Mbah Marijan yang Terdzalimi
  
  Semalam Mbah Marijan sakit. Tubuh rentanya terlihat sangat letih, gemetar ia menahan dinginnya udara malam. Namun bukan cuaca yang tak menentu di Dusun Kinahrejo yang membuat juru kunci Merapi itu jatuh sakit, karena sedahsyat apa pun cuaca yang terus berubah menjelang meletusnya Merapi sudah puluhan tahun dirasakannya. "Mbah sakit karena terlalu lelah," ujar salah seorang anaknya.
  
  Ya, betapa melelahkannya menjadi Mbah Marijan. Tugas yang diembannya sebagai juru kunci Merapi membuatnya harus meladeni semua tamu, termasuk wartawan yang datang terus menerus dan kadang  tak kenal waktu. Orang seusianya, seharusnya lebih banyak beristirahat, namun semenjak Merapi dinyatakan `waspada` hingga meningkat menjadi `Awas` pada Sabtu (13/5), lelaki tua ini nyaris tak memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
  
  Sabtu malam (13/5) Mbah Marijan sakit lantaran menerima sekian banyak wartawan dan tamu yang datang ke rumahnya. Ia teramat sederhana dan ramah, sehingga tak satu pun tamu tak diladeninya. Kalau pun ada yang diminta menunggu, itu lantaran para tamu datang pada saat waktu sholat. Hingga larut malam, para tamu dengan berbagai kepentingan silih berganti bertandang ke rumahnya. Dari para kuli tinta, pemerintah setempat, LSM, hingga para wisatawan yang penasaran ingin kenal lebih dekat sosok kuncen Merapi itu.
  
  Nampaknya Mbah Marijan sudah terdzalimi. Ia jatuh sakit lantaran sibuk melayani tamu sehingga hanya sempat satu kali untuk makan. Tak banyak asupan makanan, sementara energinya teramat banyak keluar. Mbah Marijan pun merinding, mengeluh tubuhnya tak sehat. Dokter pun dipanggil untuk memeriksa kondisinya. Tim ACT dan Lazis UII yang membawa dokter tersebut ke rumahnya sempat berpikir, kondisi sakit Mbah Marijan ini bisa menjadi `skenario` untuk membawa Mbah Marijan turun gunung. "Kondisinya sudah membaik, tak perlu dibawa ke bawah," ujar dokter yang memeriksa. Skenario pun dibatalkan, tak manusiawi memaksakan kehendak dengan memenggal keyakinan seseorang.
  
  Secara fisik Mbah Marijan memang sudah membaik. Tapi ada yang belum terehabilitasi di diri lelaki tua yang sangat religius itu. Adalah pemberitaan berbagai media tentang sosok juru kunci Merapi ini. Hampir semua stasiun televisi dan media cetak tak henti memberitakan sosok Mbah Marijan sebagai tokoh klenik, memiliki ilmu sakti, tak bedanya dengan dukun dan paranormal, dan embel-embel mistik lainnya. Tentang keteguhannya tak ingin turun pun dijadikan sasaran berita hangat para kuli tinta. Yang diberitakan bukan sisi manusiawinya, bukan pula tentang keteguhannya memegang amanah dari Sri Sultan HB ke-IX untuk menjaga Merapi sebaik-baiknya. Berita tentang dirinya, seringkali bernada minor.
  
  Tayangan demi tayangan tentang Mbah Marijan yang negatif di berbagai media, memicu ‘wisatawan’ untuk berkunjung ke rumah kuncen Merapi itu. Setiap hari rumahnya tak pernah sepi dari kunjungan ‘orang-orang mau tahu’  dan dengan polosnya bertanya, “Mbah sebenarnya Merapi kapan akan meletus?” sebuah pertanyaan dari orang-orang yang mengaku berpendidikan. Berbekal pendekatannya kepada Sang Penguasa langit dan bumi, lelaki bertubuh pendek yang lucu itu pun berucap, “jangan tanya saya, tanyakan kepada Allah. Dia yang mengatur semua, Gusti Allah yang punya kehendak”.
  
  Kasihan sekali Mbah Marijan. Lelaki renta berusia 80an itu kerap dikenal sebagai orang sakti yang selalu berhubungan dengan para penguasa Gunung Merapi sehingga dianggap tahu kapan waktunya Merapi meletus. Keteguhannya untuk tidak mau turun gunung seringkali ditulis sebagai salah satu bentuk kesaktiannya, dan parahnya tak jarang dia dituduh mempengaruhi warga sekitar lereng Merapi untuk tak mengungsi. “Warga kalau mau ngungsi ya ngungsi saja, saya tak pernah melarangnya,” aku Mbah Marijan.
  
  Sesungguhnya, ia lelaki shalih yang terus menerus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Datanglah kepadanya, dan lihat langsung sosok sebenarnya. Jangan pernah percaya berita yang menggambarkan profilnya yang aneh dan jauh dari kesan agamis. Sungguh, kami memang baru mengenalnya. Tapi yang kami dapatkan tentang Mbah Marijan hanya satu hal; ia lelaki shalih yang teramat sederhana.
  
  Seorang teman pun mendapat nasihat darinya, “Kamu itu harus sering melihat ke bawah, jangan ke atas. LIhat nih Mbah, hidupnya seperti ini. Kasih tahu teman-teman yang hidupnya berlebih, contoh Mbah yang sederhana ini,” sambil memperlihatkan gajinya dari Keraton yang cuma Rp. 5.800,-
  
  Doa kami pun terpanjat, semoga Merapi tak membuatnya semakin terdzalimi. Ia memang sakit lantaran terlalu lelah. Tetapi sebenarnya ia lebih sakit dengan pemberitaan tentang dirinya yang tak benar. (Bayu Gawtama)
  

                 
---------------------------------
Yahoo! Mail goes everywhere you do.  Get it on your phone.

[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




SPONSORED LINKS
Station


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke