Ya... kita tinggal tunggu aja apa yang akan Allah beri kepada
ciptaanya lagi ??????

On 11/16/05, Lakshmi Nawasasi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> MessageTerimakasih Pak Sugiarto ...
> Sebagian orang NTT yang udah "ngota" emang ga kenal tradisi sifon ... coba
> yang udah luamaaaa tinggal disana plus didaerah kecamatan yang terpencil
> pasti tau tradisi bgituan ....
> Kalau ada LSM perempuan yaaa lebih bagus Pak .... biar mereka terjun
> langsung,kasih penyuluhan ...
> Tradisi belis (memberikan sejumlah hewan ke orang tua perempuan waktu mau
> menikahi putrinya ... mungkin kalo dikita istilahnya mas kawin ya .... )itu
> juga sering disalahgunakan ....
> Ah pokoknya kesel, nyebelin ... tapi yaaa mereka biasa-biasa aja tuh ...
> Salam, lakshmi
>   ----- Original Message -----
>   From: Sugiarto
>   To: idakrisnashow@yahoogroups.com
>   Sent: Monday, November 14, 2005 5:02 PM
>   Subject: RE: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show] REMAJA
> DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>   Terima kasih banyak Mbak Lakshmi, nanti saya tanyakan lebih detail kepada
> kawan lama saya Bang Alfons Lemau yang pernah jadi kapolres di salah satu
> Kabupaten di NTT (kalau nggaks alah dia juga asli NTT), kok dia nggak pernah
> ceritera? tradisi SIFON dan hamili dulu baru menikah, akan sangat merugikan
> kaum perempuan. Di pihak laki-laki boleh dibilang tidak ada bekasnya, tetapi
> sebaliknya di pihak perempuan....... belum kalau nanti anaknya lahir lalu
> dicerai..., bapaknya melenggang bisa kawin lagi.  INfo dari Mbak ini nanti
> saya forward ke LSM Perempuan, supaya dilakukan penyuluhan di sana.  Salam
> #Sugiarto
>     -----Original Message-----
>     From: idakrisnashow@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lakshmi Nawasasi
>     Sent: Tuesday, November 15, 2005 12:33 PM
>     To: idakrisnashow@yahoogroups.com
>     Subject: Re: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show]
> REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>     Didaerah NTT Pak Sugiarto,
>     Saya kebetulan sempet disana selama 7 bulan jadi .... yaaa memang bgitu
> ... mangkanya kesel juga ngeliatnya.
>     Tepatnya sih di kecamatan2 kabupaten yang terpencil gitu, kalo di
> kupangnya kayaknya udah ga ada lagi yang kayak gitu.
>     Sirkumsisinya emang pas dewasa, trus harus udah pernah berhubungan
> seksual juga ... supaya (katanya) abis sirkumsisi nanti udah "pengalaman"
> gitu .... (ngeselin ya ??)
>     Dulu saya pernah juga liat liputannya di Metro TV pa ga Indosiar hari
> Minggu siang ...cuma ga lengkap banget - tradisi kayak gitu namanya SIFON
> ... (pendinginan setelah sirkumsisi)
>     Disana jarang ada anak kecil yang sirkumsisi, kecuali anak dari
> keluarga2 yang di perkotaan, dan kebanyakan agama Islam kaumpendatang,
> mereka nyelenggarain sirkumsisi massal (kayak dijakarta gitu .... beberapa
> anak dikumpulin di mesjid).
>     Harusnya LSM-LSM yang bergerak dlm bidang itu ninjau kesana, yaaa LSM
> soal AIDS atau soal perempuan ....
