Qurban for Survivors, Tak Sekadar Tebar Daging Qurban (Sebuah Konsep Pemberdayaan Masyarakat) 2006-12-04 13:25:50 Salah satu keunggulan program recovery yang dilakukan ACT di setiap lokasi bencana, adalah pemberdayaan para korban bencana. Di beberapa wilayah bencana seperti Aceh, Banjarnegara, dan Jogjakarta misalnya. Program-program recovery di Aceh mencerminkan konsep pemberdayaan tersebut. Salah satu contoh adalah WAKALA (Wanita Kepala keluarga), sebuah program untuk para wanita janda korban tsunami agar bisa mandiri meski tak lagi ada kepala keluarga. Target dari program ini, merekalah yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga. Program berupa bimbingan dan pendampingan dengan mengajari mereka berbagai keterampilan seperti konveksi dan anyaman tikar. Para wanita janda yang mengikuti program WAKALA pun semakin bersemangat dengan berdirinya Balai Wakala, tempat mereka melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Alhasil, hasil kerajinan mereka yang terbuat dari pandan antara lain berupa anyaman tikar, sudah diekspor ke beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia. Tak hanya di Aceh, di Banjarnegara, Jawa Tengah, yang terlanda tanah longsor pada Februari 2006 silam, ACT melakukan program beasiswa untuk anak-anak yatim korban tanah longsor yang dikemas dalam program Asuransi Sosial Pelajar (ASP). Program berupa bantuan pendidikan yang dananya diperoleh dari para donatur ACT. Program serupa juga sudah dilakukan jauh sebelumnya untuk anak-anak korban tsunami Aceh dalam Children Care Program (CCP). Anak-anak adalah asset bangsa, tidak terkecuali di lokasi bencana. Program-program tersebut sebagai bagian dari kepedulian ACT bersama para donatur terhadap masa depan asset bangsa tersebut. Begitu pula program-program recovery di Jogja dan Jawa Tengah pasca gempa. Recovery fisik, recovery ekonomi dan recovery sosial yang digarap di 41 dusun di Jogja dan Jawa Tengah bersemangatkan pemberdayaan. Pembangunan rumah tahan gempa misalnya, harga yang dibutuhkan untuk membangun setiap rumah jauh lebih murah dari harga hitungan awal. Tidak kurang 50% biaya pembangunan bisa dikurangi, lantaran prosesnya tidak perlu membayar tenaga bangunan. Karena ternyata, sebagian besar profesi warga Bantul –wilayah yang paling parah terkena bencana- adalah tukang bangunan. Sebagai contoh, untuk membangun rumah type 36 dibutuhkan biaya sekitar 40 juta rupiah. Namun karena proses pembangunan tidak memerlukan biaya tenaga bangunan, ditambah masih bisa dimanfaatkannya bahan-bahan sisa rumah sebelumnya seperti batu bata dan kusen, maka hanya dibutuhkan tidak lebih dari 20 juta rupiah untuk type 36. Recovery ekonomi pun demikian. Sebagian masyarakat korban gempa di Bantul terbantu dengan didirikannya tobong-tobong batu bata, mengingat salah satu pekerjaan mereka sebelum gempa adalah pembuat batu bata. Ratusan masyarakat di Dusun Kedaton Kidul, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, bisa menjadi contoh cerita sukses masyarakat korban gempa. Bahwa, saat ini mereka bisa bangkit dengan cara memberdayakan tenaga, potensi dan keterampilan utama masyarakat. Qurban for Survivors Semangat pemberdayaan masyarakat ini pula yang mendasari program qurban ACT yang diusung melalui QURBAN FOR SURVIVORS, berbagi nikmat qurban kepada para korban bencana. Tak sekadar menebar daging qurban, tentu ini yang menjadi konsep besar program Qurban for Survivors. Bagaimana pun juga, para korban bencana adalah masyarakat yang masih banyak membutuhkan bantuan. Seperti halnya berbagai program recovery yang biasa dilakukan ACT dengan konsep pemberdayaannya, maka program Qurban for Survivors pun diiringi semangat pemberdayaan. Program qurban ini akan menjangkau beberapa wilayah bencana seperti Aceh, Banjarnegara, Jember, Jogjakarta, Klaten, Sidoarjo, dan wilayah pasca bencana konflik seperti Maluku. Harapan terbesar dari program qurban ini, tentu bukan sekadar membagi-bagikan daging qurban kepada para korban bencana. Ada konsep pemberdayaan dibalik pemotongan hewan qurban. Harga hewan qurban yang dibayarkan para pequrban, tidak sekadar menghasilkan potongan-potongan daging kambing, sapi atau kerbau, karena beragam program pemberdayaan akan dilakukan dari sebagian harga qurban yang dibayarkan. Misalnya di Banjarnegara, dengan berqurban melalui ACT, anak-anak yatim korban tanah longsor akan terus mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan. Program pembinaan dan pendampingan para janda di Aceh dalam program WAKALA pun akan terus berjalan, agar para korban bencana itu semakin mandiri dan produktif. Tak terkecuali di berbagai lokasi bencana yang menjadi tujuan program qurban seperti Jogja, Klaten, Sidoarjo, Jember, Maluku dan lain-lain. Selain menjaga kesinambungan program recovery dan pemberdayaan para korban bencana, qurban melalui ACT menyimpan semangat kemandirian masyarakat. Lumbung Ternak Masyarakat (LTM) dan Pos Kemandirian Masyarakat (PKM), adalah program baru yang diusung ACT bersamaan dengan semangat berqurban. Adalah peran serta masyarakat donatur, juga para pequrban yang akan membantu berjalannya berbagai program pemberdayaan masyarakat korban bencana ini. (Gaw) -------------------- Qurban for Survivor, berbagi nikmat qurban Ketentuan harga hewan Qurban for Survivor: Kambing/Domba Rp. 725.000,-/ekor Sapi Rp. 5.525.000,-/ekor Rekening Qurban for Survivor : Bank Central Asia Acc. No. 676 030 3133 (Swift Code: Cenaidja) Bank Syariah Mandiri Acc. No. 004 011 9999 Bank Mandiri Acc. No. 128 000 4555 808 Bank Muamalat Indonesia Acc. No. 304 0022 915 Bank Negara Indonesia Syariah Acc. No. 009 611 0239 (setiap transfer beri keterangan : "Qurban") Info lebih lanjut: Bayu Gawtama (Communication) - 021-741 4482 ext 121 Email : [EMAIL PROTECTED] --------------------------------- Check out the all-new Yahoo! Mail beta - Fire up a more powerful email and get things done faster.
[Non-text portions of this message have been removed]