Subhanalloh ......

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Seri : Teladan

Mahmud Salamah, Hafidh Quran Terkecil di Gaza

Mahmud Ahmad Salamah bocah kelas lima SD memulai kehidupannya bersama Al-Quran 
sejak usia empat tahun. Ia membuka mushaf Al-Quran dengan tepat tanpa bantuan 
siapapun.

Salamah yang kinii 11 tahun mulai menghafal Al-Quran dengan dorongan orang 
tuanya. Hanya dua hari setelah ia mulai ikut resmii menghafal Al-Quran di 
masjid Ar-Rahmah di kampung Al-Amal barat Khan Yunis, Allah memanggil nyawa 
orang tuanya. Tinggallah si yatim kehilangan orang tuanya dan berhenti 
menghafal Al-Quran. Namun tak lama, semangat dan cita-citanya menghafal 
Al-Quran menggelora dengan dorongan salah satu kawannya di kelas tiga saat itu.

Ahad lalu (12/9) Mahmud Salamah adalah di antara para hufadh yang paling 
menonjol dalam menerima penghargaan dalam acara wisuda 24 ribu penghafal 
Al-Quran selama tahun ini.

Mahmud kemudian ikut dalam halaqah hifdhul quran di masjid Abu Dzar Al-Ghifari 
di barat Khan Yunis. Ia menyelesaikan Al-Quran secara penuh selama 9 bulan 
antara 1 Desember 2007 hingga 31 Agustus 2008 dan masuk dalam daftar 
ensiklopedi hufadh di Gaza sebagai penghafal terkecil. Ia mendapatkan 
pernghargaan dari Dinas Wakaf dan Urusan Agama dan PM Palestina Ismail Haniya.

Kedua orang tuanya adalah guru yang mendorongnya menghafal Al-Quran. “Kakek 
saya mendorong saya menghafal Al-Quran, demikian juga ayah dan ibu saya 
mendorong hal yang sama.” Tegasnya.

“saya mulai menghafal Al-Quran dengan bertahap. Saya mulai dari surat-surat 
pendek dan mudah. Saya menemukan beberapa kesulitan ketika surat panjang. Tapi 
kemudian terbiasa dan menjadi mudah.”

Dunia Lain

Mahmud menceritakan pengalamannya, “saat memegang mushaf saya merasa berada di 
dunia lain, dunia Islam, dunia agama, kehidupan hakiki. Saya nasihati generasi 
sekarang agar peduli dengan menghafal Al-Quran karena ia sumber kekuatan dan 
akan mendatangkan kemenangan pasti.”

Mahmud menjadi terkenal di masjid tempatnya shalat. Ia dipanggil “maulana” dan 
dicintai oleh semua orang. Mereka mencium keningnya. Meski demikian, Mahmud 
terlahir dengan jantung berlubang.

[muslimdaily.net/IFP]

sumber : http://www.muslimdaily.net

Kirim email ke