>     Salam, lakshmi
>
>
>     ----- Original Message -----
>       From: Sugiarto
>       To: idakrisnashow@yahoogroups.com
>       Sent: Sunday, November 13, 2005 8:18 PM
>       Subject: RE: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show]
> REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>       Wah kalau sudah begini enak yang jadi lelaki ya Mbak...... bisa
> penclok sana-sini, berarti sunatnya setelah dewasa? Di daerah mana Mbak
> tepatnya? Setahu saya yang tingkat kasus AIDSnya paling tinggi adalah di
> Kota Merauke (tertinggi setelah Jakarta), karena di sana ada pangkalan
> kapal-kapal ikan nelayan Thailand sejak tahun 1980-an.  Salam #Sugiarto
>         -----Original Message-----
>         From: idakrisnashow@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lakshmi Nawasasi
>         Sent: Saturday, November 12, 2005 9:01 PM
>         To: idakrisnashow@yahoogroups.com
>         Subject: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show]
> REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>         Kira-kira 1 tahun yang lalu saya penah kerja di salah satu daerah
> Indonesia sebelah Timur dimana suasana religi daerahnya kental banget. Cuma
> sayangnya kehidupan seks para remaja (artinya usia pra nikah) amat
> mengejutkan.
>         Disana sebagian remaja yang menikah pasti perempuannya udah hamil
> duluan. Usut punya usut ternyata kehamilan itu memang layak dilakukan.
> Masalahnya katanya gini .... dalam agama mereka (tanpa bermaksud memojokkan
> agama tertentu), perkawinan hanya satu kali seumur hidup. Jadi perempuan
> harus bisa punya anak, karena ga boleh cerai.  Mangkanya sebelum menikah
> mereka berhubungan dulu, nah kalo terbukti si cewek bisa hamil baru
> dinikah-i kalo ga ya udah ga jadi nikah ....
>         Ada lagi setelah laki-laki di sirkumsisi (di sunat) untuk
> mengeringkan luka habis sirkumsisi mereka harus berhubungan badan dengan
> perempuan, bertahap mulai dari yang sudah lanjut usia, sampe akhirnya yang
> masih perawan. Ini semua katanya proses penyembuhan ....
>         Semua hal diatas diatur dalam hukum adat, jadi syah-syah saja.
>         Meskipun dalam kasus2 diatas perempuan yang menjadi pihak yang di
> rugikan tapi sampe sekarangpun tetep diberlakukan tuh yang namanya rutinitas
> kayak gitu ....
>
>         Mungkin karena sebab itu ya (katanya)  data penelitian menyebutkan
> angka kejadian AIDS paling tinggi di wilayah indonesia Timur
>         Kalau udah gini, ga tau deh harus mulai dari mana bentuk
> penyuluhannya ....
>         Salam, lakshmi
>           ----- Original Message -----
>           From: Ida arimurti
>           To: idakrisnashow@yahoogroups.com
>           Cc: [EMAIL PROTECTED] ;
> [EMAIL PROTECTED]
>           Sent: Thursday, November 10, 2005 3:35 AM
>           Subject: [Ida-Krisna Show] REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>           REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH
>
>
>
>           Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual
> pranikah.
>
>           Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 -
> 12%
>
>           remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini
>
>           mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara
> intensif
>
>           terutama di rumah dan di sekolah, makin penting.
>
>
>
>           Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya
> ketimbang
>
>           tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku
>
>
>           bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini
>
>           ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Data yang
>
>           dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan dan
> penyakit
>
>           kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16 - 20% dari remaja yang
>
>
>           berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah.
> Dalam
>
>           catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an
> angka itu berkisar 5 - 10%.
>
>           Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor
> di
>
>           sebuah sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya
>
>
>           pasangan remaja yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran
>
>           kandungan di Jakarta Pusat dan penggunaan obat-obat pencegah
> kehamilan.
>
>
>
>           Data tersebut mungkin tidak mewakili kenyataan sebenarnya, yang
> bisa
>
>           menunjukkan angka lebih tinggi atau lebih rendah. Namun setidaknya
>
>
>           kasus hubungan seksual pranikah itu ada hubungannya dengan hasil
>
>           suatu penelitian para dokter di Jakarta. Seperti dikutip Boyke, 10
> -
>
>           12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang.
>
>
>
>           Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada
> remaja
>
>           yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal
> terjadi
>
>           kehamilan. Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera
>
>           setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan.
>
>
>
>           Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya
> mendorong
>
>           remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah
> persepsi.
