Tradisi PKI dalam mengambil keputusan penting adalah tradisi kolektif betapapun 
seorang ketua Partai itu berwibawa atau sangat dipatuhi  dan disegani. Syam 
Kamaruzzaman  adalah seorang kurir Partai biasa dan dia tidak mungkin mendapat 
kepercayaan besar dari seorang Ketua Partai yang selalu  berpedoman pada 
keputusan kolektif. Tapi memang peranan Syam telah sangat, sangat 
dibesar-besakan oleh pihak lawan PKI untuk menimbulkan kesan  bahwa Ketua PKI 
ada dibawah dikte Syam dan ini sungguh absurd, tidak mungkin dan tidak masuk 
akal. Tapi di kasus yang lain tiba pula saatnya dikatakan bahwa Ketua PKI 
memerintahkan Syam( juga menurut pengakuan palsu Syam sendiri) untuk 
melaksanakan perintah mutlak Ketua PKI. Dua situasi yang bertentangan ini 
sesungguhnya tidak ada. Ketua PKI adalah pemimpin PKI yang telah teruji dalam 
praktek perjuangan bersenjata revolusi Agustus 45 bersama Sukarno, punya banyak 
pengalaman Internasional, punya sahabat tokoh-tokoh dunia Internasional, dan 
konstan berkomunikasi dengan para pemimpin negara-negara sahabat. Apakah Ketua 
PKI bisa patuh dengan kehendak seorang kurir biasa seperti Syam?. Nivo 
kekaderan Syam sangat rendah, bahkan IQ Syam terkesan sangat rendah menilai 
kata-katanya dalam Mahmilub, dia sama sekali tidak terkesan cerdas dan 
intelektuil,tapi memang dia licik dan bahkan sangat licik sebagai agen ganda 
yang baru diketahui ketika itu.
Hal lain, dalam intern pimpinan atas PKI telah lama bersemayam sayap kaum 
Oportunis Kiri-Kanan PKI (KAUM OPORKAKI PKI) yang lahir sebagai akibat 
pemborjuisan besar-besaran dalam PKI dan juga imbas politik Nasakom PKI yang 
fatal. Sayap Oportunis ini dengan segala cara dan jalan memboikot ideologi 
Partai,ideologi Komunisme, anti Partai, anti Komunis dan selalu menunggu 
kesempatan untuk meng- coup pimpinan Partai untuk menjadikan PKI menjadi Partai 
borjuis revisionis gaya Soviet Uni ketika aitu. Dalam peristiwa G30S , sayap 
Oportunis inilah yang telah mensabot dan membikin macet,semua mekanisme 
organisaasi Partai hingga seluruh kebijakan,perintah  serta instruksi pimpinan 
Partai tidak berjalan, komunikasi antara pimpinan Partai dengan Politbiro 
diputus dan Ketua Partai “diculik”,untuk diserahkan pada suhartO. Ini masih 
sejarah gelap PKI, masih misterius tapi pasti akan terbuka pada suatu saat dan 
semua akan terang benderang. Persoalan terbesar yang dihadapi kaum Komunis 
Indonesia sekarangn ini adalah perjuangan melawan kaum Oportunis Kanan-Kiri PKI 
(OPORKAKI PKI) yang anti Komunis tapi tetap berselebung, tetap “mengkritik” 
Orba-suhartO dengan metode munafik untuk mengelabui mata rakyat Indonesia. 
Hanya bila kaum Oporkaki PKI ini telah dihancurkan, persoalan G30S bisa menjadi 
terang benderang dan gerakan Komunis di Indonesia beserta pembebasan rakyat 
Indonesia bisa berkembang pesat. Kaum Oporkaki PKI bekerja sama dan mendapat 
simpati dari kaum Sosial Demokrat Internasional, terutama melalui kaum elit 
mereka dari angkatan tua maupun yang muda yang selalu mereka cetak.
ASAHAN AIDIT.

From: Ahmad Syafii Maarif 
Sent: Wednesday, December 30, 2015 12:50 PM
To: group-indepen...@googlegroups.com 
Subject: Re: Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit

Saya fikir teori BS lbh msk akal, tdk putar-putar ngalor-ngidul. 

