*Buletin Elektronik* *www.Prakarsa-Rakyat.org* *SADAR *
*Simpul Untuk Keadilan dan Demokrasi* * Edisi: 146 Tahun IV - 2008 Sumber: www.prakarsa-rakyat.org* ------------------------------------------------------------------------ *MENGAMEN, SEBUAH PILIHANKAH?* *Oleh Zai** Seorang pengamen telah menjadi idola Indonesia saat ini. Benarkah? Pandangan orang atau rakyat Indonesia terhadap pengamen adalah sekelompok pengangguran yang inginnya /enak /saja tanpa mau bekerja keras. Pengamen sering kali dilihat atau dipandang mayoritas masyarakat Indonesia sebelah mata tanpa adanya pandangan atau tinjauan dari sisi lain si pengamen. Saat ini, mengamen adalah sebuah pekerjaan yang sering dipandang hina atau tidak kreatif. Padahal mengamen membutuhkan modal tersendiri, terutama mental yang kuat dari cibiran dan pandangan buruk orang-orang di sekitarnya. Selain mental, kemampuan suara dan memainkan alat musik, penting untuk menunjang dalam melakukan pekerjaan, yang sebenarnya adalah lebih banyak terpaksa dari pada pilihan. Kita akan menemukan jawaban "lebih baik mengamen dari pada mencuri" dari banyak pengamen bila kita menanyakan mengapa mengamen? Masyarakat tidak melihat apa penyebab, atau kenapa sampai-sampai orang mengamen? Menurut pandangan saya pengamen bisa disebabkan oleh faktor utama karena sulitnya ekonomi. Kita bisa melihat fakta yang memaparkan, mengapa orang memilih menjadi pengamen:/ / Pertama, mengamen bukan suatu keinginan, karena faktor ekonomi negeri tercinta ini yang tak kunjung membaik akhirmya ada istilah di pengamen bahwa lebih baik mengamen dari pada mencuri. Bahwa di Indonesia jumlah kemiskinan mencapai 65% dari penduduk Indonesia menurut data yang dirillis Bank Dunia awal tahun 2008, dan menurut pemerintah Indonesia mencapai 45% dari penduduk Indonesia, ini menunjukan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia teramat banyak. Kedua, menurut survey yang dilakukan sebuah lembaga masyarakat menyebutkan bahwa di Indonesia setiap tahunya menghasilkan lulusan 12 juta orang sampai dengan 14 juta orang di setiap tahunnya, sedangkan lowongan pekerjaan hanya mampu menampung sekitar 5% dari jumlah lulusannya, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 41 juta orang di tahun 2008. Banyaknya pengangguran mendorong orang untuk mencari pekerjaan yang paling mungkin didapatkan, salah satunya pilihan yang bisa didapat adalah mengamen. Ketiga, mahalnya pendidikan. Bagi seorang kuli bangunan atau buruh pabrik yang upahnya rendah, jangankan untuk menyekolahkan anaknya, untuk makan sehari-hari saja masih kurang. Maka pilihannya yang dengan terpaksa melibatkan anak untuk ikut bekerja apapun yang penting menghasilkan uang dan bisa membiayai hidup. Pun kalau sekolah, pastilah tidak bisa tinggi karena biaya mahal. Keempat, pernah di suatu waktu saya membaca surat kabar bahwa pemerintah mengalokasikan dana untuk menanggulangi pengangguran dan pemberdayaan anak jalanan serta pengamen dan PKL dengan dibuatnya panti sosial dengan alokasi dana 10% dari APBD pos dinas pendidikan atau dinas tenaga kerja. Dengan program memberikan /skill/ atau keterampilan khusus, tapi karena berbagai hal yang tidak bisa diketahui oleh umum, selanjutnya dana tersebut menguap entah ke mana larinya. Alasan itulah yang membuat kita bisa manarik kesimpulan bahwa pengamen bukanlah pekerjaan yang mereka inginkan. Mengamen adalah sebuah solusi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari yang semakin hari semakin membengkak. Di kota-kota besar terutama di kota asal kelahiranku, Bandung diperkirakan jumlah pengamen saat ini mencapai kurang lebih 800 orang, yang terdiri dari pengamen bis kota, prapatan dan rumahan. Pengamen bis kota biasanya beroperasi di bis-bis, baik itu antar kota atau dalam kota, pengamen prapatan mengamen