>
>           Misalnya saja, berciuman atau berenang di kolam renang
>
>           yang "tercemar" sperma bisa mengakibatkan kehamilan, mimpi basah
>
>           dikira mengidap penyakit kotor, kecil hati gara-gara ukuran penis
>
>
>           kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan impotensi.
>
>
>
>           Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya
>
>           pengguguran kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian
> pasangan
>
>           keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular seksual,
> termasuk
>
>           HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia.
>
>
>           Bandingkan dengan temuan Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang
>
>           berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa setiap tahun terdapat 1 dari
> 18
>
>           gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum nikah dan 1 dari 5
> pasien
>
>           AIDS tertular HIV pada usia remaja.
>
>
>
>           Dibentak ortu
>
>
>
>           Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini
>
>
>           hingga masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi
>
>           mengingat, "Sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan
>
>
>           seksual," tegas Boyke yang juga pengasuh rubrik konsultasi seks di
>
>
>           majalah dan radio. Kalau tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa
>
>
>           berbuat banyak saat memasuki usia produktif di abad XXI
> mendatang.
>
>
>
>           Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks
>
>           membuktikan, pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah
> perilaku
>
>           hubungan seks sembarangan, yang berarti pula mengurangi
> tertularnya
>
>           penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas.
>
>
>
>           Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan
> unsur-
>
>           unsur hak azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama
>
>           diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan pendidikan
> akhlak
>
>           dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka perceraian yang
> berdampak
>
>           kurang baik terhadap anak-anak pun dapat dikurangi.
>
>
>
>           Hanya yang jadi soal hingga kini, "Pendidikan seks di Indonesia
> masih
>
>           mengundang kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum
>
>
>           menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah," tutur dr.
>
>
>           Gerard Paat, kolsultan keluarga RS Sint Carolus.
>
>
>
>           Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara
> soal
>
>           seks masih menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya,
> anak-
>
>           anak yang berangkat remaja jarang yang mendapat bekal pengetahuan
>
>
>           seks yang cukup dari ortu (orang tua). Padahal tidak jarang para
>
>           remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru sering
>
>           disambut dengan "kemarahan" ortu. "Boro-boro mau ngejelasin soal
>
>           seks, baru nanya sedikit aja, nyokap (ibu) sudah mbentak, 'Eh itu
>
>
>           tabu, jangan diomongin!'" aku seorang remaja putri.
>
>
>
>           Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata-rata
> kehilangan
>
>           panutan. "Orang tua yang mestinya menjadi tokoh panutan utama,
> justru
>
>           kurang berperan karena kesibukan mereka sendiri," kata dr. Paat,
> yang
>
>           sejak akhir tahun 1960-an memberikan penyuluhan seks di sekolah
> dan
>
>           luar sekolah.
>
>
>
>           Film, buku, dan motel
>
>
>
>           Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih
> konsumsi
>
>           tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan
>
>
>           budaya dan gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang
>
>           digambarkan dalam film ataupun video, menurut Boyke, sering kali
>
>           menunjukkan kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan
> serial
>
>           macam Beverly Hills atau Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan
>
>
>           bintang-bintang molek dan tampan itu mudah sekali merasuk ke dalam
>
>
>           benak remaja. Sehingga mereka bisa amat mudah meniru gaya hidup
> muda-
>
>           mudi dalam film itu.
>
>
>
>           "Justru ketika informasi seperti itu tidak bisa kita hindari,
> peranan
>
>           orang tua untuk memberikan pengertian yang benar pada anak-anak
>
>           menjadi penting," tutur Boyke.
>
>
>
>           Minimnya pengetahuan seks masih ditambah lagi dengan mudahnya
>
>           mendapatkan prasarana untuk melakukan seks bebas seperti di motel,
>
>
>           cottage, vila; alat kontrasepsi; lebih mudanya rata-rata gadis
>
>           mendapatkan haid (9 - 11 th); serta tertundanya usia perkawinan.
>
>           Semua itu juga faktor yang ikut mempengaruhi remaja melakukan
>
>           kegiatan seks bebas dan kumpul kebo.