Sent from my iPhone

On Dec 28, 2015, at 17:05, Salim Said <bungsali...@gmail.com> wrote:


  Tidak baru, tapi tetap menarik untuk menyegarkan ingatan kita. 


  Dalam buku  terbaru saya saya, Getapu 65  saya jelaskan peranan Aidit dan 
Syam yang amat menentukan bagi terjadinya operasi Gestapu. PKI sebagai partai 
tidak seluruhnya dilibatkan oleh Aidit agar terhindar dari serangan tentara dan 
golongan anti Komunis lainnya.Dengan memusutkan perhatian dan kegiatan 
memanfaatkan tentara binaannya (ini hasil kerja biro khusus) Aidit 
berniat/berencana Gestapu lebih merupakan konflik internal Angkatan Darat. 
Rencana ini gagal karena ketidakbecusan Syam sebagai pelaksana operasi. Sambil 
lalu, hingga kini saya tetap  sulit mengerti Cornell Paper (Ben Anderson dan 
Ruth McVey) yang mendukung teori dan keinginan Aidit tersebut.


  Dengan menginisiasi Gestapu ( menggunan tentara binaannya) Aidit menunjukkan 
ketakutannya kalau-kalau Sukarno mendadak meninggalkan. Kalau itu yang terjadi, 
 PKI menjadi sasaran empuk kekuatan anti komunis di Indonesia, terutama TNI, 
musuh bebuyutan PKI sejak Pristiwa Madiun 1948.


  Selama masa Demokrasi Terpimpim, dengan menggunakan doktrin Nasakom, Sukarno 
dengan tegas membela dan melindungi PKI. Dalam kondisi demikian itulah PKI 
melakukan Offensive Revolusioner-nya. Tindakan PKI itu menimbulkan ketakutan 
dan kecemasan orang-orang anti Komunis dan tentara. Dengan latar belakang 
seperti itulah kita harus mencoba mengerti terjadinya Gestapu dan akibat 
tragisnya.


  BS.










  ---------- Forwarded message ----------
  From: Chan CT <sa...@netvigator.com>
  Date: 2015-12-28 15:52 GMT+07:00
  Subject: Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
  To: GELORA_In <gelor...@yahoogroups.com>



  Kesaksian Elite PKI tentang Sepak Terjang Aidit
  Hasan Kurniawan

  
http://daerah.sindonews.com/read/1053972/29/kesaksian-elite-pki-tentang-sepak-terjang-aidit-1445105212

  Minggu,  18 Oktober 2015  −  05:05 WIB

  <clip_image002[2].jpg> 
  Ketua CC PKI DN Aidit (foto:Istimewa/Hasan)



  PENGAKUAN mengejutkan para elite Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sidang 
Mahmilub tentang sepak terjang Ketua Comite Central (CC) PKI Dipo Nusantara 
Aidit dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965 membuka tabir baru. 

  Berbeda dengan versi resmi Pemerintah Orde Baru Soeharto yang menyebutkan 
seluruh anggota dan simpatisan PKI terlibat langsung dalam gerakan itu, dalam 
pengakuan para elitenya, PKI sama sekali tidak disebut-sebut terlibat di 
dalamnya. 

  Seperti diungkapkan Dewan Harian Politbiro PKI Sudisman, satu-satunya elite 
PKI yang berhasil selamat dari pembantaian massal yang dilakukan Angkatan Dasar 
(AD) terhadap jutaan anggota dan simpatisan PKI. 

  Dalam pembelaannya yang dinamakannya sebagai Uraian Tanggungdjawab, Sudisman 
menyebut PKI sebagai partai politik tidak pernah dilibatkan dalam gerakan 
intern Angkatan Darat (AD) yang dipimpin oleh Untung dan Supardjo itu.  

  "(Aidit) tidak pernah mengemukakan PKI mau mengadakan operasi militer, dan 
Kawan Aidit juga tidak pernah mengemukakan PKI mau mencetuskan revolusi saat 
itu," kata Sudisman.  

  Dikatakannya, pemrakarsa dan pengorganisasi utama gerakan itu adalah para 
perwira progresif revolusioner yang ingin menggagalkan rencana kudeta Dewan 
Jenderal yang di belakangnya terdapat perwira-perwira nonkomunis dan komunis. 

  Sedangkan Aidit dan dirinya, termasuk dari sedikit elite PKI yang mendukung 
gerakan itu karena menilai sayap kanan AD yang dinamakan Dewan Jenderal 
merupakan kekuatan terbesar yang menghalangi langkah-langkah politik PKI. 

  Dia melanjutkan, strategi elite PKI dalam mendukung gerakan itu, meski waktu 
itu dirasa tepat namun belakangan disesali karena dengan begitu PKI telah 
meninggalkan garis perjuangannya yang utama, yaitu memimpin massa rakyat. 

  Dalam sidang-sidang yang dilaksanakan Politbiro, Sudisman mengakui Aidit 
memegang peran kunci dalam keterlibatan para elite PKI dalam gerakan yang 
berhasil dipatahkan dalam beberapa hari saja itu.

  Namun sayang, sebelum mengungkapkan rahasia gerakan itu, Aidit langsung 
ditembak mati oleh tentara yang menangkapnya tanpa diberikan kesempatan 
sedikitpun untuk membela diri dalam sidang Mahmilub seperti Sudisman. 

  Padahal dengan diseretnya Aidit ke sidang Mahmilub, informasi yang lebih 
lengkap tentang peristiwa yang menjadi misteri selama setengah abad itu akan 
menemukan sedikit titik terang. 

  Sudisman juga mengungkapkan, Aidit merupakan elite PKI utama yang menjalin 
hubungan dengan militer dalam gerakan itu dan menetapkan tindakan apa yang akan 
dilakukan sejumlah anggota PKI dalam mendukung G30S. 

  "(Aidit) menugaskan pengiriman beberapa tenaga ke daerah pada hari-hari 
menjelang meletusnya G30S dengan perintah, dengarkan pengumuman Radio Republik 
Indonesia (RRI) pusat dan sokong Dewan Revolusi," terang Sudisman lagi. 

  Asistant Professor Departemen Sejarah University of British Columbia, 
Vancouver, Kanada, John Roosa menilai apa yang disampaikan Sudisman dalam 
sidang itu tidak menjawab sepak terjang Aidit dalam G30S. 

  Sebaliknya, dia melihat sepak terjang Aidit dalam gerakan itu justru terlihat 
dalam pengakuan Sjam Kamaruzzaman dalam Mahmilub yang menurut sejumlah ilmuan 
disebut-sebut sebagai otak dari G30S. 

  Sebelum beranjak lebih jauh tentang keterangan Sjam, sedikit diuraikan 
pengakuan dr Subandrio dalam bukunya yang berjudul Yang Saya Alami Peristiwa 
G30S. Keterangan Subandrio penting disimak, terutama menyangkut sakitnya 
Presiden Soekarno.



  Menurut Subandrio, peristiwa sakitnya Soekarno pada awal Agustus 1965 
merupakan peristiwa penting. Sebab sakitnya Soekarno, menurutnya karena 
aktivitas Soekarno pada malam-malam sebelumnya melakukan kunjungan ke 
pasar-pasar di Jakarta. 

  Akibat terlalu sering keluar malam itu, Soekarno yang keletihan jatuh sakit. 
Informasi yang beredar, Soekarno sakit keras. Padahal, saat itu dia hanya 
kelelahan dan masuk angin. 

  Saat Soekarno sakit, DN Aidit sedang berada di luar negeri melakukan 
kunjungan kenegaraan di China. Khawatir terjadi sesuatu dengan Soekarno dan 
pimpinan pemerintahan, dia lalu kembali ke Indonesia bersama dokter dari China. 

  Hasil pemeriksaan dokter yang dibawa Aidit juga sama dengan hasil diagnosa 
yang dilakukannya bersama Wakil Presiden II dr Leimena yang menyatakan Soekarno 
masuk angin. Menurut Subandrio, Aidit juga tahu Soekarno masuk angin. 

  Namun, seperti diungkapkan Soekarno dalam pidato pelengkap Nawaksara, G30S 
terjadi akibat pemimpin PKI yang keblinger. Dalam pidato itu, jelas yang 
dimaksud oleh Soekarno adalah Aidit. 

