JENDERAL, BAGAIMANA NYAWA HILANG MASA LALU
 
  ( Oleh :  Z. Afif  )


 (akal-akalan Wiranto cs)


katamu "jangan terjebak masa lalu"
sedangkan kamu terus menjebak hingga kini.

elok tuturmu: 'jangan terjebak masa lalu"
nyawa-nyawa yang hilang
dalam rekayasa karyamu
ke mana tanggung jawabmu?

legi nian petuahmu: "jangan terjebak masa lalu"
"selesaikan secara tuntas dan ikhlas"
lalu ke mana kau campakkan hukum,
ke mana kau benamkan rasa kemanusiaan dan rasa keadilan
jutaan tak berdosa dilalimi rezim orde barumu
ribuan rumah penduduk hangus disulut pasukanmu
tak terkira lainnya diduduki paksa perwira-perwiramu
miliunan  nilai harta penduduk dijarah gerakan operasimu
ribuan perempuan dicabik-cabik zakar liar serdadumu
jutaan kau rampas hak sah kewarganegaraannya
itukah yang kau maksud: "cara yang lebih arif dan lebih bijak?"

ada yang bilang "kuburkan dendam masa lalu"
pada waktu yang sama peluru-peluru berhamburan
sikap dan laku aniaya tak berkeputusan
di sepenjuru nusantara terhadap "anak bangsa"
dendam itu mereka juga semai dan sebarkan
sedangkan hukum dibius lelap di atas dacin berkarat

apakah kau lagi ngelindur, Wiranto
dibayangi roh-roh para korban kekerasanmu
maka ngoceh: "untuk sama-sama prihatin
atas peristiwa enam tahun yang lalu"
di hadapan manusia maha prihatin
bahkan sarafnya terganggu
juga menanggung aib
korban keikhlasan, kebijakan dan kearifan
rekayasa dan senjata canggih pasukanmu

kursi singgasana begitu menggodamu
kuasa adalah segalanya
sudah berlaku masa orba
dalam remang-remang demokrasi
yang masih taruhan
kaupun muncul berjubah alim berlogat saleh
layak rubah berbulu domba
tumpukan dosa kau sembunyikan
namun, tulah menanti di depan
adi kodrat gusti tak terelak
begitulah datang fana kiat wali
kan kau tanggung seperti sepuhmu di cendana.

Perkelanaan, 14 Mei 2004.



>----- Original Message -----
>From: HKSIS
>To:
"Undisclosed-Recipient:;"@relay5.volny.cz
>Sent: Thursday, May 13, 2004 3:41 AM
>Subject: Soal Kerusuhan Mei, Wiranto Minta Semua Pihak Jangan Terjebak Masa
>Lalu
>
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/13/Politikhukum/1023664.htm
>Kamis, 13 Mei 2004