>
>
>
>           Celakanya, "Remaja yang sudah terbiasa mengadakan hubungan seksual
>
>
>           akan sulit menghentikannya," jelas Paat. Itu bukan semata-mata
> karena
>
>           faktor ketagihan, tapi terutama akibat timbulnya persepsi bahwa
>
>           melakukan hubungan seksual sudah merupakan hal biasa.
>
>
>
>           Dr. Gerard Paat
>
>
>
>           Kalau itu sampai terjadi, ortu harus ikut bertanggung jawab.
> "Orang
>
>           tualah yang seharusnya pertama-tama memberikan pengetahuan seks
> bagi
>
>           anak-anaknya. Informasi seks dari teman, film, atau buku, yang
> hanya
>
>           setengah-setengah tanpa pengarahan, mudah menjerumuskan. Apalagi
>
>           kalau si anak tidak tahu risiko melakukan hubungan seksual
> pranikah," kata Boyke.
>
>
>
>           Menurut Paat, pendidikan seks pasif, karena tanpa komunikasi dua
> arah
>
>           semacam itu, sudah bisa mempengaruhi sikap serta perilaku
>
>           seseorang. "Dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat
> dan
>
>           mendengar sekali-dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap
> dan
>
>           berkelanjutan," katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya
> menjadi
>
>           bagian penting dalam pendidikan di sekolah. Orang tua dan pendidik
>
>
>           wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan
>
>           risiko perilaku seks yang salah.
>
>
>
>           Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap
> pendidikan
>
>           seks di rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi
> selama
>
>           ini, kendati pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat
>
>
>           tadi, masih belum optimal.
>
>
>
>           Pacaran jangan dilarang
>
>
>
>           Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan
>
>
>           dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih
> anak-anak
>
>           misalnya, berikan pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari
>
>
>           kamar mandi sambil telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika
> sedang
>
>           mandi, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu.
>
>
>
>           Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti
> sudah
>
>           dipersiapkan menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14
> tahun,
>
>           remaja putri maupun putra rata-rata mulai ingin tahu segala
> sesuatu
>
>           tentang lawan jenisnya. "Ini merupakan proses pendewasaan diri,
> dan
>
>           tak bisa dicegah," tegas Boyke. Di sinilah ortu mesti mulai lebih
>
>
>           sering mengadakan pendekatan dan memasukkan nilai-nilai moral
> kepada anak.
>
>
>
>           Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata
>
>           Boyke, tak perlu dilarang-larang. Berpacaran merupakan latihan
>
>           pendewasaan dan pematangan emosi. Dengan berpacaran mereka bisa
>
>           merasakan rasa rindu atau rasa memiliki, dan berlatih bagaimana
> harus
>
>           ber-sharing dengan pasangan. Pada masa ini orang tua remaja putri
>
>
>           hendaknya berperan menjadi teman berdiskusi sambil meneliti siapa
>
>
>           pacarnya itu.
>
>
>
>           Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara
> ortu-anak.
>
>           Melalui komunikasi, yang acap kali banyak diabaikan peranannya,
> ortu
>
>           dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
>
>           Misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya
> kalau
>
>           batas itu dilanggar. Kepercayaan dari ortu akan membuat mereka
> lebih bertanggung jawab.
>
>
>
>           Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat tidak diberi
> kepercayaan
>
>           justru tidak menguntungkan. "Ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah
>
>
>           umumnya dilakukan oleh mereka yang back street," kata Boyke.
> "Mungkin
>
>           juga akibat hubungan dengan orang tua kurang akrab atau orang tua
> terlalu kaku."
>
>
>
>           Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko
>
>           melakukan hubungan seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya,
>
>           kehamilan, kemungkinan terinfeksi HIV atau tertular penyakit
> kelamin
>
>           kalau bergonta-ganti pasangan. Bila terjadi kehamilan dan
> kandungan
>
>           terpaksa digugurkan, mereka menghadapi kemungkinan perdarahan,
>
>           infeksi, kemandulan, bahkan kematian. Belum lagi stres atau rasa
>
>           berdosa yang bakal dihadapi si anak. Juga diingatkan, dengan anak
>
>
>           yang mereka lahirkan di luar nikah, mereka juga yang mesti
>
>           bertanggungjawab sebagai ayah dan ibunya. Jangan lupa pula,
> "Jagalah
>
>           agar jiwa mereka tidak banyak terganggu, apalagi selama mereka
> masih
>
>           belum dewasa, masih harus sekolah, dan lain-lain," tambah Yulia.
>
>
>
>           Kapan saja, di mana saja
>
>
>
>           Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan
>
>           hubungan seksual pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya
>
>           terbukti ketika dr. Boyke membagikan kuesioner kepada peserta
> seminar
>
>           remaja. Jawaban mereka sebelum dan sesudah mendengarkan ceramah
>
>           bertolak belakang. Sebelum seminar, mereka rata-rata menyetujui
>
>           hubungan seksual sebelum nikah. Tapi sesudahnya, 90% peserta
>
>           menyatakan tidak setuju. Juga terungkap, mereka setuju adanya
>
>           pendidikan seks, hanya tidak tahu harus ke mana memperolehnya.
>
>
>
>           Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan
> kedua
>
>           orang tua. "Sebelum usia 10 tahun pendidikan bisa diberikan secara
>
>
>           bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih berperan," kata Paat.
>
>           Menjelang akil balik, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis
>
>
>           kelamin dan mulai muncul rasa malu (pada wanita mengalami haid,
>
>           pertumbuhan payudara, dan pada laki-laki mengalami mimpi basah dan
>
>
>           perubahan suara), sebaiknya ibu memberi penjelasan kepada anak
>
>           perempuan dan ayah kepada anak laki-laki. "Sekali waktu boleh
>
>           diadakan komunikasi silang. Misalnya, kepada anak perempuannya
>
>           seorang ayah dapat berdiskusi bagaimana perasaan-perasaan pria
> bila
>
>           jatuh cinta, atau sebaliknya kepada anak laki-lakinya, ibu bisa
>
>           mengungkapkan bagaimana perasaan seorang wanita bila didekati
> pria."
>
>
>
>           Menjelaskan tentang seks juga tidak perlu secara eksklusif. Itu
> bisa
>
>           dilakukan kapan saja dan di mana saja. Saat sedang sibuk memasak,
>
>
>           misalnya, tiba-tiba si anak bertanya tentang kehamilan. Sang ibu
>
>           tidak perlu menangguhkan jawaban atau menjanjikan jawaban akan
>
>           diberikan panjang lebar di kamar, tapi bisa langsung saat itu
> juga.
>
>           Tindakan eksklusif, menurut Paat, malah membuat si anak bisa
>
>           berkesimpulan, seks merupakan sesuatu yang luar biasa dan harus
>
>           dirahasiakan. Padahal pertanyaan seperti itu lumrah dan merupakan
>
>
>           bagian dari kehidupannya.
>
>
>
>           "Kalau anak kita sama sekali tidak pernah bertanya soal seks,
> jangan
>
>           dikira pasti beres. Coba pancinglah dengan buku," jelas
>
>           Paat. "Keterangan dalam buku yang kurang jelas bisa didiskusikan
>
>           dengan orang tua," tambah Boyke.
>
>
>
>           Di RT pun bisa
>
>
>
>           Pendidikan seks di sekolah, demikian Yulia dan Paat, hendaknya
> tidak
>
>           terpisah dari pendidikan pada umumnya, dan bersifat terpadu. Ia
> bisa
>
>           dimasukkan ke dalam pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan
>
>           etika secara bertahap dan terus menerus. Mereka juga mensyaratkan
>
>
>           penekanan pada pendidikan moral, meski tidak perlu sedetail
>
>           pendidikan agama, agar pendidikan seks diterima murid sebagai
> suatu
>
>           ilmu yang tidak untuk dipraktekkan sebelum waktunya.