  Subandrio merupakan salah satu menteri yang diseret ke sidang Mahmilub dan 
dijatuhi hukuman mati, dan akhirnya dibebaskan. Masih menurut Subandrio, 
peristiwa sakitnya Soekarno ditanggapi berlebihan oleh Sjam dan PKI. 

  Sebagai Kepala Badan Pusat Intelijen, Subandrio mengetahui sepak terjang 
Sjam. Menurutnya, Sjam adalah agen ganda yang berada di PKI sekaligus AD. 
Menurut bisikan Sjam, AD akan mengambil alih pimpinan jika Soekarno meninggal. 

  Rupanya, bisikan Sjam itu termakan oleh Aidit. Padahal, dia tahu Soekarno 
sehat bugar dan hanya menderita masuk angin. Tetapi jiwa petualang Aidit 
menyebabkannya bermain-main dengan revolusi. 

  Dalam sidang Biro Khusus PKI, Sjam mengatakan Aidit memberikan perintah 
kepadanya untuk menunggu dipukul atau memukul lebih dahulu. Perintah itu 
disambut dengan membuat gerakan bersama Untung, Pono, Latif, Sujono, Sigit, dan 
Wahjudi. 

  Lebih jauh, Sjam mengaku yang memilih para perwira progresif revolusioner itu 
untuk melakukan G30S. Dari keterangan Sjam ini dapat diketahui sepak terjang 
Aidit dalam gerakan itu cukup jauh. 

  Untuk mengetahui lebih jauh sepak terjang Aidit dalam gerakan itu, dapat 
diungkap kesaksian elite PKI yang duduk di Politbiro, yaitu Iskandar Subekti, 
panitera dan arsiparis Politbiro. 

  Dalam paparannya, Subekti menyatakan PKI sebagai partai memberikan dukungan 
politik kepada G30S, namun menolak saat memberikan dukungan fisik. Hal itu 
katanya telah diputuskan dalam sidang Politbiro. 

  Menurutnya, sikap politik mendukung gerakan perwira progresif revolusioner 
adalah sikap yang wajar sebagai sesama kekuatan revolusioner yang menolak 
gerakan kontrarevolusioner sayap kanan AD. 

  "Sikap itu adalah sikap politik yang wajar dan biasa, berhubung dengan 
perkembangan situasi dan garis politik PKI yang mendukung Pemerintah Soekarno 
pada waktu itu," terang Subekti dalam catatannya, Jalan Pembebasan Rakyat 
Indonesia.

  Kendati begitu, sama dengan Sudisman, Subekti menolak jika dikatakan G30S 
disebut sebagai ciptaan atau buatan PKI. Karena CC PKI tidak pernah membuat 
keputusan untuk melakukan operasi militer apalagi membuat revolusi. 

  "G30S bukan buatan atau ciptaan PKI maka seandainya ia merupakan gerakan dari 
PKI atau gerakan yang didalangi PKI, semestinya ia dibicarakan dan diputuskan 
oleh badan pimpinan partai yang tertinggi, yaitu Comite Central," sambungnya.



  Dia melanjutkan pada kenyataannya, hal itu tidak pernah dibicarakan dalam CC 
PKI yang anggotanya berjumlah 85 orang. Bahkan ada anggota Politbiro atau calon 
anggota Politbiro yang tidak mengetahui sama sekali G30S. 

  "Manakala ada anggota CC atau Politbiro yang tersangkut dalam gerakan ini 
maka mayoritas dari mereka hanya merupakan pelaksana saja, bukan pemikir yang 
ikut memutuskan, membicarakan atau merencanakan gerakan ini," tegasnya. 

  Subekti mengungkap sepak terjang Aidit dengan Sjam yang melakukan pertemuan 
pada Agustus 1965 untuk membahas aksi militer melawan Dewan Jenderal dan 
meminta dukungan Politbiro. 

  Namun, Politbiro hanya memberikan dukungan secara politis, tanpa dukungan 
fisik. Aidit lalu melangkah lebih jauh dengan membentuk tim khusus yang 
anggotanya terdiri atas beberapa anggota Politbiro. 

