Ya... kita tinggal tunggu aja apa yang akan Allah beri kepada ciptaanya lagi ??????
On 11/16/05, Lakshmi Nawasasi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > MessageTerimakasih Pak Sugiarto ... > Sebagian orang NTT yang udah "ngota" emang ga kenal tradisi sifon ... coba > yang udah luamaaaa tinggal disana plus didaerah kecamatan yang terpencil > pasti tau tradisi bgituan .... > Kalau ada LSM perempuan yaaa lebih bagus Pak .... biar mereka terjun > langsung,kasih penyuluhan ... > Tradisi belis (memberikan sejumlah hewan ke orang tua perempuan waktu mau > menikahi putrinya ... mungkin kalo dikita istilahnya mas kawin ya .... )itu > juga sering disalahgunakan .... > Ah pokoknya kesel, nyebelin ... tapi yaaa mereka biasa-biasa aja tuh ... > Salam, lakshmi > ----- Original Message ----- > From: Sugiarto > To: idakrisnashow@yahoogroups.com > Sent: Monday, November 14, 2005 5:02 PM > Subject: RE: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show] REMAJA > DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > Terima kasih banyak Mbak Lakshmi, nanti saya tanyakan lebih detail kepada > kawan lama saya Bang Alfons Lemau yang pernah jadi kapolres di salah satu > Kabupaten di NTT (kalau nggaks alah dia juga asli NTT), kok dia nggak pernah > ceritera? tradisi SIFON dan hamili dulu baru menikah, akan sangat merugikan > kaum perempuan. Di pihak laki-laki boleh dibilang tidak ada bekasnya, tetapi > sebaliknya di pihak perempuan....... belum kalau nanti anaknya lahir lalu > dicerai..., bapaknya melenggang bisa kawin lagi. INfo dari Mbak ini nanti > saya forward ke LSM Perempuan, supaya dilakukan penyuluhan di sana. Salam > #Sugiarto > -----Original Message----- > From: idakrisnashow@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lakshmi Nawasasi > Sent: Tuesday, November 15, 2005 12:33 PM > To: idakrisnashow@yahoogroups.com > Subject: Re: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show] > REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > Didaerah NTT Pak Sugiarto, > Saya kebetulan sempet disana selama 7 bulan jadi .... yaaa memang bgitu > ... mangkanya kesel juga ngeliatnya. > Tepatnya sih di kecamatan2 kabupaten yang terpencil gitu, kalo di > kupangnya kayaknya udah ga ada lagi yang kayak gitu. > Sirkumsisinya emang pas dewasa, trus harus udah pernah berhubungan > seksual juga ... supaya (katanya) abis sirkumsisi nanti udah "pengalaman" > gitu .... (ngeselin ya ??) > Dulu saya pernah juga liat liputannya di Metro TV pa ga Indosiar hari > Minggu siang ...cuma ga lengkap banget - tradisi kayak gitu namanya SIFON > ... (pendinginan setelah sirkumsisi) > Disana jarang ada anak kecil yang sirkumsisi, kecuali anak dari > keluarga2 yang di perkotaan, dan kebanyakan agama Islam kaumpendatang, > mereka nyelenggarain sirkumsisi massal (kayak dijakarta gitu .... beberapa > anak dikumpulin di mesjid). > Harusnya LSM-LSM yang bergerak dlm bidang itu ninjau kesana, yaaa LSM > soal AIDS atau soal perempuan .... > Salam, lakshmi > > > ----- Original Message ----- > From: Sugiarto > To: idakrisnashow@yahoogroups.com > Sent: Sunday, November 13, 2005 8:18 PM > Subject: RE: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show] > REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > Wah kalau sudah begini enak yang jadi lelaki ya Mbak...... bisa > penclok sana-sini, berarti sunatnya setelah dewasa? Di daerah mana Mbak > tepatnya? Setahu saya yang tingkat kasus AIDSnya paling tinggi adalah di > Kota Merauke (tertinggi setelah Jakarta), karena di sana ada pangkalan > kapal-kapal ikan nelayan Thailand sejak tahun 1980-an. Salam #Sugiarto > -----Original Message----- > From: idakrisnashow@yahoogroups.com > [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Lakshmi Nawasasi > Sent: Saturday, November 12, 2005 9:01 PM > To: idakrisnashow@yahoogroups.com > Subject: Hubungan Seks dulu, baru Menikah Re: [Ida-Krisna Show] > REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > Kira-kira 1 tahun yang lalu saya penah kerja di salah satu daerah > Indonesia sebelah Timur dimana suasana religi daerahnya kental banget. Cuma > sayangnya kehidupan seks para remaja (artinya usia pra nikah) amat > mengejutkan. > Disana sebagian remaja yang menikah pasti perempuannya udah hamil > duluan. Usut punya usut ternyata kehamilan itu memang layak dilakukan. > Masalahnya katanya gini .... dalam agama mereka (tanpa bermaksud memojokkan > agama tertentu), perkawinan hanya satu kali seumur hidup. Jadi perempuan > harus bisa punya anak, karena ga boleh cerai. Mangkanya sebelum menikah > mereka berhubungan dulu, nah kalo terbukti si cewek bisa hamil baru > dinikah-i kalo ga ya udah ga jadi nikah .... > Ada lagi setelah laki-laki di sirkumsisi (di sunat) untuk > mengeringkan luka habis sirkumsisi mereka harus berhubungan badan dengan > perempuan, bertahap mulai dari yang sudah lanjut usia, sampe akhirnya yang > masih perawan. Ini semua katanya proses penyembuhan .... > Semua hal diatas diatur dalam hukum adat, jadi syah-syah saja. > Meskipun dalam kasus2 diatas perempuan yang menjadi pihak yang di > rugikan tapi sampe sekarangpun tetep diberlakukan tuh yang namanya rutinitas > kayak gitu .... > > Mungkin karena sebab itu ya (katanya) data penelitian menyebutkan > angka kejadian AIDS paling tinggi di wilayah indonesia Timur > Kalau udah gini, ga tau deh harus mulai dari mana bentuk > penyuluhannya .... > Salam, lakshmi > ----- Original Message ----- > From: Ida arimurti > To: idakrisnashow@yahoogroups.com > Cc: [EMAIL PROTECTED] ; > [EMAIL PROTECTED] > Sent: Thursday, November 10, 2005 3:35 AM > Subject: [Ida-Krisna Show] REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH > > > > Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual > pranikah. > > Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - > 12% > > remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini > > mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara > intensif > > terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. > > > > Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya > ketimbang > > tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku > > > bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini > > ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Data yang > > dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha, DSOG, ahli kebidanan dan > penyakit > > kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16 - 20% dari remaja yang > > > berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks pranikah. > Dalam > > catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun 1980-an > angka itu berkisar 5 - 10%. > > Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor > di > > sebuah sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya > > > pasangan remaja yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran > > kandungan di Jakarta Pusat dan penggunaan obat-obat pencegah > kehamilan. > > > > Data tersebut mungkin tidak mewakili kenyataan sebenarnya, yang > bisa > > menunjukkan angka lebih tinggi atau lebih rendah. Namun setidaknya > > > kasus hubungan seksual pranikah itu ada hubungannya dengan hasil > > suatu penelitian para dokter di Jakarta. Seperti dikutip Boyke, 10 > - > > 12% remaja di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. > > > > Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada > remaja > > yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal > terjadi > > kehamilan. Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera > > setelah melakukan hubungan seksual bisa mencegah kehamilan. > > > > Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya > mendorong > > remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah > persepsi. > > Misalnya saja, berciuman atau berenang di kolam renang > > yang "tercemar" sperma bisa mengakibatkan kehamilan, mimpi basah > > dikira mengidap penyakit kotor, kecil hati gara-gara ukuran penis > > > kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan impotensi. > > > > Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya > > pengguguran kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian > pasangan > > keluarga muda, atau terjangkitnya penyakit menular seksual, > termasuk > > HIV yang kini sudah mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia. > > > Bandingkan dengan temuan Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang > > berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa setiap tahun terdapat 1 dari > 18 > > gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum nikah dan 1 dari 5 > pasien > > AIDS tertular HIV pada usia remaja. > > > > Dibentak ortu > > > > Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini > > > hingga masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi > > mengingat, "Sebagian besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan > > > seksual," tegas Boyke yang juga pengasuh rubrik konsultasi seks di > > > majalah dan radio. Kalau tidak, mereka yang kini remaja tidak bisa > > > berbuat banyak saat memasuki usia produktif di abad XXI > mendatang. > > > > Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks > > membuktikan, pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah > perilaku > > hubungan seks sembarangan, yang berarti pula mengurangi > tertularnya > > penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas. > > > > Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan > unsur- > > unsur hak azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama > > diikutsertakan di dalamnya sehingga akan merupakan pendidikan > akhlak > > dan moral juga. Dengan itu diharapkan angka perceraian yang > berdampak > > kurang baik terhadap anak-anak pun dapat dikurangi. > > > > Hanya yang jadi soal hingga kini, "Pendidikan seks di Indonesia > masih > > mengundang kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum > > > menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah," tutur dr. > > > Gerard Paat, kolsultan keluarga RS Sint Carolus. > > > > Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara > soal > > seks masih menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya, > anak- > > anak yang berangkat remaja jarang yang mendapat bekal pengetahuan > > > seks yang cukup dari ortu (orang tua). Padahal tidak jarang para > > remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru sering > > disambut dengan "kemarahan" ortu. "Boro-boro mau ngejelasin soal > > seks, baru nanya sedikit aja, nyokap (ibu) sudah mbentak, 'Eh itu > > > tabu, jangan diomongin!'" aku seorang remaja putri. > > > > Bahkan anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja rata-rata > kehilangan > > panutan. "Orang tua yang mestinya menjadi tokoh panutan utama, > justru > > kurang berperan karena kesibukan mereka sendiri," kata dr. Paat, > yang > > sejak akhir tahun 1960-an memberikan penyuluhan seks di sekolah > dan > > luar sekolah. > > > > Film, buku, dan motel > > > > Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih > konsumsi > > tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan > > > budaya dan gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang > > digambarkan dalam film ataupun video, menurut Boyke, sering kali > > menunjukkan kehidupan seks bebas di kalangan remaja. Tayangan > serial > > macam Beverly Hills atau Bay Watch, Boyke menyebut contoh, dengan > > > bintang-bintang molek dan tampan itu mudah sekali merasuk ke dalam > > > benak remaja. Sehingga mereka bisa amat mudah meniru gaya hidup > muda- > > mudi dalam film itu. > > > > "Justru ketika informasi seperti itu tidak bisa kita hindari, > peranan > > orang tua untuk memberikan pengertian yang benar pada anak-anak > > menjadi penting," tutur Boyke. > > > > Minimnya pengetahuan seks masih ditambah lagi dengan mudahnya > > mendapatkan prasarana untuk melakukan seks bebas seperti di motel, > > > cottage, vila; alat kontrasepsi; lebih mudanya rata-rata gadis > > mendapatkan haid (9 - 11 th); serta tertundanya usia perkawinan. > > Semua itu juga faktor yang ikut mempengaruhi remaja melakukan > > kegiatan seks bebas dan kumpul kebo. > > > > Celakanya, "Remaja yang sudah terbiasa mengadakan hubungan seksual > > > akan sulit menghentikannya," jelas Paat. Itu bukan semata-mata > karena > > faktor ketagihan, tapi terutama akibat timbulnya persepsi bahwa > > melakukan hubungan seksual sudah merupakan hal biasa. > > > > Dr. Gerard Paat > > > > Kalau itu sampai terjadi, ortu harus ikut bertanggung jawab. > "Orang > > tualah yang seharusnya pertama-tama memberikan pengetahuan seks > bagi > > anak-anaknya. Informasi seks dari teman, film, atau buku, yang > hanya > > setengah-setengah tanpa pengarahan, mudah menjerumuskan. Apalagi > > kalau si anak tidak tahu risiko melakukan hubungan seksual > pranikah," kata Boyke. > > > > Menurut Paat, pendidikan seks pasif, karena tanpa komunikasi dua > arah > > semacam itu, sudah bisa mempengaruhi sikap serta perilaku > > seseorang. "Dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat > dan > > mendengar sekali-dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap > dan > > berkelanjutan," katanya. Sebab itu, pendidikan seks hendaknya > menjadi > > bagian penting dalam pendidikan di sekolah. Orang tua dan pendidik > > > wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan > > risiko perilaku seks yang salah. > > > > Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap > pendidikan > > seks di rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi > selama > > ini, kendati pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat > > > tadi, masih belum optimal. > > > > Pacaran jangan dilarang > > > > Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan > > > dimulai dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih > anak-anak > > misalnya, berikan pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari > > > kamar mandi sambil telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika > sedang > > mandi, mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu. > > > > Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti > sudah > > dipersiapkan menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14 > tahun, > > remaja putri maupun putra rata-rata mulai ingin tahu segala > sesuatu > > tentang lawan jenisnya. "Ini merupakan proses pendewasaan diri, > dan > > tak bisa dicegah," tegas Boyke. Di sinilah ortu mesti mulai lebih > > > sering mengadakan pendekatan dan memasukkan nilai-nilai moral > kepada anak. > > > > Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata > > Boyke, tak perlu dilarang-larang. Berpacaran merupakan latihan > > pendewasaan dan pematangan emosi. Dengan berpacaran mereka bisa > > merasakan rasa rindu atau rasa memiliki, dan berlatih bagaimana > harus > > ber-sharing dengan pasangan. Pada masa ini orang tua remaja putri > > > hendaknya berperan menjadi teman berdiskusi sambil meneliti siapa > > > pacarnya itu. > > > > Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara > ortu-anak. > > Melalui komunikasi, yang acap kali banyak diabaikan peranannya, > ortu > > dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. > > Misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya > kalau > > batas itu dilanggar. Kepercayaan dari ortu akan membuat mereka > lebih bertanggung jawab. > > > > Berpacaran secara sembunyi-sembunyi akibat tidak diberi > kepercayaan > > justru tidak menguntungkan. "Ingat, kasus-kasus kehamilan pranikah > > > umumnya dilakukan oleh mereka yang back street," kata Boyke. > "Mungkin > > juga akibat hubungan dengan orang tua kurang akrab atau orang tua > terlalu kaku." > > > > Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko > > melakukan hubungan seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya, > > kehamilan, kemungkinan terinfeksi HIV atau tertular penyakit > kelamin > > kalau bergonta-ganti pasangan. Bila terjadi kehamilan dan > kandungan > > terpaksa digugurkan, mereka menghadapi kemungkinan perdarahan, > > infeksi, kemandulan, bahkan kematian. Belum lagi stres atau rasa > > berdosa yang bakal dihadapi si anak. Juga diingatkan, dengan anak > > > yang mereka lahirkan di luar nikah, mereka juga yang mesti > > bertanggungjawab sebagai ayah dan ibunya. Jangan lupa pula, > "Jagalah > > agar jiwa mereka tidak banyak terganggu, apalagi selama mereka > masih > > belum dewasa, masih harus sekolah, dan lain-lain," tambah Yulia. > > > > Kapan saja, di mana saja > > > > Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan > > hubungan seksual pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya > > terbukti ketika dr. Boyke membagikan kuesioner kepada peserta > seminar > > remaja. Jawaban mereka sebelum dan sesudah mendengarkan ceramah > > bertolak belakang. Sebelum seminar, mereka rata-rata menyetujui > > hubungan seksual sebelum nikah. Tapi sesudahnya, 90% peserta > > menyatakan tidak setuju. Juga terungkap, mereka setuju adanya > > pendidikan seks, hanya tidak tahu harus ke mana memperolehnya. > > > > Penyampaian materi pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan > kedua > > orang tua. "Sebelum usia 10 tahun pendidikan bisa diberikan secara > > > bergantian, tapi umumnya ibu yang lebih berperan," kata Paat. > > Menjelang akil balik, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis > > > kelamin dan mulai muncul rasa malu (pada wanita mengalami haid, > > pertumbuhan payudara, dan pada laki-laki mengalami mimpi basah dan > > > perubahan suara), sebaiknya ibu memberi penjelasan kepada anak > > perempuan dan ayah kepada anak laki-laki. "Sekali waktu boleh > > diadakan komunikasi silang. Misalnya, kepada anak perempuannya > > seorang ayah dapat berdiskusi bagaimana perasaan-perasaan pria > bila > > jatuh cinta, atau sebaliknya kepada anak laki-lakinya, ibu bisa > > mengungkapkan bagaimana perasaan seorang wanita bila didekati > pria." > > > > Menjelaskan tentang seks juga tidak perlu secara eksklusif. Itu > bisa > > dilakukan kapan saja dan di mana saja. Saat sedang sibuk memasak, > > > misalnya, tiba-tiba si anak bertanya tentang kehamilan. Sang ibu > > tidak perlu menangguhkan jawaban atau menjanjikan jawaban akan > > diberikan panjang lebar di kamar, tapi bisa langsung saat itu > juga. > > Tindakan eksklusif, menurut Paat, malah membuat si anak bisa > > berkesimpulan, seks merupakan sesuatu yang luar biasa dan harus > > dirahasiakan. Padahal pertanyaan seperti itu lumrah dan merupakan > > > bagian dari kehidupannya. > > > > "Kalau anak kita sama sekali tidak pernah bertanya soal seks, > jangan > > dikira pasti beres. Coba pancinglah dengan buku," jelas > > Paat. "Keterangan dalam buku yang kurang jelas bisa didiskusikan > > dengan orang tua," tambah Boyke. > > > > Di RT pun bisa > > > > Pendidikan seks di sekolah, demikian Yulia dan Paat, hendaknya > tidak > > terpisah dari pendidikan pada umumnya, dan bersifat terpadu. Ia > bisa > > dimasukkan ke dalam pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan > > etika secara bertahap dan terus menerus. Mereka juga mensyaratkan > > > penekanan pada pendidikan moral, meski tidak perlu sedetail > > pendidikan agama, agar pendidikan seks diterima murid sebagai > suatu > > ilmu yang tidak untuk dipraktekkan sebelum waktunya. > > > > Sekali waktu penyuluhan seks juga perlu diadakan. Misalnya, soal > > menghadapi masa haid dan mimpi basah bisa diberikan kepada anak > kelas > > VI SD, proses terjadinya bayi (spermatozoa bertemu dengan sel > telur) > > mulai diberikan kepada murid SLTP. Selanjutnya masalah kebebasan > > seks, alat kontrasepsi sampai hubungan seks (bukan tekniknya) > > diberikan kepada anak SLTA. > > > > Menurut Yulia, penjelasan tentang program pendidikan seks yang > hendak > > disampaikan kepada murid perlu juga diketahui orang tua murid. > > Maksudnya, agar mereka bisa memberi jawaban dan tidak terkejut > bila > > tiba-tiba si anak atau remaja bertanya soal seks kepada > > mereka. "Karena, kadang-kadang ada anak yang dengan begitu bangga > > > bercerita tentang pengetahuan seks yang baru diberikan di > sekolah," tutur Yulia. > > > > Dr. Paat dan dr. Boyke saling berbeda pendapat dalam soal > penyampaian > > informasi tentang alat kontrasepsi. "Alat kontrasepsi macam kondom > > > bukan rahasia lagi, karena dapat dibeli di mana-mana. Yang > penting, > > mereka diberi penjelasan bahwa pemakaian sebelum menikah merupakan > > > pelanggaran nilai-nilai moral dan agama," kata Paat. Sedangkan > Boyke > > kurang setuju memperkenalkan pemakaiannya kepada remaja, karena > > khawatir disalahgunakan. > > > > Lebih tepat, kata Paat, kalau tema penyuluhan didasarkan pada > > pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yakni > > penyuluhan disertai kesempatan berkonsultasi dengan guru, > konsultan > > psikologi di sekolah, atau guru agama. Pasalnya, masalah yang > > dihadapi setiap murid berbeda-beda. > > > > Dalam hal ini Dra. Yulia menganggap penting peran guru bimbingan > dan > > penyuluhan (BP). Guru-guru ini tak cuma sebagai guru BP, tapi juga > > > mesti tahu soal pendidikan seks. "Kadang-kadang murid segan > bertanya > > kepada orang tua. Atau, pernah bertanya malah dimarahi bapak atau > > > ibunya," jelas Yulia. Dengan adanya kesempatan berkonsultasi, si > anak > > bisa mengutarakan masalah pribadinya. > > > > Selain di sekolah, "Di tingkat RT pun sebetulnya bisa sekali waktu > > > diselenggarakan ceramah tentang seks bagi para orang tua atau > remaja > > dengan bantuan dokter Puskesmas untuk mengisi kekosongan itu," > kata Boyke. > > > > Usul itu boleh juga. Bagaimanapun pendidikan seks bukan > semata-mata > > tanggung jawab orang tua dan pendidik, tetapi juga masyarakat. > > (Nanny Selamihardja/I Gede Agung Yudana) > > > > > > ================================================================= > "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. > It has silent message saying that I remember you when I wake up. > Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna > > Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM > Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB > SMS di 0818-333582 > ================================================================= > > > > > SPONSORED LINKS Radio station advertising Satellite radio stations Cb > radio base station > Weather radio station Radio station promotion Christian radio > station > > > ------------------------------------------------------------------------------ > YAHOO! GROUPS LINKS > > a.. Visit your group "idakrisnashow" on the web. > > b.. To unsubscribe from this group, send an email to: > [EMAIL PROTECTED] > > c.. Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of > Service. > > > ------------------------------------------------------------------------------ > > > -- Wassalam Bilal Ueey...... ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Music that listens to you. LAUNCHcast. What's in your mix? http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ================================================================= "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582 ================================================================= Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/