>
>
>
>           Sekali waktu penyuluhan seks juga perlu diadakan. Misalnya, soal
>
>           menghadapi masa haid dan mimpi basah bisa diberikan kepada anak
> kelas
>
>           VI SD, proses terjadinya bayi (spermatozoa bertemu dengan sel
> telur)
>
>           mulai diberikan kepada murid SLTP. Selanjutnya masalah kebebasan
>
>           seks, alat kontrasepsi sampai hubungan seks (bukan tekniknya)
>
>           diberikan kepada anak SLTA.
>
>
>
>           Menurut Yulia, penjelasan tentang program pendidikan seks yang
> hendak
>
>           disampaikan kepada murid perlu juga diketahui orang tua murid.
>
>           Maksudnya, agar mereka bisa memberi jawaban dan tidak terkejut
> bila
>
>           tiba-tiba si anak atau remaja bertanya soal seks kepada
>
>           mereka. "Karena, kadang-kadang ada anak yang dengan begitu bangga
>
>
>           bercerita tentang pengetahuan seks yang baru diberikan di
> sekolah," tutur Yulia.
>
>
>
>           Dr. Paat dan dr. Boyke saling berbeda pendapat dalam soal
> penyampaian
>
>           informasi tentang alat kontrasepsi. "Alat kontrasepsi macam kondom
>
>
>           bukan rahasia lagi, karena dapat dibeli di mana-mana. Yang
> penting,
>
>           mereka diberi penjelasan bahwa pemakaian sebelum menikah merupakan
>
>
>           pelanggaran nilai-nilai moral dan agama," kata Paat. Sedangkan
> Boyke
>
>           kurang setuju memperkenalkan pemakaiannya kepada remaja, karena
>
>           khawatir disalahgunakan.
>
>
>
>           Lebih tepat, kata Paat, kalau tema penyuluhan didasarkan pada
>
>           pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yakni
>
>           penyuluhan disertai kesempatan berkonsultasi dengan guru,
> konsultan
>
>           psikologi di sekolah, atau guru agama. Pasalnya, masalah yang
>
>           dihadapi setiap murid berbeda-beda.
>
>
>
>           Dalam hal ini Dra. Yulia menganggap penting peran guru bimbingan
> dan
>
>           penyuluhan (BP). Guru-guru ini tak cuma sebagai guru BP, tapi juga
>
>
>           mesti tahu soal pendidikan seks. "Kadang-kadang murid segan
> bertanya
>
>           kepada orang tua. Atau, pernah bertanya malah dimarahi bapak atau
>
>
>           ibunya," jelas Yulia. Dengan adanya kesempatan berkonsultasi, si
> anak
>
>           bisa mengutarakan masalah pribadinya.
>
>
>
>           Selain di sekolah, "Di tingkat RT pun sebetulnya bisa sekali waktu
>
>
>           diselenggarakan ceramah tentang seks bagi para orang tua atau
> remaja
>
>           dengan bantuan dokter Puskesmas untuk mengisi kekosongan itu,"
> kata Boyke.
>
>
>
>           Usul itu boleh juga. Bagaimanapun pendidikan seks bukan
> semata-mata
>
>           tanggung jawab orang tua dan pendidik, tetapi juga masyarakat.
>
>           (Nanny Selamihardja/I Gede Agung Yudana)
>
>
>
>
>
>   =================================================================
>   "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
>   It has silent message saying that I remember you when I wake up.
>   Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna
>
>   Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
>   Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
>   SMS di 0818-333582
>   =================================================================
>
>
>
>
>   SPONSORED LINKS Radio station advertising  Satellite radio stations  Cb
> radio base station
>         Weather radio station  Radio station promotion  Christian radio
> station
>
>
> ------------------------------------------------------------------------------
>   YAHOO! GROUPS LINKS
>
>     a..  Visit your group "idakrisnashow" on the web.
>
>     b..  To unsubscribe from this group, send an email to:
>      [EMAIL PROTECTED]
>
>     c..  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of
> Service.
>
>
> ------------------------------------------------------------------------------
>
>
>


--
Wassalam


Bilal Ueey......


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke