Senang sekali membaca tulisan seperti ini, moga moga tercapai apa apa yg
dicitacitakan.
On Aug 13, 2012 2:52 PM, "noor syarifuddin" <noorsyarifud...@yahoo.com>
wrote:

> Kapan geologis kita bisa melakukan hal yang sama dengan rekan-rekan di
> BUMN ini....mungkin energinya akan lebih positif daripada hanya mengeluh
> saja tiap hari...:-)
>
> Manufacturing Hope Dahlan Iskan: Dari Sakit Hati ke Proklamasi Harga Diri
> *Dahlan Iskan* - detikfinance
> Senin, 13/08/2012 12:36 WIB
>  Browser anda tidak mendukung iFrame
>     *Jakarta *- Sakit hati, ada kalanya sangat penting. Banyak orang
> sukses bermula karena sakit hati: kepada saudara, tetangga, teman, mantan
> pacar, mantan kongsi, atau kepada pesaing yang pernah mengalahkannya.
>
> Sakit hati kadang juga menyangkut harga diri. Banyak orang sukses bukan
> karena ingin kaya, tapi karena tidak ingin harga dirinya diremehkan. Mereka
> ini golongan yang, setelah sukses, tidak kelihatan menikmati kekayaannya
> untuk kemewahan hidupnya.
>
> Sakit hati juga biasa datang dari orang pandai yang merasa kepandaiannya
> tidak dimanfaatkan. Bisa juga datang dari orang yang merasa terjajah, yang
> kemudian ingin mengalahkan bekas penjajahnya.
>
> Bisakah sakit hati dilakukan secara berjamaah? Oleh satu kelompok? Agar
> kelompok itu sukses secara bersama-sama? Bisakah sakit hati dilakukan
> secara nasional? Sehingga bangsa itu secara keseluruhan bisa sukses?
>
> Sebagai orang yang pernah sakit hati, saya mencoba mengumpulkan banyak
> orang yang sudah lama sakit hati. Yakni para engineer yang selama ini
> bekerja di perusahaan-perusahaan BUMN. Mereka inilah yang merasa sakit hati
> setiap kali melihat kemampuan mereka diremehkan.
>
> Salah satu puncaknya adalah saat mereka melihat proyek pembangkit listrik
> 10.000 MW. Mereka mempertanyakan: mengapa untuk pembangkit yang sekecil 2x7
> MW pun harus mentah-mentah didatangkan dari Tiongkok? Apalagi ketika pada
> akhirnya proyek itu sama sekali tidak bisa dikatakan murah -oleh berbagai
> sebab, termasuk penyebab dari dalam negeri.
>
> Rabu pagi tanggal 8 Agustus 2012 lalu, mereka berkumpul di aula kantor
> pusat Pertamina. Selama ini mereka benar-benar sakit hati. Hanya saja
> mereka cuma berani mengeluhkannya  secara diam-diam dan sendiri-sendiri.
> Mereka adalah kelompok sakit hati yang meskipun tidak destruktif tapi juga
> tidak aktif. Mereka pada dasarnya “sakit hati, tapi setengah tidak berdaya”.
>
> Padahal kemampuan mereka luar biasa. Asal ada yang mempersatukan dan
> mengkoordinasikan.
>
> Selama ini mereka kurang diberi kesempatan sehingga kapasitas itu
> tercerai-berai di berbagai BUMN. Mereka bukan saja tidak bersinergi, bahkan
> sering saling jegal!
>
> Lihatlah pabrik di Pasuruan ini. Siapa yang menyangka bahwa BUMN yang
> kelihatan setengah sekarat itu –PT Boma Bisma Indra (BBI)- mampu membuat
> kondensor. Alat yang menjadi bagian sangat penting dalam pembangunan
> pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
>
> Waktu saya berkunjung ke PT BBI Pasuruan tiga minggu lalu tiga kondensor
> sudah terlihat jadi. Siap diekspor ke Eropa. Kondensor itu memang dipesan
> oleh pabrikan besar di Eropa. Untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.