di prapatan menunggu lampu merah menyala dan pengamen rumahan mereka berkeliling ke rumah peduduk. Antara pengamen-pengamen yang disebutkan di atas masing-masing mempunyai wilayah-wilayah sendiri, artinya pengamen bis tidak bisa /ngamen /di prapatan dan sebaliknya. Kalaupun dia mau pindah /ngamen /harus ijin kepada orang yang dianggap paling disegani di wilayah mereka. Itulah etika yang tidak tertulis di antara pengamen. Mengamen bukan tidak ada tantangan atau hambatan, bahkan begitu banyak. Selain pandangan yang kurang bagus, cacian dan hinaan juga panas, debu dan yang akan berakibat pada kesehatan para pengamen. Namun ini sering tidak dihiraukan. Selain pada fisik, jalanan juga membentuk karakter atau watak kepribadian atau perilaku para pengamen. Mayoritas pengamen memiliki watak liar, bebas dan semaunya (sering disebut liberal), padahal tidak sedikit pula yang awalanya sangat pemalu, sopan dan tertutup. Keadaan jalanan yang keras dan penuh kompetisi telah merubah watak dan karakter mereka. Watak inilah, yang membedakan dengan kaum pekerja yang bisa disiplin dan tanggung jawab. Watak bebas, lebih disebabkan karena himpitan hidup yang berat sehingga harus dilupakan dengan cara apapun, karena kemampun menjawabnya lemah. Maka ada pula prengamen atau anak jalanan yang melarikan diri pada narkoba, seks bebas dan hal negatif lainnya. Disadari atau tidak orang luar hanya bisa menyalahkan padahal inilah hasil produk pembangunan bersistem kapitalistik. Namun banyak hal positif yang didapat dari tempaan jalanan ini, yakni solidaritas antar kawan dan mentalitas yang kuat terbangun. Banyak juga masyarakat yang mengatakan mengapa tidak ikutan lomba nyanyi, /idol /atau yang lainnya? Jawabnya sederhana, ruang kompetisi untuk membuat orang tenar karena seni tidaklah mengangkat dan menyelesaikan persoalan utama mengapa orang mengamen. Banyak pengamen memiliki kemampuan bagus, tetapi bila tidak memiliki relasi dan kesempatan maka tetap saja akan terpinggirkan. Kompetisi seni bagi sistem yang berjalan sekarang hanyalah alat promosi bagi produk-produk dan akan menjadi lahan produk baru bila melahirkan pemain seni baru. Untuk bisa berkompetisi pengamen harus menguasai teknik-teknik yang itu disediakan di sekolah-sekolah seni. Atau membutuhkan waktu khusus berlatih, sementara pengamen mengejar agar mendapatkan penghasilan yang cukup dari pada berlatih yang belum tentu menghasilkan uang. Walaupun ada contoh pengamen dapat jadi /idol/ atau masuk final pada kompetisi, itu tidak lebih hanya mempromosikan wajah manis kapitalisme yang juga memberi jalan bagi si miskin. Dan itu hanya satu-dua saja tidak lebih dan tidak member solusi sulitnya lapangan pekerjaan. Maka langkah kecil dengan membentuk komunitas seni jalanan adalah upaya yang sederhana memperbaiki watak serta kualitas berkesenian pengamen. Ini masih jauh dari upaya merubah bangsa ini, tetapi ini lebih baik daripada mengikuti arus yang dibangun kapitalisme di ranah seni. Apalagi seni budaya atau sastra adalah alat untuk mempengaruhi pikiran paling mudah. Maka komunitas seni juga memajukan kualitas dari pada isi seni yang mengangkat realisme sosial, bukan seni yang membangun mimpi-mimpi. * Penulis adalah anggota Kelompok Pengamen Jalanan dan Komunitas Sastra Pinggir. Sekaligus anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Bandung. ** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber (portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org). [EMAIL PROTECTED] <http://www.prakarsa-rakyat.org> * [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Bersatu Rebut Kekuasaan: Hancurkan Kapitalisme, Imperialisme, Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme! Situs Web: http://www.indomarxist.co.nr/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/