Kalo yang dikatakan Pak Bandono itu namanya PSEUDO SCIENCE alias penelitian 
boong-boongan untuk suatu tujuan tertentu (yang bukan untuk tujuan mencari 
kebenaran ilmiah), sehingga yang dilakukan adalah mencari-cari ‘bukti/data’ 
yang dapat menguatkan dan kalau perlu membuang atau menutup data yang 
melemahkan sesuatu tujuan tersebut.  Kalo ini namanya penipuan bukan penelitian.

Hipotesa awal bisa dirubah kalau data penelitian menunjukkan sebaliknya atau 
bisa juga dihentikan dengan kesimpulan bahwa hipotesa itu tidak benar, dan 
inipun dapat dikatakan hasil penelitian bukan kegagalan.

 

 

From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com] 
Sent: 06 September 2012 6:18
To: iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com
Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik

 


Pak Bandono,
Adakah rambu atau batasan / kaidah / aturan yg mesti di"patuhi" sebelum 
berasumsi atau mengajukan hipotesis dalam konteks keilmuan? Tks




Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android

 

  _____  

From: Bandono Salim <bandon...@gmail.com>; 
To: Iagi <iagi-net@iagi.or.id>; 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
Geolistrik 
Sent: Wed, Sep 5, 2012 11:10:38 PM 


Lho kan saat diagak awal sudah saya katakan, asumsinya/dasar 
pikiran/hipotesisnya apa, maka semua data akan dibawa untuk membenarkan asumsi 
awal.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

  _____  

From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com> 

Date: Thu, 6 Sep 2012 06:01:18 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray tulang 
mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter sudah tahu 
apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan sangat terbatas), 
sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum tahu apa yg kita cari 
dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan sebelumnya oleh pak noor, 
konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira bentuk apa yang kita cari 
sehingga kita juga tidak asal saat  menginterpretasi mouth bar delta atau lobe 
turbidit. Sama seperti gunung padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn 
maka dia menginterpretasi bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya 
dia menginterpretasi columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita 
bongkar gunung padang dan buktikan apa itu...

On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris" <bopol...@yahoo.com <javascript:return> > 
wrote:

Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. 

 

Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap dengan 
jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi Bandar Anggaran 
(3-9 Sep 2012).

 

 Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah hasil 
“Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap pernyataan 
Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan pernyataan adanya 
bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”. Ok, sekarang saya 
paham Pak.

 

Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi dengan 
Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut 
Interpretasi?

 

Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,

 

Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk 
penjelasannya.

 

Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil 
fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya 
menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas tulang 
tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  

Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa interpretasi) 
karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen diatas tangan”, maka 
tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan USG / X-ray yang dibuat 
oleh Pak Danny, menjadi relevan.

 

Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic / 
georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau merupakan 
hasil olah data dari suatu instrument elektronik?

 

Bob Yuris Chandra

Palynologist Partikelir

 

 

From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com <javascript:return> >
To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:return>  
Sent: Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik

 

Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi kelamin 
bayi tetep bener sampai bayi lahir....jadi inget cerita nilai..A untuk Tuhan, B 
untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.....
On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" <noorsyarifud...@yahoo.com 
<javascript:return> > wrote:
>
> Kang Dhanny,
> apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal 
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
>  
>  
>  
> salam,
>
> From: "danny.hil...@gmail.com <javascript:return> " <danny.hil...@gmail.com 
> <javascript:return> >
> To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:return>  
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Apa yang bikin bingung ya ?
> Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data, 
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa 
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih 
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan 
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya 'simpel') 
> ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi tulang patah 
> dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton dilihar dari hi-res 
> GPR.
>
> DHN
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
> From: bsap...@geodin.net <javascript:return> 
> Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000
> To: <iagi-net@iagi.or.id <javascript:return> >
> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id <javascript:return> >
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Your point exactly...
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com <javascript:return> >
> Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:return> <iagi-net@iagi.or.id 
> <javascript:return> >
> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id <javascript:return> >
> Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> uppsss...
> saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika (georadar, 
> geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya interpretatif/tafsiran... 
> makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis yang dipakai dalam 
> prosesnya....
> interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu sangat 
> dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya bisa 
> ketukar-tukar..
>  
>  
> salam,
>
> From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com <javascript:return> >
> To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:return>  
> Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan 
> Geolistrik
>
> Rekan Bob,
> “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’ bukan 
> ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik dll) 
> bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran seperti 
> ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung dari 
> resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih dari 
> 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton yang patah 
> atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan sehingga ahli 
> sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus bongkar-bongkar 
> dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda dengan x-ray untuk 
> mengobatinya bukan? 
> Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat 
> struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya seperti 
> survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin tinggi 
> frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin dangkal 
> penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum desain-nya 
> sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian menjadi lebih 
> jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan prinsip tomografi.  
> Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian tentu beda tapi 
> fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan. 
>  
> Salam
> DHN
>  
> From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com <javascript:return> ] 
> Sent: 04 September 2012 20:02
> To: iagi-net@iagi.or.id <javascript:return> 
> Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan Geolistrik
>  
> Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
> Yth Bapak / Ibu Geologist,
> Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai Piramida 
> atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya hanya membaca 
> laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul sampul: Mimpi Emas 
> di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan berimbang, baik dari 
> sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak sepaham.
> Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR. Danny 
> Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas tulisan 
> Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang. Ada bagian 
> kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini:
> “ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji 
> ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
> Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan geolistrik, 
> hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya 
> “Interpretasi”. Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas 
> telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya. Saya 
> lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi pembuktian 
> dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya benar-benar 
> patah.
> Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan 
> Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan 
> yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
> Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham dengan 
> Georadar / Geolistrik.
> Salam Pencerahan,
> Bob Yuris Chandra
> Palynologist Partikelir
>
>
>   
>
>
>
>

 

Kirim email ke