>Soal Kerusuhan Mei, Wiranto Minta Semua Pihak Jangan Terjebak Masa Lalu
>Jakarta, Kompas - Calon presiden dari Partai Golkar, Jenderal (Purn)
>Wiranto, menyatakan prihatin dengan Peristiwa Mei 1998 yang merupakan awal
>dari proses reformasi dan transisi demokrasi. Namun, mantan Panglima ABRI
>saat kerusuhan Mei itu terjadi meminta semua pihak agar tidak terjebak masa
>lalu.
"Kalau kita selalu terjebak pada masa lalu tanpa bisa menyelesaikan secara
>tuntas dan keikhlasan kita, kita tak bisa menyelesaikan masalah itu semua
>dengan cara yang lebih arif dan lebih bijak, tanpa menimbulkan masalah
>baru," kata Wiranto kepada pers di sela-sela gala dinner dengan para tokoh
>politik dan pengusaha di Hotel Mulia, Rabu (12/5) malam.
>Hadir dalam acara tersebut para pimpinan tokoh Partai Golkar seperti Agung
>Laksono, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia MS Hidayat,
>Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Alwi Shihab, dan Wakil Ketua Umum
PKB Moh Mahfud MD.
>
Sebelum gala dinner tersebut, Ketua Pergerakan Reformasi Tionghoa Indonesia
>(Parti) Lieus Sungkharisma bersama korban kerusuhan Mei, yakni Iwan Firman,
>sejak pukul 17.00 telah menunggu Wiranto di lobi Hotel Mulia untuk
>menyampaikan undangan peringatan "Kerusuhan 13 Mei" di Jalan Hayam Wuruk.
>Namun, Wiranto baru tiba sekitar pukul 20.00 dan langsung mengikuti acara.
>Pekan lalu (5/5), Lieus juga mengundang Presiden Megawati Soekarnoputri
>untuk menghadiri acara tersebut dan meresmikan monumen Kerusuhan Mei itu.
>Tentang acara tersebut, Wiranto mengatakan, ia mengumpulkan teman-teman
>yang satu visi untuk membangun negeri ini. " Ini saya mengajak untuk sama-sama
>prihatin atas peristiwa enam tahun lalu yang merupakan awal dari proses
>reformasi di republik ini, awal dari transisi demokrasi,"katanya.
>Ditanya bagaimana menyelesaikan peristiwa kerusuhan Mei, Wiranto tak
>menjawabnya secara langsung. Ia mengatakan, kasus yang lama banyak sekali.
>Ia mengemukakan, dengan semangat reformasi, maka perlu diwujudkan semangat
>rekonsiliasi. Karena itu, ia justru mengajak mulai saat dan mencoba
>melakukan komunikasi yang lebih baik agar segera bisa terlepas dari
>belenggu   masalah masa lalu dan bisa bergerak maju.
>Dengan demikian, katanya, peluang ke depan sangat banyak. Untuk itu
>diperlukan pemikiran cerdas dari semua pihak untuk mencari peluang mana
>yang  bisa dieksploitasi untuk kepentingan bangsa Indonesia. "Malam hari ini kita
>lakukan langkah awal untuk bergerak maju. Banyak hal yang kita lakukan
>untuk  menyelesaikan masalah-masalah yang telah lalu, baik dalam tataran
>komunikasi, tataran kompromi, maupun tataran hukum. Saya kira sudah kita
>lakukan bersama. Yang penting adalah semangat kita bersatu untuk maju,"
>katanya.
>
Ditanya apakah akan minta restu ke mantan Presiden Soeharto, Wiranto
>mengatakan, "Saya akan minta restu kepada semuanya di republik ini. Siapa
>pun yang masih hidup, yang tadinya merupakan tokoh-tokoh yang patut kita
>hormati dan kita cari hal-hal positif," kata mantan ajudan penguasa Orde
>Baru selama empat tahun itu.
 