  Dalam diskusi dengan tim khusus, Subekti yang berada di dalamnya mencatat, 
Aidit telah mengonsepkan daftar orang-orang yang akan menjadi anggota Dewan 
Revolusi dan disetujui oleh forum diskusi. 

  "Sejak semula, selagi masih dalam tingkat-tingkat pertama dalam pembicaraan 
antara DN Aidit dan Kamaruzaman (Sjam), telah diputuskan bahwa gerakan itu 
harus merupakan gerakan militer, tidak boleh terlihat sebagai gerakan dari 
PKI," jelasnya. 

  Subekti juga mengungkapkan tujuan dari gerakan itu adalah untuk membersihkan 
jenderal-jenderal Angkatan Darat yang antikomunis agar suasana politik yang 
memungkinkan PKI berkembang luas tidak mendapatkan kendali berarti. 

  Dalam setiap diskusi anggota tim khusus, anggota Politbiro PKI lainnya yang 
tidak termasuk di dalamnya tidak pernah diikut sertakan. Begitupun dengan 
hasilnya, mereka tidak pernah diberitahu. 

  Dengan demikian, tim yang dibentuk Aidit sebagai badan yang menggodok gerakan 
berdiri terpisah dari PKI sebagai partai politik meski tujuan dari tim itu 
untuk kelangsungan hidup politik PKI. 

  Dari beberapa diskusi yang aktif diikuti Subekti, tidak pernah terucap 
gagasan untuk mendemisionerkan Kabinet Soekarno. Saat RRI mengumumkan gagasan 
tersebut, semua anggota tim langsung tertuju kepada Aidit. 

  Dewan Revolusi yang dirumuskan tim khusus dimaksudkan untuk menekan 
Pemerintah Soekarno agar bergeser ke kiri, tidak untuk mengganti 
menteri-menteri kabinet yang ada. Dengan demikian, Aidit menunjukkan 
pertualangannya. 

  Pada dini hari 1 Oktober 1965, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) 
Letnan Jenderal Ahmad Yani dan lima orang staf umumnya diculik dari rumah-rumah 
mereka oleh Gerakan 30 September. 

  Para penculik membunuh Yani dan dua jenderal lainnya saat proses penangkapan. 
Tiga jenderal lainnya dibunuh saat tiba di Lubang Buaya dan mayatnya dibuang ke 
dalam sumur tua. 

  Sementara Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama 
selamat dari upaya penculikan. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution 
dan ajudannya Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas terbunuh. 

  Demikian ulasan singkat Cerita Pagi ini diakhiri, semoga memberikan manfaat.  

  Sumber Tulisan

  ž   Pater Dale Scott, Amerika Serikat dan Penggulingan Soekarno 1965-1967, 
Vision 03, Cetakan Kedua September 2003. 

  ž   John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta 
Soeharto, Hasta Mitra, Jakarta 2008. 

  ž   Dr H Subandrio, Yang Saya Alami Peristiwa G30S, PT Bumi Intitama 
Sejahtera, Cetakan Pertama, Mei 2006. 

  ž   H Maulwi SAelan, Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa dari Revolusi 45 
sampai Kudeta 66, VisiMedia, Cetakan Ketiga 2008.

  ž   Murad Aidit, Aidit Sang Legenda, PantaRei, Cetakan Pertama, September 
2005. 

  (san)

  -- 
  Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "diskusi kita" di Google 
Grup.
  Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke diskusi-kita+unsubscr...@googlegroups.com.
  Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.


  -- 
  You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Grup Independen" group.
  To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an 
email to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
  To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
  To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/CAJKLYGb5aBvHtKUb7qGeNzfsjp0o45KV%3DL-h5bqk-%2BuiDwPnLg%40mail.gmail.com.
  For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

-- 
You received this message because you are subscribed to the Google Groups "Grup 
Independen" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to group-independen+unsubscr...@googlegroups.com.
To post to this group, send email to group-indepen...@googlegroups.com.
To view this discussion on the web visit 
https://groups.google.com/d/msgid/group-independen/28161DD8-8548-45D5-90F2-899A9590A3C8%40gmail.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke