tidak seorangpun akan tau.tidak seorangpun akan punya angka yang cermat.walau 
itu pemerintah sekalipun.
bisa dan hanya bisa tau jika dan hanya jika pemerintah dan kita melakukan dan 
membiayai sendiri explorasinya.mustahil menginventarisasi mengandalkan laporan 
orang, mewajibkan orang melapor, atau tanya sana sini dengan cuma duduk di 
kursi belakang meja di kantor, angkat telpon, cari-cari di internet, dll.
langkah yang pasti menghasilkan adalah turunlah ke lapangan, lihat langsung di 
lapangan, ukur langsung di lapangan, ambil sendiri percontohnya, analisis 
sendiri.
sebodoh-bodohnya pemegang wilayah tambang batubara, dia pasti tau kalau dia 
punya batubara kokas. dia pasti jualnya seharga batubara kokas. melaporkannya 
yang barangkali sebagai batubara termal dan dengan harga batubara 
termal.sesungguhnya kita bisa menilai siapa yang tidak paham dan siapa yang 
dikibulin.
wassalam,(sonny)

      From: S. (Daru) Prihatmoko <sprihatm...@gmail.com>
 To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> 
Cc: Mailist MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com>
 Sent: Tuesday, September 20, 2016 10:37 AM
 Subject: [iagi-net] Batubara Kokas Indonesia (By Chairul Nas)
   
<!--#yiv4165644203 _filtered #yiv4165644203 {font-family:Arial;panose-1:2 11 6 
4 2 2 2 2 2 4;} _filtered #yiv4165644203 {font-family:"Cambria Math";panose-1:2 
4 5 3 5 4 6 3 2 4;} _filtered #yiv4165644203 {font-family:Calibri;panose-1:2 15 
5 2 2 2 4 3 2 4;} _filtered #yiv4165644203 {font-family:"System 
Font";panose-1:0 0 0 0 0 0 0 0 0 0;}#yiv4165644203 #yiv4165644203 
p.yiv4165644203MsoNormal, #yiv4165644203 li.yiv4165644203MsoNormal, 
#yiv4165644203 div.yiv4165644203MsoNormal 
{margin:0cm;margin-bottom:.0001pt;font-size:12.0pt;font-family:Calibri;}#yiv4165644203
 a:link, #yiv4165644203 span.yiv4165644203MsoHyperlink 
{color:#0563C1;text-decoration:underline;}#yiv4165644203 a:visited, 
#yiv4165644203 span.yiv4165644203MsoHyperlinkFollowed 
{color:#954F72;text-decoration:underline;}#yiv4165644203 
span.yiv4165644203EmailStyle17 
{font-family:Calibri;color:windowtext;}#yiv4165644203 span.yiv4165644203msoIns 
{text-decoration:underline;color:teal;}#yiv4165644203 
.yiv4165644203MsoChpDefault {font-family:Calibri;} _filtered #yiv4165644203 
{margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;}#yiv4165644203 
div.yiv4165644203WordSection1 {}-->Tulisan dan pernyataan menarik dari pak 
Chairul Nas di laman FB-nya hari ini. Langkah selanjutnya barangkali adalah 
menginventarisir berapa banyak kita (Indonesia) memiliki sumberdaya batubara 
jenis ini? Ditjen Minerba atau BG sudah ter-“update”-kah data ttg ini?  
Salam,Daru ========================================================BATUBARA 
KOKAS INDONESIA: SEMUA PIHAK HARUS MENGAKUINYAoleh: Chairul Nas (pemerhati 
batubara)Dulu (duapuluh – tigapuluh tahun yang lalu) kita menganggap bahwa di 
Indonesia tidak terdapat endapan batubara kokas. Anggapan ini dikarenakan, pada 
waktu itu bila kita bicara batubara kokas kita selalu mengacu kepada batubara 
Australia dan kenyataannya hampir semua batubara kita mengandung inertinite 
yang sangat rendah yang memang diperlukan di dalam campuran batubara pembuat 
kokas. Namun, kandungan inertinite bukanlah satu-satunya factor terpenting bagi 
batubara yang cocok dibuat kokas; faktor lain yang juga penting adalah sifat 
fluiditas dan komposisi abu dari batubara kokas. Batubara Indonesia punya 
kelebihan dalam fluiditas sementara batubara Australia (yang termasuk Gondowana 
coal) memiliki kelemahan dalam fluiditas sehingga batubara kita sangat 
diperlukan dalam campuran batubara pembuat kokas.Selain Meruwai yg baru akan 
mau menambang (entah kapan), beberapa tambang batubara sudah ada yg 
menghasilkan batubara kokas seperti: Marunda Graha Mineral (MGM) dan AKT di 
Kalteng, sebagian batubara Bayan dan KSM, beberapa tambang baru di hulu Mahakam 
(di daerah Mamahak). Sayapun agak kaget mendapat data dari publikasi-publikasi 
International Energy Agency (IEA thn 2008) dan World Coal Institute (WCI tahun 
2009) yang menyebutkan Produksi Coking Coal Indonesia thn 2007 sebesar 31 juta 
ton yang oleh WCI disebut sebagai pengeksport coking coal nomor 3 terbesar di 
dunia (2008) setelah Australia (137 juta ton) dan USA (39 juta ton). Data ini 
sudah pernah saya cek di Direktorat Jendral Minerba; kawan-kawan disana 
menjelaskan bhw kantornya tidak pernah mengeluarkan data seperti itu; jadi apa 
sebenarnya yg terjadi?Ada beberapa kemungkinan:1. Definisi coking coal yg 
digunakan oleh IEA dan WCI tidak sama dengan definisi baku batubara;2. IEA 
memperoleh data dari end-users batubara Indonesia di luar negeri;3. Ekspor 
batubara bituminous kita mungkin ada yg memenuhi kriteria coking coal, tapi 
kita menjualnya hanya sebagai steaming coal (thermal coal), karena pikiran kita 
memang sudah sejak lama dirasuki oleh paradigma lama bhw "di Indonesia tidak 
ada coking coal".4. Selama ini kita selalu meng-underestimate batubara kita 
dengan menyatakan bahwa batubara Indonesia tidak sama dengan batubara coking 
coal Australia (yg kaya akan inertinite), sehingga pemerintah melalui ESDM 
(Minerba) tidak menyadari bahwa kitapun punya prime coking coal yg bisa dijual 
dengan harga yg sama dengan coking coal Australia.Jika kasusnya adalah nomor 2, 
3, dan 4, maka selama ini telah terjadi "transfered pricing" yang sangat 
merugikan negara kita. Oleh sebab itu saya mengusulkan: segera lakukan 
penelitian atau kajian potensi dan kualitas batubara kokas di seluruh 
Indonesia. Setelah itu lakukan pengawasan yg ketat terhadap produksi dan 
penjualannya. Sungguh sangat beruntung, usul ini langsung ditanggapi secara 
positif oleh Ibu Dr. Fatimah dari Badan Geologi-ESDM, dimana dlm waktu dekat 
mereka akan merencanakan penelitian dan kajian batubara kokas di seluruh 
Indonesia.Yang saya lakukan sampai saat ini adalah tidak bosan-bosannya 
mensosialisasikan bhw kita juga punya batubara kokas. Sebagai contoh, waktu 
saya jadi penasehat direksi PTBA 10 tahun yg lalu, saya pernah menyatakan 
dengan tegas: Jika PTBA menjual coking coal sebagai thermal coal karena 
ketidaktahuannya, maka perusahaan ini telah merugikan negara secara signifikan. 
Hal ini saya sampaikan karena saya melihat indikasi bahwa konsesi batubara PTBA 
di Bukit Asam juga punya potensi kandungan batubara kokas. Saya pun sudah mulai 
menulis mengenai keterdapatan dan potensi batubara kokas di Indonesia semenjak 
tahun 2005 pada Seminar Internasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli 
Geologi Indonesia (IAGI) di Bogor, dan diulangi lagi tahun 2010 pada Seminar 
Nasional Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) di Balikpapan. Tidak 
bosan-bosannya, pada tahun yang sama saya juga memberanikan diri presentasi 
tentang Quality of Indonesian Coking Coal pada Seminar CoalTrans di Hotel Hyat 
– Jakarta. Karena masih dirasakan belum berdampak signifikan, tahun 2011 
sayapun nekad menyajikan makalah tentang kualitas batubara kokas Indonesia 
dihadapan 300 ahli geologi dan tambang di Newcastle NSW Australia. Walaupun 
sulit, saya harus terus mencoba, dengan harapan suatu saat nanti (tentu 
pelan-pelan) semuanya akan sadar akan potensi kekayaan geologi kita 
ini.Wassalam,Chairul Nas 
----------------------------------------------------

Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016
Bandung , October 10-13 2016
for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)
No. Rek: 123 0085005314
Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)
No. Rekening: 255-1088580

----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.



   
----------------------------------------------------



Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016

Bandung , October 10-13 2016

for further information please visit our website at 
http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id



----------------------------------------------------



Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI)

No. Rek: 123 0085005314

Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti)

No. Rekening: 255-1088580



----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

Kirim email ke