Mas Shofi et. al.,
Kembali ke petrofisika dasar, porositas adalah perbandingan volume rongga 
terhadap volume total. Banyak cara untuk menghitung porositas, baik secara 
langsung (core) atau derivatif dari respon logs. Semua dalam skala, sampling 
rates dan resolusi yang berbeda.
 
Core: jika volume sample yang diambil adalah 8 cubic inches -- berukuran 2 in x 
2 in x 2 in (asumsikan sebagai kubus) dan ada rongga (vug) yang bervolume 3.5 
cubic inches, maka porositas sampel-nya adalah 3.5:8 = ~ 43.8%. Bagaimana jika 
kebetulan saat pengambilan sample secara acak, ternyata volume vug-nya 7 cubic 
inches? Jadi berapa porositas sampel tsb? Sama juga untuk point count di 
sayatan tipis. Apakah sampelnya diambil dari batuan yang vug-nya sendiri sudah 
lebih besar daripada ukuran sampel atau di batuan yang kebetulan tidak ada vug?
 
Log (Density): pada umumnya log densitas punya resolusi vertikal sekitar 1.5 
feet (slow logging speed) dan depth of investigation sejauh 4 inci ( 0.33 ft) 
kedalam formasi. Agak lebih jauh pada formasi yang berdensitas lebih rendah dan 
agak dangkal pada formasi yang berdensitas lebih tinggi. Tool ini didisain 
untuk membaca nilai rata-rata porositas "flushed zone". Jadi volume yang dibaca 
oleh alat adalah 1.5 ft x 0.33 ft x 0.125 ft (diameter detector) = 0.061 cubic 
feet = 105.4 cubic inches = 1727cubic centimeters (cc).
 
Log (Neutron): resolusi vertikal-nya antara 12 - 15 inches. Depth of 
investigation sekitar 10 - 12 inches. Frekuensi perata-rataan 2 detik. Artinya 
setiap dua detik, tool akan merata-ratakan pembacaan (count rates). Bayangkan 
berapa besar ketidakpastian pengukuran jika logging speed-nya tinggi. Neutron 
sangat sensitif terhadap Hydrogen Index di batuan dan/atau di fluida. Makanya 
Neutron jarang di-run sendirian, selalu bersama density (Compensated). Selain 
itu, koreksi Far/Near Epi-thermal juga cukup ribet. Tapi, untuk diskusi ini, 
kita sederhanakan dan memisalkan pada t=2 detik, Neutron (tool tua) membaca 
volume batuan sebesar 2650 cubic inches. Asumsi model volume batuan seperti 
cincin. Volume cincin = 3.14 (pi) x{12 inches (depth of invest) - 4.5 inch 
(tool OD)}^2 x 15 inches (jarak Source dengan Far detector). Untuk tool yang 
baru, generasi CNL dan adik-adiknya, volume sample-nya jauh lebih sedikit 
karena tool-nya eccentered - nempel ke dinding sumur
 - ditekan oleh bow spring, jadi tidak lagi merata-rata volume "cincin". 
Mungkin tinggal 1/5 atau 1/6 dari asumsi awal model kita. Tapi, tetap lebih 
besar daripada volume dari density tool.
 
Log Akustic (Sonic): Resolusi vertikal sekitar 2 ft; depth of investigation 
(DoI) bergantung pada frekuensi yang dipakai. Pada 25 kHz, amplitudo yang 
dihasilkan memberi DoI kira-kira 1 ~ 2 inch. Singkat cerita, volume sample 
adalah sekitar 300 cubic inches.
 
Dari prinsip kerja dan jumlah volume yang diukur sudah memberi perbedaan 
pembacaan porositas. Sekarang ditambah dengan masalah matrik yang homogen vs. 
kompleks. Untuk karbonat yang dianggap complex lithology, asumsi bahwa 
matriks-nya punya satu nilai (2.71 atau 2.83 g/cc) sering keliru. Pendekatan 
deterministik kurang tepat. Kompleksitas batuan seperti adanya dolomitisasi 
(yang tidak seragam), adanya pengaruh klastik (kuarsa, lempung) dan kehadiran 
mineral evaporit (jika di lingkungan sabkha) akan membuat penentuan matriks 
menjadi ruwet juga. Salah milih matrik (RHOMA) akan memberi PHIT_ND atau PHIS 
yang keliru juga.
 
Untuk karbonat, saya lebih cenderung menggunakan pendekatan probabilitas 
volumetrik pakai MultiMin (Geolog), QuantiMin (Techlog) atau MineralSolver 
(Integrated Petrophysics). Karena dengan pendekatan ini, jika model yang kita 
buat terbukti bagus/akurat. Maka kita bisa menghitung balik RHOG (grain 
density) dan DT_matrix yang dipakai. Sehingga harga porositas yang dihasilkan 
sudah didasarkan pada acuan RHOMA, RHOF, DTMA dan DTFL yang sebenarnya. Tidak 
lagi berdasarkan asumsi 2.71 g/cc & 49 us/ft (lime) atau 2.83 g/cc & 44 us/ft 
(dolo) atau 2.97 g/cc & 50 us/ft (anhydrite).
 
Jadi mas Shofi, jika PHIS nya lebih besar daripada PHIT dan CPOR (core helium 
porosity), coba lihat lagi kompleksitas matriks-nya. Jika masih cinta dengan 
cara Deterministik coba hitung ulang DTMA pakai inverse Archie dengan asumsi 
flushed zone saturation = 1 dan porositas = CPOR. Adakah perbedaan antara DTMA 
yang lama dengan yang dihitung balik dari CPOR? Bandingkan CGDEN (core grain 
density) dengan RHOMA di Appendix B (Schl. Charts) dan lihat DTMA terkait. Jika 
mendekati satu sama lain, maka parameter yang dipakai bisa dianggap benar.
 
Jika semua sudah cocok dan PHIS dihitung ulang. Maka porositas sekunder 
(vugular) bisa dihitung dengan metode klasik.
 
SPI = Secondary Porosity Index = (PHIT_ND - PHIS)/PHIT_ND
 
OK, sekarang apa ada cara lain untuk mengkuantifikasi vuggy porosity? Semua 
usulan kang Iwan, mbak Wati dan mas Nyoto adalah benar dan valid jika kita 
punya data core. Masalah di dalam hidup ini, kita tidak punya segala apa yang 
kita mau.
 
Selain data core, data image (FMI/OBMI) sangat membantu mengidentifikasi 
porositas gerowong (vuggy porosity) ini. Sebagian kumpeni sudah menjadikan 
metode ini sebagai prosedur baku untuk analisis porositas di karbonat. Jika 
dikombinasi dengan NMR, data produksi, MICP, dll., akan jadi semakin akurat. 
(Lihat Jurnal Petrophysics bulan February 2010 tentang Rock Typing).
 
Terima kasih atas diskusi yang menarik (menurut saya). Jazakallahu khair....
 
Wassalam,
-bg
http://www.linkedin.com/in/bambanggumilar
 



----- Pesan Asli ----
Dari: nyoto - ke-el <ssoena...@gmail.com>
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Terkirim: Ming, 18 April, 2010 22:30:52
Judul: Re: [iagi-net-l] Petrophyics, vuggy porosity model

Mungkin lebih baik menggunakan Digital 3D Core Image Analysis, bisa melihat
image core secara 3D sampai ke-dalam2nya batuan karbonat tsb & dihitung
porositynya baik yg primary maupun secondary vuggy porosity, ditanggung
josss.


wass,
nyoto





2010/4/19 Premonowati Sumarto <premonow...@gmail.com>

> Rekans Shofi dan Iwan Hainim,
> Data core batuan karbonat bila dilihat secara megaskopis masih sangat
> minim hasilnya, jadi mesti dilanjutkan secara mikroskopis. Dari segala
> sisi core yang diambil untuk dibuat sayatan tipis, semua telah dapat
> dikenali faktor diagenesanya. Perbedaan hasil (megaskopis: vuggy poro)
> menjadi lebih detil (mikroskopis: biomoldic & intraparticle) umumnya
> karena batuan karbonat tersebut masih berada pada zona diagenetic
> fresh water dan belum pernah exposure lalu terisi fluida sebelum
> mengalami sementasi.
> Perlu dicoba dianalisis core secara mikroskopis pada log sonic yang
> terbesar dan terkecil, termasuk persentase setiap jenis porosity
> kemudian dibandingkan hasilnya dengan total porosity pada depth yg
> sama tentunya. Bagaimanapun juga, anda perlu memahami diagenetic
> process and unit pada masing-masing depth core.
> Salam,
> Wati
>
> 2010/4/15 Shofiyuddin <shofiyud...@gmail.com>:
> > Kali kali aja rekan yang mau share.
> >
> > Saya lagi buat model vuggy porosity untuk batuan karbonat. Dari core, di
> > beberapa interval kedalaman sangat keliatan begtiu juga dari CT Scan.
> >
> > Dari beberapa sumber yang saya baca, peranan log sonik sangat signifikan
> ini
> > karena ada asumsi bahwa log sonik hanya membaca matrik porosity. Sehingga
> > beberapa model perhitungan vuggy porosity hampir selalu melibatkan
> selisah
> > antara PHIT - PHIS (Total Porosity dikurangi Sonik Porosity). PHIT di
> tempat
> > saya bisa langsung didapatkan dari kalibrasi helium porosity dari core.
> >
> > yang menarik adalah, perhitungan sonik porosity di sumur sumur saya
> hampir
> > selalu lebih besar dibandingkan dengan total porosity nya? meskipun sudah
> > dikoreksi terhadap hidrokarbon atau di kondisikan dalam kondisi basah
> air.
> >
> > Adakah yang punya masalah yang sama? kalo tidak, bagaimana saya bisa
> > menghitung besarnya vuggy porosity? dalam kondisi apa PHIS lebih besar
> dari
> > PHIT? adakah cara laen vuggy porosity dengan konvensional log? atau
> mungkin
> > ada yang punya pengalaman ngitung porosity dari image log menggunakan
> > geolog?
> >
> > Saya punya data petrography point count yang memilah milah jenis
> porositynya
> > (vuggy, moldic, interparticle dsb). Apakah saya bisa langsung menghitung
> > jumlah vuggy porosity berdasarkan itu? misal yang terhitung adalah 40.
> > Berdasarkan point count yang 250, maka vuggy porositynya dalah 40/250?
> >
> > Kalo anda punya reference, saya akan terima dengan senang hati.
> >
> >
> > Salam
> >
> > Shofi
>  >
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember
> 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>




--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 29 November - 2 Desember 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke