Republika Online : http://www.republika.co.id

          
    
    
18 Mei 2006
Hirsi, Kebohongan dan Pita Rekaman
dsy

Senjata, tak jarang menghunjam lambung tuannya sendiri. Kalimat dan pernyataan yang selama ini membawa Ayaan Hirsi Ali ke puncak karier dan popularitas, pernyataan pula yang menghempaskannya keras. Tidak hanya kehilangan keanggotaan Parlemen Belanda, Hirsi Ali, kini bahkan tak lagi berkewarganegaraan. Ia tuna negara.

''Saya bersiap meninggalkan Belanda,'' kata Hirsi, wanita enerjik itu, kepada The New York Times, Selasa (16/5) lalu. Bibirnya bergetar menahan emosi. Saat itu, secara terbuka Hirsi menyebut tindakan rekan separtainya, Menteri Imigrasi, Rita Verdonk, itu sebagai upaya memberangusnya. Sebelumnya, sebagai imigran asal Somalia, Hirsi dengan cepat muncul sebagai fenomena. Tiba di Belanda pada 1992, Hirsi mencoba mencari suaka dari pemerintah negeri itu atas 'budaya Islam yang membelenggunya' di Somalia. Saat itu, pada usia 22 tahun, Hirsi kabur dari Somalia, menghindari kawin paksa dengan sepupu jauhnya.

Dengan suaka yang diterimanya, Hirsi bisa bekerja sebagai penerjemah dan pembantu administrasi. Tak lama, ia pun diterima sebagai mahasiswa untuk kajian ilmu politik di sebuah universitas. Tidak hanya itu, wanita supel yang haus aktivitas itu bahkan bergabung dengan Partai Buruh. Namun bukan aktivisme yang membuat namanya segera dikenal publik Belanda. Hirsi yang cerdas dengan segera paham apa yang dimaui publik Negara Kincir Angin sekaligus menguntungkan dirinya. Jadilah wanita muslim itu berlidah sangat pahit bagi saudara muslimnya sendiri.

Tiga tahun lalu, melalui wawancaranya dengan surat kabar Belanda, Trouw, Hirsi mengguncang setidaknya satu juta warga muslim Belanda. Tidak tanggung-tanggung, kala itu dirinya menyebut Nabi Muhammad tak lebih dari seorang tiran (despot) yang berpikiran dangkal, penyuka kekerasan yang ''tak akan ragu membantai siapa pun yang menghalangi jalannya.''

Tidak cukup dengan itu, Hirsi Ali pun menerakan Nabi sebagai pengekang kebebasan wanita. ''Dia jelas-jelas memerintahkan agar perempuan tidak keluar rumah, mengenakan jilbab dan mencabut hak mereka untuk bekerja,'' kata Hirsi tentang Muhammad. Gelombang besar yang diciptakannya itulah kemudian, yang segera melambungkannya sebagai 'kolumnis Islam'. Hirsi pun makin kerap muncul di berbagai media massa Eropa.

Bahkan, ketika terjadi heboh kartun Nabi Muhammad, Februari lalu, kepada media Jerman, Der Spiegel, Hirsi terang-terangan mendukung kartun itu. ''Kartun itu seharusnya dipajang di seluruh tempat,'' kata dia. Jadilah Hirsi Ali kemudian salah satu ikon aktivis hak-hak wanita muslim yang getol menyerang Islam dan komunitasnya. Predikat yang segera membuatnya menyempal dari kalangan muslim Belanda. Namun Hirsi bergeming. Ia tahu, dirinya tidak tergantung pada komunitas muslim, melainkan justru pada masyarakat Eropa, kalangan yang telah memberinya ikon heroik tersebut.

Ketika bintangnya mulai mencorong itulah, datang tawaran dari Partai Konservatif Belanda. Saat itu, 2002, partai itu menjanjikan Hirsi kursi parlemen, bila mau bergabung. Tentu saja, imigran mana yang sanggup menolak tawaran menggiurkan seperti itu. Jadilah Ayaan Hirsi Ali, wanita yang 10 tahun sebelumnya menghuni barak pengungsi itu anggota dewan yang terhormat.

Tetapi apa yang menjadikan namanya mendunia bukan karena posisinya itu. Masih ingat mengapa sutradara Belanda, Theo van Gogh meninggal? Theo, sutradara The Submission, film berdurasi 11 menit yang mengecam perlakuan perempuan di beberapa negara Islam, dibunuh kalangan muslim radikal yang melihat banyak distorsi dalam film tersebut. Asal tahu saja, naskah film itu dibuat oleh Ayaan Hirsi Ali.

Segera setelah pembunuhan itu, Hirsi pun mendapat pengamanan polisi Belanda. Tidak hanya rumahnya, aktivitas sehari-harinya pun tak luput dari kawalan aparat. Apalagi ketika Hirsi justru berniat membuat seri lanjutan film tersebut. Di lain pihak, darah Van Gogh, suka atau tidak, menjadi pupuk yang menyuburkan popularitasnya. Namun putaran hidup kemudian berkata lain. Tidak hanya menjadi terasing karena protes para tetangga yang menganggapnya 'berbahaya buat lingkungan', Hirsi pun harus menghadapi badai publikasi.

Awal bulan lalu, sebuah program televisi Zembla membuka aib yang sempat tertutup. Ternyata, Hirsi telah berbuat lancung dalam pengajuan suakanya, satu dasa warsa lebih. Ia mengajukan identitas palsu. ''Paspor yang dikeluarkan dengan nama palsu, otomatis tidak sah,'' kata Verdonk, menyatakan alasan. Tidak hanya itu, Zembla juga membuktikan bahwa Hirsi tak pernah kawin dengan terpaksa. Bekas suaminya pun kerap mengunjungi Hirsi selama berada di penampungan pencari suaka. Hirsi pun secara teratur menjalin kontak telepon dengan ayah dan keluarganya. Ngetop karena pita film, Hirsi juga terjerembab karena pita rekaman.

Namun boleh jadi, Hirsi segera menemukan tempat yang lebih layak dan sesuai kemampuannya. Menurut kantor berita AFP, The American Entreprise Institute for Public Policy Research, sebuah lembaga think-thank yang berada di belakang banyak kebijakan Bush, disebut-sebut telah siap menampungnya. Bagai ikan bertemu kolam, di sana Hirsi akan bertemu Paul Wolfowitz, Irving Kristol, dan suami istri Cheney, para neokonservatif satu frekuensi.




--------------------------------------------------------------------------------
Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=248448&kat_id=3



[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




SPONSORED LINKS
Station


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke