Selasa, 01 November 2005
Konvoi Bebek di Jalur Pantai Utara

Amir Sodikin dan Totok Wijayanto

Ribuan anak di bawah lima tahun menjadi saksi kejamnya jalanan di jalur pantai utara Jawa Barat. Mereka juga jadi saksi upaya survival bersama kemiskinan baru dampak kenaikan harga BBM yang telah mencapai titik kulminasinya.

Kompas mengabadikan momentum mengharukan ini dengan ikut mudik bersepeda motor mulai dari Jakarta hingga Cirebon. Kesan pertama ikut mudik kali ini: badan serasa remuk seperti habis dipukuli. Ingin tahu lagi apa saja suka dukanya mudik menggunakan sepeda motor? Tanyakan saja kepada anak di bawah lima tahun (balita) Khairil DH (2) atau Anisa Putri (3,5) asal Jakarta.

Walaupun masih anak balita, mereka sudah merasakan bagaimana merajai jalanan, ditampar angin bus hingga terbang, sampai serempetan dengan kaca spion mobil. Bagi kedua anak balita itu, mudik menggunakan sepeda motor sungguh penuh warna.

Meski masih kecil, Khairil tetap meminta kepada ayahnya, Eko Sugiartono (36), diperbolehkan duduk di depan. Khairil merasa tak nyaman diapit ayah dan ibunya, Janatun (25).

Walau masih kecil, dia tak mau kalah dengan kakak perempuannya, pinginnya di depan, tapi tidak kami bolehkan karena berbahaya, kata Eko yang akan mudik dari Jakarta menuju Kebumen, Jawa Tengah.

Mata anak-anak Eko yang bening tampak memerah dan mengeluarkan air. Selama 10 jam mereka menjejak jalur pantura. Hanya berbalut jaket biasa, tanpa masker, dan pelindung lainnya Khairil dan Anisa melaju di atas motor yang dikemudikan ayahnya.

Mudik sekeluarga membawa anak balita sangat berbahaya memang. Berkali-kali kepala Anisa tergolek ke kanan, dia pulas tertidur. Dia memang sering tertidur, tapi badannya sudah saya jepit, kata Eko.

Selama satu hari satu malam keluarga kecil Eko yang tukang ojek ini akan menuntaskan perjalanan menuju Kebumen. Nanti malam saya harus melewati daerah hutan di Gombong. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, tutur Eko.

Tahun ini Eko terpaksa mudik menggunakan sepeda motor karena ongkos kereta api atau bus naik tajam. Kalau pake kereta api paling-tidak perlu Rp 250.000, tapi kalau pake motor hanya Rp 100.000, ujarnya.

Tidak hanya kedua anak balita anak Eko yang tahun ini ikut balapan sepeda motor di jalur pantura yang padat dan berbahaya. Ribuan anak balita lain juga terpaksa berjibaku mengikuti ritual mudik di atas motor.

Beban kenaikan harga BBM tahun ini benar-benar memiskinkan hampir sebagian warga Indonesia. Bagi Eko, yang tukang ojek, dan istrinya yang bekerja di perusahaan garmen, kenaikan harga BBM membuat mereka pontang-panting.

Pendapatan kami tidak mencukupi untuk hidup di Jakarta. Kami harus putar otak supaya bisa bertahan, kata Eko.

Bahaya dan haru

Cerita tentang ribuan anak balita yang ikut berjuang mudik pastilah tak masuk dalam agenda pemerintah ketika menetapkan kenaikan harga BBM. Tak banyak yang tahu tiap detik di sepanjang pantura puluhan anak balita menangis kepanasan, masuk angin, lelah, haus, atau lapar.

Kabarnya, akan ada berbagai posko yang bisa dimanfaatkan para pemudik. Nyatanya, para pemudik harus berupaya sendiri mencari tempat peristirahatan. Warung mudik yang dibuat warga setempat menjadi serbuan para pemudik daripada posko-posko mentereng yang sekadar jual nama.

Ketika di jalanan, psikologis pengemudi sepeda motor seperti menjadi pembalap jalanan. Tak peduli yang dibawa belahan jiwa yang terkantuk-kantuk di boncengan depan dan belakang.

Dalam iring-iringan kendaraan bebek, Kompas sering memacu sepeda motor dengan kecepatan hingga 100 kilometer per jam. Namun, sering kali itu pun tidak bisa mengejar konvoi kendaraan lainnya.

Banyak istirahat merupakan kunci untuk tetap selamat di jalur pantura. Kompas menyaksikan ribuan mushala atau masjid dan rumah-rumah warga menjadi tempat favorit untuk istirahat. Sebagian stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) juga menjadi sasaran untuk melepas lelah, menunggu kemacetan reda.

Hujan sepanjang Sabtu lalu tidak menyurutkan semangat para pemudik. Mereka telah melengkapi diri dengan mantel dan jaket anti-air. Bayi-bayi terpaksa melewati hari-hari yang berat, diterpa angin, terkena debu, hingga diguyur hujan. Tak ada posko yang khusus memberikan simpati kepada bayi. Seorang warga di Karawang yang menyaksikan peristiwa itu menitikkan air mata. Kasihan, karena BBM mahal, mereka nekat naik motor, tuturnya.

Raja jalanan

Meski demikian, rasa kemrungsung tetaplah menghinggapi hampir semua pengendara sepeda motor. Mereka sering memacu kendaraan tanpa menghiraukan keselamatan pengguna kendaraan lainnya.

Ugal-ugalan, menjadiraja tak terkalahkan di jalanan, hanya sebagian kecil dari semangat asal bisa pulang kampung. Mereka tak segan-segan memanfaatkan trotoar, melaju di jalanan tanah, menyerobot jalur kanan sekalipun harus mengangkat sepeda motor mereka melewati median jalan.

Mereka tidak hanya ugal-ugalan, tapi juga memblokir jalan. SPBU juga diblokir sehingga mobil susah masuk,ta seorang pemudik yang menggunakan mobil.

Di zaman mahalnya BBM ini konvoi bebek akhirnya menjadi pilihan untuk tetap menjaga jalinan sosioreligius di kampung halaman. Maafkan kami orang-orang kaya. Kami makin ugal-ugalan di jalan karena keterpaksaan. Inilah dampak kenaikan harga BBM, menjadikan kami tak takut mati.


This communication is for use by the intended recipient and contains
information that may be Privileged, confidential or copyrighted under
applicable law. If you are not the intended recipient, you are hereby
formally notified that any use, copying or distribution of this e-mail,
in whole or in part, is strictly prohibited. Please notify the sender by
return e-mail and delete this e-mail from your system. Unless explicitly
and conspicuously designated as "E-Contract Intended", this e-mail does
not constitute a contract offer, a contract amendment, or an acceptance
of a contract offer. This e-mail does not constitute a consent to the
use of sender's contact information for direct marketing purposes or for
transfers of data to third parties.

Francais Deutsch Italiano  Espanol  Portugues  Japanese  Chinese  Korean

           http://www.DuPont.com/corp/email_disclaimer.html


=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================




SPONSORED LINKS
Radio station advertising Satellite radio stations Cb radio base station
Weather radio station Radio station promotion Christian radio station


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke