Semoga nggak meletus beneran... nggak kebayang soalnya...

 

Bertahan dari Letusan Mahadahsyat
Senin, 16 Juli 2007 

TEMPO Interaktif, London:
......Letusan Gunung Api Toba yang wujudnya hanya bisa direka-reka dari
kawasan Danau Toba kini, adalah letusan maha dahsyat dan tiada bandingnya.
Sejarah mencatat, itulah letusan terbesar di dunia selama dua juta tahun
terakhir. 
Gunung itu melontarkan sekitar 3.000 kilometer kubik material perut bumi,
termasuk gas vulkanis dan asam sulfur ke langit. Gas dan asam sulfur
menyelubungi lapisan stratosfer di atmosfer bumi selama 6 tahunan. 
Adapun material gunung terlempar sampai ke kawasan Greenland di utara bumi. 
Selubung material dan gas dari gunung itu membuat temperatur muka bumi
menurun antara 3 sampai 5 derajat celsius. Dunia pun mengalami musim dingin
vulkanik yang sama seperti zaman es. "Itu adalah masa-masa yang sangat berat
dan menantang," kata Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah
Alam Amerika di New York. 
Di tengah masa sulit itulah manusia India pada saat yang sama, menurut
Petraglia, bisa bertahan hidup. Padahal, teori yang didasarkan penelitian
DNA dan genetik, menyatakan bahwa populasi manusia di bumi nyaris tersapu
bersih akibat letusan tersebut. 
Sebuah teori dari Stanley H. Ambrose dari Universitas Illinois di
Urbana-Champaign Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi manusia yang
hidup saat ini berasal dari antara 1.000 sampai 10.000 jiwa manusia yang
bertahan hidup dari letusan gunung Toba itu. 

Gunung Api Toba Meletus Tiga Kali
Senin, 16 Juli 2007 

TEMPO Interaktif, London:
Gunung Api Toba yang terbentuk ratusan juta tahun silam ternyata meletus tak
hanya sekali. Beberapa peneliti menemukan bahwa gunung itu telah meletus
sebanyak tiga kali dan berubah menjadi danau raksasa, panjangnya 100
kilometer dan lebarnya 30 kilometer, membentang di jantung Pulau Sumatera. 

Letusan pertama terjadi 840 juta tahun lalu yang menghasilkan kaldera di
selatan Danau Toba, meliputi daerah Parapat dan Porsea. Letusan kedua yang
memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu dan membentuk
kaldera di utara danau, di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. 

Letusan ketiga merupakan yang terdahsyat. Letusan yang terjadi antara 71.000
sampai 74.000 tahun lalu itu menyempurnakan bentuk kaldera menjadi wujud
Danau Toba dan Pulau Samosir sekarang.

Letusan terakhir ini pulalah yang dampaknya paling dirasakan manusia. Jumlah
material letusan yang dikeluarkan Gunung Toba mencapai 3.000 kilometer
kubik. Jumlah ini adalah 3.000 kali letusan Gunung St Helena pada 1980.

Akankah gunung yang sudah berubah menjadi danau itu meletus kembali dengan
kekuatan yang setara seperti prediksi Profesor Ray Cas dari School of
Geoscience, Universitas Monash, Australia, beberapa waktu lalu? 

Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan, kaldera Danau Toba
tidak termasuk gunung aktif lagi, meski sejumlah aktivitas seismik sempat
terpantau di sana. 

Gunung Pusuk Buhit yang berada dekat danau itu memang mengeluarkan asap
solfatara di puncaknya. Menurut Surono, gunung itu diklasifikasikan sebagai
Gunung Api Tipe C dan tidak ada hubunagnnya dengan Gunung Api Toba. "Saya
lebih percaya (Pusuk Bukit) terjadi karena aktifitas sesar saja, tidak ada
hubungannya dengan magmatik Danau Toba," katanya kepada Tempo pada akhir
pekan lalu.

 

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke