INFOTAINMENT LAKUKAN
INSTROSPEKSI DIRI UNTUK PERBAIKAN TINGKAH LAKU WARTAWANNYA Miller Banureah, mengaku bahwa kalangan
infotainment sedang melakukan
langkah-langkah perbaikan bagi para wartawannya. Ia menyampaikan hal tersebut dalam
diskusi yang diselenggarakan
Dewan Pers di Jakarta, Senin, yang mengangkat tema "Pekerja
Infotainmen dan Privasi Selebritas". Para pekerja infotainment seringkali
mendapat kritik mengenai gaya liputan mereka, mulai dari sisi privasi sampai cara-cara
mengorek informasi yang dianggap sangat pribadi. Cara mereka memaksa narasumber bicara dengan menggebrak
mobil mereka, ataupun menyodorkan mikrofon sedemikian dekat dengan mulut
narasumber juga merupakan salah satu hal yang mendapat
kritik. "Kami
dari infotainment sekarang memang sedang berintrospeksi
diri. Kami sadar
bahwa menggebrak mobil orang itu tidak benar," kata
Hans Miller, yang juga merupakan Wakil Pemimpin Redaksi Cek dan Ricek RCTI. Proses introspeksi disebut Hans Miller adalah dengan mengadakan pelatihan bagi para wartawan infotainment tersebut, selain menetapkan suatu standar pengetahuan
bagi para jurnalis tersebut, misalnya dengan pembekalan
butir-butir Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI). Hadir juga
sebagai pembicara Direktur Institute for Media and Social Studies (IMSS), Veven Sp. Wardhana, peneliti di Lembaga Studi
Pers dan Pembangunan, Ignatius Haryanto dan ketua umum
Parsi, Anwar Fuadi. Mengenai liputan yang dilakukan wartawan infotainment, Haryanto menyoroti masalah adanya ranah pribadi yang tidak seharusnya diliput, tetapi hal tersebut
tetap disajikan sebagai hiburan bagi masyarakat, misalnya gosip perceraian artis. "Infotainment seringkali
tidak dapat membedakan yang mana yang merupakan masalah personal dan mana yang merupakan masalah publik," katanya. Dua hal yang dianggap merupakan "kesalahan" terbesar para wartawan infotainment adalah memasukkan opini dalam pemberitaan
serta tidak adanya pemberitaan seimbang, sesuai dengan KEWI. Semestinya, para pekerja
infotainment yang telah mendapatkan
pengakuan sebagai wartawan dari PWI pada 9 Februari 2005, harus tunduk kepada
Kode Etik Jurnalistik PWI, yang antara lain
menyebutkan bahwa wartawan sensasional, immoral atau melanggar kesusilaan (Pasal 3 ayat 5 KEJ-PWI). "The more you praise and celebrate your life the more there is in life to celebrate" ================================================================= "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582 =================================================================
SPONSORED LINKS
YAHOO! GROUPS LINKS
|
- [Ida-Krisna Show] INFOTAINMENT LAKUKAN INSTROSPEKSI... Ida arimurti
- [Ida-Krisna Show] Penegakan Etika dan Aturan M... Suharso Prawirodiharjo