <mulyanto.ha...@gmail.com>
> *To:* serba...@googlegroups.com
> *Sent:* Tuesday, July 16, 2013 4:23 PM
> *Subject:* Re: [Serba.Serbi-KL] Blok Mahakam
>
> Unsur politiknya kental sekali dalam pengambilan keputusan blok Mahakam
> ini. Gimana kalo IATMI bikin seminar untuk pengelolaan blok Mahakam?
>
>
> 2013/7/16 astyo budi <astyob...@gmail.com>
>
> mafia penguasa yang tidak mau melihat negaranya maju dan mampu mengelolah
> hasil buminya sendiri. Semoga pengerukan kekayaan hasil bumi oleh pihak
> asing tidak terjadi di bumi kaltim, seperti halnya di papua !
>
>
> 2013/7/16 Gustioro <gusti...@gmail.com>
>
> Diskusi panjang Blok Mahakam memang sangat menarik untuk diperhatikan.
> Sebagai putra bangsa seharusnya sudah bisa diambil alih oleh Pertamina…
> berikut adalah ulasan dari IRESS sebagai bahan diskusi
>
> Siaran Pers IRESS Jakarta, 15 Juli 2013
> Blok Mahakam untuk Pertamina:
> Hentikan Rekayasa Pengambilan Keputusan!
>
> Menteri ESDM Jero Wacik menyatakan di Jakarta (17/7/2013) Pemerintah
> sedang mempertimbangkan proposal Total yang akan mengalokasikan(**!) hak
> partisipasi Blok Mahakam sebesar 30% kepada Pertamina pada 2017. Total
> menawarkan masa transisi pengelolaan selama 5 tahun setelah kontrak
> berakhir pada 2017. IRESS bersama ribuan penandatangan Petisi Blok Mahakam,
> dengan ini menyatakan menolak dengan tegas proposal tersebut. IRESS meminta
> kepada Presiden SBY untuk segera memutuskan, bahwa sejak 1 April 2017 Blok
> Mahakam akan dikelola oleh Pertamina.
> IRESS mencatat Total bersama Inpex, sejak 2007 telah puluhan kali
> mengajukan permintaan perpanjangan kontrak. Permintaan ini lumrah dalam KKS
> Migas, tetapi juga sekaligus menunjukkan Blok Mahakam masih menyimpan
> cadangan yang sangat besar. Sebaliknya, sejak 2008 Pertamina pun telah
> berkali-kali pula meminta dengan hormat kepada Pemerintah untuk mengelola
> Mahakam! Pertamina pernah menawar saham Total & Inpex secara business to
> business pada 2010. Pertamina pun telah berulang kali menegaskan kemauan
> dan kemampuan mengelola 100% Mahakam sejak 2017. Bahkan Menteri BUMN
> mendukung penuh (2/4/2013) keinginan Pertamina tersebut.
> Ternnyata Presiden SBY bergeming, meskipun dua orang menteri kabinetnya,
> Jero vs Dahlan, berbeda pendapat 180 derajat. IRESS menilai, SBY enggan
> memihak konstitusi dan kepentingan rakyat sesuai permintaan Pertamina dan
> Menteri BUMN. Ada apa dengan Presiden SBY yang seolah-olah terus
> bersembunyi, dikesankan tidak terlibat kisruh Blok Mahakam, tetapi tersirat
> justru cenderung mendukung Jero Wacik yang memihak asing?
> Seandainya pun Pertamina menyatakan tidak mau dan tidak mampu, IRESS
> bersama Petitor Blok Mahakam pasti meminta Pertamina untuk mengelola blok
> tersebut. Sikap ini konstitusional dan pilihan yang paling menguntungkan
> bagi rakyat Indonesia. Sikap yang sama seharusnya ditunjukkan oleh SBY dan
> Jero Wacik: bahwa seandainya pun Pertamina menyatakan tidak mampu, justru
> sebagai kepala negara dan Menteri ESDM, SBY dan Jero Wacik harus
> memerintahkan dan mendukung agar Pertamina mampu mengelola Mahakam!