Berkenaan dengan pencalonannya sebagai presiden, Wiranto juga mengungkapkan
>bahwa ia mendapat banyak informasi bahwa beberapa partai politik memberikan
>dukungan dalam rangka aliansi taktis dan strategis yang hendak dibangun
>nantinya. (BUR)
>
>http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/13/utama/1023666.htm
>Kamis, 13 Mei 2004
>
>
Mahasiswa Peringati Tragedi Trisakti-Semanggi
Jakarta, Kompas - Ribuan mahasiswa hari Rabu (12/5) kemarin memperingati
>terjadinya peristiwa berdarah yang menewaskan empat mahasiswa pada 12 Juli
>1998, yang dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Selain di Jakarta, para
>mahasiswa yang juga berunjuk rasa di berbagai daerah itu mengingatkan
>bahaya kembalinya militerisme ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
>Mereka juga mendesak agar Presiden Megawati Soekarnoputri menyelesaikan
>kasus-kasus pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM).
Di Jakarta ribuan mahasiswa dari berbagai elemen berunjuk rasa di Gedung
>Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Bundaran Hotel
>Indonesia (HI), dan Mahkamah Agung (MA). Mereka menuntut Megawati
>memerintahkan Jaksa Agung MA Rachman menindaklanjuti temuan Komisi Nasional
>Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) soal Tragedi Trisakti, Semanggi I dan II
>(TSS), serta kerusuhan Mei 1998.
>"Kalau Rachman tidak mampu, ganti dengan individu yang memiliki keberanian
>dan integritas yang lebih baik," kata Presiden Mahasiswa Trisakti Andika
>Rizki.
Di depan Gedung DPR, mahasiswa menyebarkan selebaran dan stiker bertulisan
>"Wiranto Berdarah", di samping menempelkannya pada pintu gerbang Gedung
>DPR.
>Stiker berwarna merah itu berisi daftar berbagai tragedi yang mengakibatkan
>korban mahasiswa berjatuhan, seperti TSS.
>Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, unjuk rasa memperingati enam tahun
>tragedi berdarah itu berlangsung lebih sederhana, tertib, dan jauh dari
>suasana panas.
>
Sebelum bergerak menuju Gedung DPR dan Istana Merdeka, para pengunjuk rasa
>berorasi terlebih dahulu di depan Kampus A Universitas Trisakti. Di kampus
>tersebut tampak puluhan karangan bunga yang diletakkan di Monumen Reformasi
>dan di atas tapak tilas empat mahasiswa Trisakti, Heri Hartanto, Elang Mulya
>Lesmana, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan, yang tewas dalam tragedi
>berdarah itu.
Sebagian besar mahasiswa belia mengaku belum pernah berunjuk rasa, apalagi
>menjadi bagian dari rangkaian gelombang unjuk rasa yang terjadi tahun 1998.
>Meski demikian, mereka mengerti mengapa mereka harus ikut berunjuk rasa.
Hal tersebut berbeda dengan aksi serupa satu-dua tahun lalu, yang melulu
>dihadiri aktivis mahasiswa atau mereka yang menjadi bagian dari eksponen
>1998.
>
Tolak militerisme
>Selain menuntut kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah mengakibatkan
>tewasnya mahasiswa, para pengunjuk rasa juga menyatakan khawatir munculnya
>pemimpin sipil dari kalangan militer akan mengubur dalam-dalam harapan
>tentang upaya penegakan HAM di Tanah Air.
>Saat berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, mantan pemain sinetron dan
>model Wanda Hamidah didaulat berorasi. Seperti beberapa aktivis sebelumnya yang
>berorasi, Wanda kembali mengingatkan bahaya kebangkitan militerisme. Dia
>kemudian membuka gulungan poster bergambar delapan petinggi militer dan
>polisi. Di bagian bawah poster tertulis, "Mereka Bertanggung Jawab".
>Kedelapan petinggi militer tersebut adalah mantan Panglima TNI Jenderal
>(Purn) Wiranto, mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Polri)
>Jenderal (Pol/Purn) Roesmanhadi, mantan Kepala Polri Jenderal (Pol/Purn) Dibyo
>Widodo, dan mantan Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya Komisaris
>Jenderal (Purn) Nugroho Djajoesman, mantan Panglima Kodam Jaya Mayjen
>Sjafrie Sjamsoeddin, Letjen Djaja Suparman, mantan Kepala Polda Metro Jaya
>Mayjen (almarhum) Hamami Nata, dan Komandan Polisi Militer Kodam Jaya
>Kolonel (sekarang Brigjen) Hendardji.
Seusai Wanda berorasi, ratusan demonstran melempar bunga anggrek warna ungu
>ke arah Istana Merdeka. Hujan bunga itu menandai aksi damai dan penutupan
>unjuk rasa sepanjang hari kemarin.
>Dalam kaitan itu, Paguyuban Keluarga Korban Tragedi 13-15 Mei 1998 dalam
>pernyataan sikapnya menegaskan, kerusuhan Mei 1998 bukan kerusuhan rasial,
>melainkan kerusuhan terencana. Mereka mendesak pemerintah segera
>menuntaskan kasus kerusuhan ini dan sejumlah kasus pelanggaran HAM lainnya lewat
>pengungkapan kebenaran dan pengadilan. Mereka juga mendesak pemerintah
menon-aktifkan pejabat publik yang diduga terlibat berbagai pelanggaran HAM.
Menanggapi soal kerusuhan tersebut, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi
>Manusia Indonesia (PBHI) dalam siaran persnya menyatakan tidak percaya
>kepada pemerintahan Megawati yang mengaku reformis. "Persoalan yang masih
>menguasai alam pikiran mereka adalah bagaimana membagi kekuasaan secermat
>mungkin sehingga tidak menimbulkan kerugian," demikian menurut PBHI.
>Di Purwokerto, ratusan mahasiswa menggelar unjuk rasa serupa di dua tempat
>terpisah, yakni di Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) dan
>Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
>
Di Kampus STAIN, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam PMII Komisariat
>mengusung sejumlah poster dan spanduk yang berbunyi, antara lain, "Tolak
>Kembalinya Militerisme", "Adili Penjahat HAM", serta "Revolusi Tanpa
>Kekerasan".Peringatan serupa berlangsung di Kota Solo. Mahasiswa yang
tergabung dalam Forum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Surakarta melancarkan
unjuk rasa di perempatan Geladak, Kota Solo. Dalam kesempatan itu, Forum BEM
Surakarta mengecam militerisme yang masih saja memayungi kehidupan politik di
>Indonesia. Aksi ini bagian dari upaya mahasiswa mengingatkan masyarakat
bahwa kasus 12 Mei 1998 yang belum dituntaskan agar tidak terlupakan. Mereka
juga menilai, saat ini militerisme seolah subur dan masih dipelihara untuk melindungi
dan mengamankan kekuasaan Orde Baru. Dalam aksi itu juga ada yang membawa
foto besar para tokoh partai politik yang mencalonkan diri sebagai Presiden RI,
seperti Megawati Soekarnoputri, Jenderal (Purn) Wiranto, dan Jenderal
Purn) Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada orasinya, Forum BEM Surakarta menyatakan, tragedi penembakan mahasiswa
>pada 12 Mei 1998 berlalu begitu saja. Gembong penembakan itu belum
>tertangkap dan belum diadili. Padahal, sangat jelas keterlibatan militer
>saat itu. Karena itu, sepatutnya sudah ada petunjuk siapa yang bertanggung
>jawab di balik penembakan itu. Beberapa jenderal dari militer saat itu,
>demikian penekanan mereka, harusnya paling bertanggung jawab.
>Peringatan serupa juga berlangsung di Kota Cirebon, Jawa Barat. Para
>pengunjuk rasa memadati jalan-jalan protokol di kota itu sehingga sempat
>menyebabkan kemacetan di kota tersebut. Selain itu, ratusan demonstran dari
>berbagai elemen mahasiswa mendatangi Gedung DPRD Jawa Barat.
>(win/sie/dwa/ana/dhf)


Semua orang adalah seniman setiap tempat adalah panggung !
Belajar dan berkarya senilah bersama Rakyat miskin untuk membangun budaya pembebasan !
Silakan kawan kawan kirimkan karya seni berupa tulisan sastra  seperti puisi,cerpen, gambar gambar berupa lukisan, kartun ,komik ,atau undangan kegiatan kebudayaan yang membangun budaya pembebasan
******Bergabung dan ramaikan diskusi Reboan di jaker (di dunia nyata) atau diskusi di [EMAIL PROTECTED] (di dunia maya)! Untuk bergabung di diskusi maya silakan kawan kawan kirim email kosong ke :
[EMAIL PROTECTED] (langganan)

website  http://www.geocities.com/jaker_pusat
( underconstructions)



Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Kirim email ke