Halo om2 penghuni milis, udah lama ga share tulisan di sini yah. Kangen
juga.

Ulasan ini bisa dibaca juga di:
https://www.gontagantihape.com/2021/05/maaf-poco-f3-rasanya-belum-pantas-jadi-flagship-killer.html

Video review-nya juga tayang di: https://youtu.be/8LPxZrK_Gb4

Thanks ya!

---------------------------------------------


Halo Assalamualaikum!

Ulasan kali ini bakal berkutat dengan sebuah pertanyaan, *valid*-kah
pernyataan bahwa *Poco F3 adalah Flagship Killer Reborn*?

Saya sendiri ingin memberikan kesimpulan bahwa pernyataan tersebut *invalid*,
atau minimal tidak sepenuhnya *valid*. Namun, tetap saja apa yang sudah
Xiaomi lakukan dengen menghadirkan spesifikasi teknis di atas kertas yang
sementereng ini, di *level *harga yang keterlaluan berbeda dari *brand *lain,
patut kita apresiasi.
Jadi, mari kita bahas bagian per bagian dari Poco F3 ini, dengan
mengesampingkan fanatisme dan militansi Anda. Setuju?

<https://1.bp.blogspot.com/-3fJ0vGN0CLQ/YJqWh9ENQZI/AAAAAAAAPf0/0v-IQxmeVpU3mMV7IFzVr8s1Zb3ZQ3HHQCNcBGAsYHQ/s640/sddefault.jpg>


Seandainya ukuran *flagship* itu hanya perlu dipenuhi dengan penggunaan SoC
kelas tertinggi, mungkin kelar perkara. Soalnya Poco F3 dibekali Snapdragon
870, SoC 5G milik Qualcomm, yang performanya sangar. Meski *top tier*-nya
saat ini dipegang oleh Snadpragon 888, namun Snapdragon 870 banyak didapuk
*brand* lain untuk produk *flagship *mereka. Sebut saja duet X60 series
miliknya vivo, atau Find X3 varian reguler dari Oppo.

Apalagi jika dibandingkan harga Poco F3 ini dengan *brand* lain. Makin
kelar sudah.

Sayangnya, komponen yang memakan biaya dalam pembuatan sebuah *smartphone *tak
hanya SoC atau *processor *saja. Layar, kamera, atau bahkan *fingerprint
scanner *juga ikut menentukan biaya produksinya.

Atau mungkin Anda baru tahu kalau riset UX itu memakan waktu dan biaya yang
tak sedikit? Jangan-jangan selama ini Anda mengira bahwa Custom UI Android
itu tinggal *download *di grup Facebook lalu dipakai begitu saja sama
*brand *di produk peranti pintarnya?

Nampaknya, di sini saya udah memberi bocoran nih, bahwa dalam masalah UX,
Poco F3 atau mungkin lebih *general* lagi, *smartphone *ber-MIUI belum bisa
menyamai capaian *flagship *dari *brand *lain. Setidaknya menurut saya.

Saya yang sudah pakai MIUI dari tahun 2011, dari yang tadinya *ngefans
banget*, pengen *install *Custom ROM ini di semua Android yang saya beli,
hingga akhirnya memudar dan makin tak nyaman dengannya. Bahkan sejak Redmi
Note 3 Pro, saya selalu ingin ganti MIUI di hape Redmi saya, dengan ROM
lain berbasis CyanogenMod atau LineageOS.

Belakangan ini, MIUI bagai bunga kembang tak jadi. Mengubah prinsip dasar
UX milik Android, mencoba mengejar iOS, dan berujung dengan menghasilkan
kecanggungan bagi saya, seorang pengguna Android berbagai *brand*, dan
sebuah Apple iPhone XR yang mungkin akan lama tak berganti.

Tenang saja, Poco F3 juga menawarkan tampilan fisik yang sungguh menawan
dan pantas bersaing dengan *flagship* lain *koq*. Saya tak
mempermasalahkan *frame
body*-nya yang bukan dari logam. *Backcover* kaca boleh juga dianggap nilai
plus, meski bagi saya semuanya akan kembali terbalut *protective case*
seandainya
akan saya pakai untuk jangka panjang.

Tapi memang, *looks *dari sisi belakangnya sangat *tempting *alias menawan
sekali. Satu-satunya penyesalan saya hanyalah karena tak bisa membeli yang
varian warna putih. *Backcover glossy* warna gelap itu sangat rentan
mencetak bekas jari dan minyak, serta butuh *effort *lebih saat
pengambilan *beauty
shots *untuk video *review*-nya.