> Sejak 2012 Jero Wacik terus mencari alasan untuk menghadang Pertamina,
> tetapi sekaligus berupaya “memuaskan hasrat†Total dan Inpex untuk tetap
> bercokol di Mahakam. Sikap ini terlihat dari “peringatan†kepada Dirut
> Pertamina untuk tidak meminta mengelola Mahakam, sambil mengatakan
> Pertamina tidak akan mampu dan dapat bangkrut jika bersikukuh. Saat itu
> Jero mengatakan Pemerintah telah berhitung secara rasional untuk kembali
> menyerahkan Blok Mahakam kepada Total dan Inpex (12/10/2012)**.
> Karena adanya gerakan Petisi Mahakam, dukungan Menteri BUMN pada Pertamina
> dan dilaporkannya Jero Wacik, Susilo Wiroutomo dan Profesor Rudi Rubiandini
> oleh IRESS ke KPK (13/2/2013), sikap Jero sedikit berubah. Namun ternyata
> rakyat tetap perlu waspada. Faktanya, pada 10 April 2013 Jero menyatakan
> ingin menunda keputusan kontrak Mahakam sampai terpilihnya Presiden RI pada
> 2014. Namun Jero masih saja membuka kemungkinan dimenangkannya Total dan
> Inpex dengan mengatakan: "Kalau semua kondusif ya kita akan diputuskan"**.
> Kondusif bagi siapa dan untuk siapa?
> Sejalan dengan sikap Jero Wacik di atas, sejak April-Mei 2013, oknum-oknum
> KESDM, SKK, Total, Inpex dan para pendukung meneruskan kampanye. Dikatakan
> bahwa sejak 2017 Blok Mahakam perlu dikelola bersama oleh Total, Inpex dan
> Pertamina, dan Total harus bertindak sebagai operator selama 5 tahun
> pertama. Kampanye ini didukung dengan isu bahwa masa transisi diperlukan,
> Pertamina tidak mampu secara teknis, SDM dan manajemen tidak profesional,
> gagal mengelola Blok West Madura Offshore dan Offshor North West Java, dsb.
> Sebagaimana layaknya sebuah orkestra yang solid, apa yang telah
> dikampanyekan sejak April-Mei 2013 kembali digaungkan oleh Total. VP Total
> Asia Pasifik, Jean-Marie Guillermou (11/7/2013) menawarkan masa transisi 5
> tahun sejak 2017 kepada Jero Wacik, sambil menebar informasi “seramâ€
> bahwa laju penurunan produksi perlu ditahan dengan 10.000 intervensi pada
> sumur-sumur dan pengeboran 100 sumur baru per tahun. Jean-Marie menyatakan
> Total akan berinvestasi sebesar US$ 7,3 miliar asal keputusan segera
> dilakukan. Dengan pernyataan ini, mungkin saja upacara penyerahan akan
> segera berlangsung.**..
> Jean-Marie pun menyatakan pengelolaan Blok Mahakam padat modal dan sarat
> teknologi tinggi, membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan profesionalitas
> dalam industri migas, sebagaimana dilakukan Total. Jean-Marie sedang
> mengkampanyekan kehebatan Total sekaligus menyiratkan ketidakmampuan
> Pertamina. Sebagai anak bangsa, kita mestinya terpanggil untuk melakukan
> pembelaan. Bahkan seandainya pun pernyataan itu benar, kita pantas terusik,
> sekaligus berusaha sekuat tenaga menunjukkan bahwa: BUMN Kita Mampu!
> Orkestra yang dimainkan bersama oleh oknum-oknum KESDM dan SKK, serta
> Total dan para pendukung tampaknya akan terus berlanjut sambil mengulur
> waktu. Isu-isu akan terus ditebar berupa perlunya menjaga lifting migas dan
> penerimaan APBN, keharusan memenuhi kewajiban pengiriman gas dan besarnya
> investasi. Hal ini kelak akan menjadi “perangkap†, sekaligus sebagai
> “kondisi kritis yang memaksa†untuk mengambil keputusan: “Jika kontrak
> dengan Total & Inpex tidak diperpanjang, maka penerimaan APBN berkurang!
> Indonesia didenda karena gagal memenuhi kontrak gas...†. Tampaknya
> penyerahan kepada asing sudah di depan mata. Biasanya akan dipilih hari
> Jumat dan menjelang periode libur panjang...
> Rekayasa dan niat buruk asing dan para oknum pemain orkestra di atas harus
> dihentikan. Tujuan pemain orkestra ini jelas untuk mengkondisikan agar
> rakyat akhirnya dipaksa menerima tetap berkuasanya Total di Mahakam. IRESS
> mengingatkan agar oknum-oknum Pemerintah berhenti mengakali rakyat dengan
> perangkap dan rekayasa kondisi kritis. Sejalan itu, Presiden SBY pun
> diminta untuk segera, pada bulan Juli 2013 ini, menerbitkan Perpres yang
> menetapkan bahwa sejak April 2017, operator Blok Mahakam adalah Pertamina.
> Dramatisasi situasi dan rekayasa kondisi menjelang keputusan kontrak SDA
> bukanlah hal baru. Beberapa alasan yang sering digunakan “menjustifikasi
> keputusan†biasanya dikaitkan dengan lifting, penerimaan APBN, iklim
> investasi, nilai investasi atau gugatan arbitrase. Pada saat akan
> menyerahkan Blok Cepu kepada Exxon Maret 2006, dalih yang dipakai antara
> lain gugatan arbitrase dan mendesaknya peningkatkan lifting demi penerimaan
> APBN. Jika dikelola Exxon, Blok Cepu akan berproduksi 165.000 barel per
> hari (bph) pada 2010 dan APBN tertolong.
> Ternyata hingga sekarang, produksi Blok Cepu masih berkisar pada angka
> 25.000 bph. Terbukti pula, penerimaan APBN pun tidak terganggu karena
> gagalnya produksi 165.000 bph. Satu hal yang pasti, dramatisasi dan
> pengkondisian berhasil baik dan agenda Exxon berjalan mulus. Namun,
> keputusan tersebut telah meninggalkan luka yang mendalam: perusahaan milik
> rakyat menjadi pecundang di negeri sendiri. Dirutnya pun, Widya Purnama,
> dipecat karena terus berupaya agar Blok Cepu dikelola Pertamina.
> IRESS menganggap keputusan harus segera diambil untuk memberikan kepastian
> bagi kontraktor, baik Total dan Inpex maupun Pertamina. Perlunya kecepatan
> keputusan juga sangat difahami oleh KESDM dan SKK Migas. Namun meskipun
> sangat faham, Pemerintah masih mengulur waktu. Sekretaris SKK Migas, Gde
> Pradnyana mengatakan (8/7/2013) seharusnya Pemerintah sudah memutuskan
> kontrak sejak 2012 lalu, sehingga “ada proses transisi yang dilakukan
> operator disana†. Jika memang 2012 sudah dianggap terlambat, mengapa pula
> sekarang keputusan masih ditunda-tunda?
> Ternyata masalahnya ada pada isi keputusan. Pada 2012 IRESS melihat KESDM
> sangat yakin memberi perpanjangan kepada Total. Namun karena ada arus besar
> perlawanan masyarakat yang mendukung BUMN sesuai UUD 1945, yang disebut
> oleh Gde Pradnyana sebagai “banyak aspirasi yang masuk†, maka KESDM
> menunda keputusan, “sampai kondisi menjadi kondusif†, seperti kata Jero
> Wacik. Gde perlu menyadari bahwa yang diperjuangkan masyarakat adalah hak
> konstitusionalnya. Selain itu, IRESS ingin mengingatkan Jero bahwa kondisi
> akan sangat kondusif jika Blok Mahakam dikuasai negara melalui BUMN!
> Total menyatakan (11/7/2013) bersedia mengalokasikan(**!) 30% saham pada
> Pertamina sejak 2017. Sebelumnya pada 18 Januari 2013 Total mengatur-atur
> pembagian saham dengan komposisi: Total dan Inpex menguasai 66%, sedang
> Pertamina 34%. Siapa sebenarnya yang berkuasa mengambil keputusan? Apakah
> Total tidak sadar kalau Indonesia negara berdaulat? Mungkin saja ada oknum
> Pemerintah bermental terjajah, korup dan bersedia berkompromi, sehingga
> negara kita dianggap tidak berdaulat. Tetapi Total perlu mencatat bahwa
> kedaulatan ada di tangan rakyat, yang akan melakukan perlawanan jika
> korupsi terjadi dan haknya dirampas.