>
> Tapi PT BBI sedang kelimpungan. Ini akibat buruknya manajemen di masa-masa
> yang lalu. Utangnya ke Bank Mandiri sudah macet selama 10 tahun! Bunga dan
> dendanya terus menggunung. Assetnya banyak tersandera sebagai jaminan bank
> yang tidak bisa diapa-apakan. Perusahaan ini di-blacklist oleh bank mana
> pun.
>
> PT BBI juga masih punya utang dagang pada PT Krakatau Steel (KS) yang
> sangat besar.  Juga sudah macet lebih 10 tahun. Sebagian asset PT BBI juga
> ditahan oleh KS sebagai jaminan sehingga tidak bisa digerakkan.
>
> Akibatnya, kemampuan yang tinggi yang dimiliki para ahli dan karyawan PT
> BBI tersandera oleh keadaan perusahaan yang ‘termehek-mehek’. Mereka sakit
> hati dan frustrasi. Ahli tapi tidak berdaya.
>
> Mereka ahli membuat kondensor, boiler, pabrik kelapa sawit, dan pekerjaan
> engineering lainnya, tapi mereka tidak ahli dalam menyelesaikan problem
> utang macet yang membelit perusahaannya.
>
> Maka saya bersyukur ketika Dirut PT BBI yang sekarang, Dr Ir Lalak
> Indiyono, punya ide brilian untuk menguraikan benang kusut itu. Dengan
> skema yang cerdas, akhir tahun ini saya targetkan benang kusut tersebut
> sudah harus selesai. Agar tahun depan sudah bisa berlari, mengubah sakit
> hati menjadi ‘balas dendam’ untuk kemajuan bersama.
>
> Dalam forum rapat akbar engineering BUMN Rabu lalu itu, Dirut PLN, Ir Nur
> Pamudji, juga menawarkan pembangunan 30 unit PLTU di seluruh Indonesia.
> Terutama yang ukurannya 20 MW ke bawah. PLTU-PLTU ini harus  dibangun
> sepenuhnya oleh putra-putra bangsa sendiri. Baik BUMN maupun BUMN dan
> swasta nasional.
>
> Inilah “Proyek 30 PLTU Merah Putih”, yang kami proklamasikan menjelang
> perayaan 17 Agustus 2012 untuk segera dikerjakan.
>
> Pembagian tugas pun diputuskan: turbin dibuat PT NTP Bandung, anak
> perusahaan PT Dirgantara Indonesia. Dengan membuat 30 turbin sekaligus,
> para engineer di PT NTP akan sibuk dan bisa mencapai skill yang tangguh.
>
> Generatornya dibuat oleh PT Pindad Bandung. Membuat 30 generator sekaligus
> bisa sangat efisien. Boilernya dibuat PT Barata Surabaya. PT BBI membuat
> kondensornya. Dan PT Wika membangun sipilnya. Secara teknik,
> perusahaan-perusahaan BUMN tersebut benar-benar mampu mengerjakannya.
>
> Selama ini mereka terserak, tidak terkoordinasi, dan bahkan saling
> menjatuhkan.
>
> Dalam forum itu para engineer BUMN juga memproklamasikan "Pabrik Gula
> Merah Putih".  BUMN memang akan membangun pabrik gula baru di Glenmore,
> Banyuwangi. Pabrik baru yang akan menjadi yang terbesar di Jawa itu, 100
> persen akan made in Indonesia!
>
> Kalau proyek ini sukses (dan harus sukses) maka revitalisasi pabrik-pabrik
> gula tua di seluruh Indonesia akan dikerjakan sendiri oleh putra-putra
> bangsa.
>
> Alangkah akan sibuknya para engineer kita. Alangkah hidupnya pabrik-pabrik
> rekayasa permesinan kita. Alangkah berkembangnya kemampuan
> insinyur-insinyur kita.
>
> Belum lagi proyek monorail Jakarta yg mangkrak sejak lebih 10 tahun lalu
> itu. Kalau Gubernur Jakarta mengeluarkan izinnya, satu BUMN yang selama ini
> banyak dosanya, PT Adhi Karya, akan menebus dosanya itu dengan pengabdian
> nyata.
>
> Monorail Jakarta itu akan selesai dalam 26 bulan. Adhi Karya akan didukung
> dua BUMN lainnya, PT LEN untuk sistem elektroniknya dan PT INKA untuk
> keretanya. Maka begitu pilkada selesai izin akan diajukan.