Sisi depan *smartphone *ini sebetulnya mentereng sekali, jika yang Anda
lihat hanya tabel spesifikasinya. Layar Dynamic AMOLED E4, terasa sangat
menjanjikan. *But sorry to say*, saya pernah tak sengaja menyimpannya di
atas meja, bersebelahan dengan Galaxy Note 20 Ultra milik istri saya. Dan
perbedaan kelas layarnya sangat jauh terlihat. Indikator paling mudah,
hitam layarnya Poco F3 kalah pekat. Reproduksi berbagai warna lain juga
sama jomplangnya.

Sungguh saya sebetulnya tak senang membanding-bandingkan *smartphone*.
Apalagi dari *brand *yang punya militansi fans tinggi, seringkali kesehatan
mental ini terusik membaca respon-responnya.

Namun, *Poco F3* didapuk sebagai *Flagship Killer Reborn*. Termasuk gaya
presentasi produk pas *launching*-nya yang selalu membanding-bandingkan
dengan spesifikasi dan juga harga produk lain. Maka terpaksa ulasan saya
pun jadi ikut-ikut membandingkan.

Tapi mari kita akhiri di sini, saya percaya setiap produk punya keunggulan
di satu sektor, yang mungkin diimbangi kekurangan di sektor lain. Dan saya
yakin, saat presentasinya kekurangannya ini takkan banyak dibahas.


Bagi saya, ada dua kekurangan Poco F3 yang terasa saat dalam penggunaannya.

Pertama, *battery* yang cenderung cepat habis meski hanya untuk penggunaan
*casual *dan banyak *idle*. Baterai 4.500 mAh-nya nampak masih kurang awet
rupanya. Dengan pemakaian ringan, di mana *screen-on-time* hanya berkisar 3
jam saja, dari penuh hingga baterainya tersisa hanya 15%, dalam dua
kesempatan pengujian, total *battery usage*-nya belum mampu mencapai 24 jam.

Saya sinyalir ini dari *idle management *yang belum sempurna, atau dari *refreh
rate *layar 120Hz yang belum adaptif.

Kedua, *autofocus* yang terlihat maju mundur, atau *ndangdut *kalo saya
bilang. Mungkin ini *bug *semata, yang bisa diperbaiki dengan *update
software *kamera nantinya. Namun jika dibiarkan, sedih rasanya
*smartphone* 5-jutaan
punya karakter *autofocus* ala kamera hape sejutaan.

Ah, *install *GCam *aja* beres *koq*. Jika ini jawaban Anda, maka hal ini
justru makin melemahkan pernyataan *Poco F3 adalah Flagship Killer*. Setahu
saya, kebanyakan *flagship* itu sudah sangat nyaman digunakan, *as it is*,
tak perlu dioprek-oprek dulu.

Ketika sampai di bagian naskah ini, sebetulnya saya baru menguji performa
Poco F3 buat *gaming*, hehe. Dan saya cuma mainkan 1 *game *saja, seperti
biasa PUBG Mobile. Bahkan saya hanya menguji 1 sesi *game*, selama 12
menit, yang menghabiskan baterai sebanyak 4% dalam kondisi terhubung
jaringan wi-fi dan tanpa *simcard* terpasang.

Suhu? Jelas terasa menghangat hampir merata di seluruh sisi belakang. Saya
bermain di settingan grafis HDR dengan *framerate *tertinggi di *Extreme*.
Kalau mau, Anda juga bisa unduh grafis tertinggi Ultra HD, namun
*framerate *maksimalnya akan turun ke *Ultra*.

Dan saya bisa bilang, performa grafisnya sungguh jempolan. *Gampelay *berjalan
sangat mulus, layarnya pun responsif. Jadi faktor sisanya tinggal
*skill *bermain
Anda. Skor Antutu Benchmark-nya yang 666-ribuan terwakili dengan performa
ini.

Namun jika kita jeli, kita juga bisa lihat bahwa selama pengujian Antutu,
suhu *smartphone* ini naik cukup drastis dari 32.7 ke 41.2 derajat celsius,
alias naik 8,5 derajat dengan mengonsumsi baterai sebanyak 5%.

Tapi Poco F3 juga menyuguhkan kemampuan multimedia yang *top *dengan
hadirnya *dual speaker *yang cukup simetris, dengan kedalaman suara yang
baik, dan *power* yang sangat cukup terasa. Tidak cempreng, tidak sember,
saya rasa dalam kondisi tertentu Anda takkan membutuhkan tambahan *bluetooth
speaker* karenanya.

Info saja, di sektor *audio* ini Poco F3 ini sudah sangat seperti *flagship*,
dalam hal meniadakan *jack audio *3,5mm hehehe.

*Anyway*, selain masalah *autofocus* di perekaman video *indoor*,
sebetulnya kamera Poco F3 tidak punya kendala lain dan cukup bisa
diandalkan. Kecuali buat upload IG Story yang bisa dikatakan masih burik.

Di kondisi *indoor *malam hari dengan bantuan lampu ruangan saja, hasilnya
tergolong baik. Terbukti saat dibandingkan dengan menggunakan *nightmode*,
perbedaannya tak mencolok.

Meski memang kamera depannya agak kepayahan di kondisi yang sama,
sebetulnya dalam kondisi ideal, *selfie*-nya tergolong baik, konsisten, dan
tepat. Gampangnya, tinggal *point and shoot*, foto yang pas akan dengan
mudah dihasilkan.

Tangan yang stabil dibutuhkan saat memfoto, mengingat absen-nya OIS, dan
saya merasa di jendela bidiknya terasa mudah goyang.

Padahal perekaman videonya tergolong stabil sekali, meski hanya dibantu
EIS. Mau di Full HD 1080p ataupun 4K, kestabilan videonya tetap terjaga.
Hanya memang kemampuan *processing *yang kuat masih terbentur batasan dari
sensor kamera sehingga resolusi dan *framerate *maksimal perekaman video,
setara dengan *midrange phone* yang mentok di Full HD 60fps, atau 4K 30fps.
Sayang memang.

Jika pertanyaannya diubah menjadi apakah Poco F3 ini *worth the money*?
Jawabannya *worth banget*, dengan sedikit catatan di 2 minus yang tadi saya
sebutkan, semoga segera diperbaiki Xiaomi. Dan juga Anda wajib terima
segala kelebihan dan kekurangan MIUI, sama seperti saat Anda menikahi
seseorang, huehehe.

Namun sayang, pertanyaannya adalah validkah pernyataan bahwa *Poco F3
adalah Flagship Killer Reborn*?

Dan sayang sekali, jawaban saya adalah belum *valid*. Masih banyak PR buat
Poco F3 bisa menyandang predikat tersebut.

Dan kalau Anda hanya mementingkan performa, lebih spesifiknya *processor*,
berbanding harga, bisa jadi Poco X3 Pro lebih *valuable*. Tapi saya tak
berminat mencobanya.

Sip, semoga poin-poin pembahasan kali ini bisa Anda dapatkan. Buat yang
tertarik meminang Poco F3 bekas review ini, segera menuju *link* ke lapak
saya di Tokopedia
<https://www.blogger.com/blog/post/edit/8112959417172026385/492117484915068461#>
ya!

Untuk saat ini, saya *stay *dengan iPhone XR dan Samsung Galaxy A52 saya.
Info saja ini *mah*, buat yang penasaran ingin tahu.

Sekali lagi saya ingatkan, jangan lupa buat harimu lebih menyenangkan dan
berbahagia, dengan SELALU BERSYUKUR.

Dari Kota Cimahi, Aa Gogon Pamit undur diri.

Wassalamu'alaikum wr. wb!

Hilmy
/* saya suka Gonta Ganti Hape <http://www.gontagantihape.com> */

-- 
===========
Ayo Subscribe >>  Channel YouTube
https://www.youtube.com/user/komunitasandroid

----------------------
Kontak Admin: 
IG   https://www.instagram.com/agushamonangan

-----------------------
FB Groups     :  https://www.facebook.com/groups/android.or.id

Aturan Umum  ID-ANDROID >> goo.gl/mL1mBT

==========
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "[id-android] Indonesian 
Android Community" dari Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke id-android+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk melihat diskusi ini di web, kunjungi 
https://groups.google.com/d/msgid/id-android/CAJ5uaYVfC5-EWAVO%2BTtkNdqpHCDDuzzNpAeu_jpx7YNfSsQxGA%40mail.gmail.com.

Kirim email ke