> Pada kesempatan ini, IRESS kembali meminta KPK untuk memantau dengan
> cermat apa yang terjadi dalam proses perpanjangan kontrak ini. Sebagaimana
> komitmen pimpinan KPK yang menyatakan (Juni 2013) akan fokus mencegah dan
> menangani kasus-kasus korupsi sektor SDA, maka sekaranglah saatnya untuk
> bekerja. Sesuai MOU KPK-BP Migas/SKK Migas 14 November 2011, KPK diingatkan
> untuk lebih proaktif memastikan bahwa keputusan kontrak Mahakam adalah
> memihak rakyat dan bebas KKN.
> IRESS kembali mengulang permintaan kepada Presiden SBY untuk segera
> menerbitkan Perpres bahwa sejak 2017 Blok Mahakam dikelola oleh Pertamina.
> Permintaan ini sangat rasional, konstitusional, bermatrabat, pro-rakyat dan
> sesuai kepentingan bangsa. Sehingga keputusan SEBENARNYA sangat gamblang
> dan gampang diambil. Keputusan menjadi sulit dan lambat jika pengambil
> keputusan terpengaruh oleh oknum-oknum pejabat korup, pemburu rente,
> hipokrit, bermental terjajah dan komprador serta pemburu dana segar untuk
> Pemilu 2014. Kepada para mahasiswa, pemuda, ormas, tokoh masyarakat dan
> siapapun yang peduli menjaga martabat bangsa dan nasib rakyat, kami minta
> untuk bergabung bersama IRESS dan Petisi Blok Mahakam untuk menyuarakan
> tuntutan ini. []
>
> Marwan Batubara,
>
> Direktur Eksekutif IRESS
> Jl. Gandaria VI No.2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Fax: 021 722 1058.
>
>
> Salam,
>
> Gustioro
> +60179267920 (Malaysia)
> +628129220109 (Indonesia)
>
> --
> --
> Mohon menggunakan mailist sesuai dengan peruntukannya.
> IATMI-KL : iatmi...@googlegroups.com
> Cerita santai : guyonan...@googlegroups.com
> Postingan bebas selama tak menyerang SARA : serba...@googlegroups.com
> ---
> You received this message because you are subscribed to the Google Groups
> "serba.serbi-KL" group.
> To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an
> email to 
> mailto:serba-kl%2bunsubscr...@googlegroups.com<serba-kl%2bunsubscr...@googlegroups.com>
> .
>
> For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>
>
> --
> --
> Mohon menggunakan mailist sesuai dengan peruntukannya.
> IATMI-KL : iatmi...@googlegroups.com
> Cerita santai : guyonan...@googlegroups.com
> Postingan bebas selama tak menyerang SARA : serba...@googlegroups.com
> ---
> You received this message because you are subscribed to the Google Groups
> "serba.serbi-KL" group.
> To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an
> email to 
> mailto:serba-kl%2bunsubscr...@googlegroups.com<serba-kl%2bunsubscr...@googlegroups.com>
> .
>
> For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>
>
> --
> --
> Mohon menggunakan mailist sesuai dengan peruntukannya.
> IATMI-KL : iatmi...@googlegroups.com
> Cerita santai : guyonan...@googlegroups.com
> Postingan bebas selama tak menyerang SARA : serba...@googlegroups.com
> ---
> You received this message because you are subscribed to the Google Groups
> "serba.serbi-KL" group.
> To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an
> email to serba-kl+unsubscr...@googlegroups.com.
> For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>
>
>   --
> --
> Mohon menggunakan mailist sesuai dengan peruntukannya.
> IATMI-KL : iatmi...@googlegroups.com
> Cerita santai : guyonan...@googlegroups.com
> Postingan bebas selama tak menyerang SARA : serba...@googlegroups.com
> ---
> You received this message because you are subscribed to the Google Groups
> "serba.serbi-KL" group.
> To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an
> email to serba-kl+unsubscr...@googlegroups.com.
> For more options, visit https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>

Kirim email ke