>
> Yang masih akan dirumuskan adalah: bagaimana agar putra-putra bangsa juga
> bisa segera memiliki kemampuan mengerjakan proyek petrochemical dan
> oleochemical. Sedang untuk teknologi hidrogen dan fuel cell yang kelak akan
> jadi alternatif sumber tenaga untuk mobil listrik juga sedang dirancang.
>
> Kita sudah punya ahli fuel cell yang kini bekerja di BPPT dan di LIPI.
> Mereka sudah setuju untuk membuat prototipe fuel cell pertama di Indonesia,
> dengan biaya BUMN PT Batantek pimpinan Dr Ir Yudiutomo Imardjoko. Dua
> ilmuwan hebat akan berkolaborasi untuk energi masa depan Indonesia.
>
> Maka dalam enam bulan, kita akan bisa melihat apakah Dr Ir Ennya Lestyani
> Dewi yang sekolah S1 sampai S3-nya di Jepang (atas biaya BJ Habibie) itu
> bisa melahirkan teknologi fuel cell Indonesia.
>
> Tentu ilmuwan-ilmuwan energi masa depan lainnya yang belum saya ketahui
> dimohon bergabung ke sini.
>
> Seperti yang sudah dibuktikan minggu lalu, salah satu putra bangsa kita
> juga sudah berhasil membuat prototipe permanent magnetic motor pertama di
> Indonesia. PMM 25 kv itu sdh terbukti berhasil dipasang di mobil listrik
> buatan Pindad dan berfungsi dengan sempurna.
>
> Untuk teknologi fuel cell pun, saya melihat di balik jilbab Dr Ennya
> Lestyani Dewi, putri Secang, Magelang, ini menyinarkan otak encernya.
>
> Saat ini, dari Makkah saya berdoa untuk Dr Ennya yang lagi merancang
> teknologi fuel cell-nya.
>
> Sakit hati, kelihatannya memang perlu sering-sering terjadi. Asal terbuka
> penyalurannya.
>
>
>
>   *From:* Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
> *To:* IAGI <iagi-net@iagi.or.id>; "geologi...@googlegroups.com" <
> geologi...@googlegroups.com>
> *Sent:* Saturday, August 11, 2012 3:32 PM
> *Subject:* [iagi-net-l] Mentalitas bangsa terjajah
>
> Dari fb pak Andang Bachtiar <https://www.facebook.com/andang.bachtiar.5>
> Logika dan mentalitas bgs terjajah:
> 1) Krn resikonya tinggi maka kita butuh orang asing untuk melakukan
> eksplorasi sumberdaya kebumian di Indonesia (bgsa terjajah adlh bangsa yg
> tdk mau mengambil resiko)
>
> 2) Krn teknologinya tinggi maka kita butuh modal asing untuk maju ke depan
> memimpin kita dlm usaha eksplorasi sumberdaya migas dan mineral Indonesia
> (bangsa terjajah adlh bangsa yg tdk peduli pengembangan teknologinya
> sendiri, bahkan u/mencontek - mencuri - meniru teknologi luar negeri saja
> tdk disemangati, tdk dihidupi)
>
> 3) Krn menyangkut cadangan raksasa, produksi yg besar dan operasi yg luar
> biasa complicated dan sensitifnya, maka kita serahkan saja operatorship
> pengelolaan blok2 migas yg sdh expired kontraknya ke perusahaan2 asing yg
> sdh pengalaman; Pertamina atau perusahaan2 nasional lainnya silakan jadi
> makmum saja ... (bangsa terjajah adlh bangsa yg tidak percaya pada
> kemampuan diri sendiri, bangsa terjajah adlh bangsa yg pemimpin2nya
> mengukurkan baju kemajuan efisiensi teknologi kecanggihan operasional
> manajemen bangsa asing yg kedodoran ke tubuhnya sendiri yg bebal dan kuper
> pdhl sebagian besar rakyatnya yg professional sdh terbiasa memakai baju
> tersebut!!!!)
>
> Nah, apakah kita mau terus pelihara logika dan mental spt itu????
>
>
> --
> *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*
>
>
>

Kirim email ke