Bersiap Diri Hadapi Bulan Suci

4 Sep 07 04:46 WI

*Oleh Muhammad Rizqon*

*Allahumma baarik lanaa fii rajaba wa sya'bana wa ballighnaa ramadhaan Ya
Allah berkatilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban serta sampaikan kami ke
bulan Ramadhan..
*
Handphoneku menjerit tanda ada SMS masuk. Kubuka dan ternyata dari isteriku
yang berada jauh di seberang pulau. Jarak dua lokasi, yang ditempuh dengan
penerbangan 3 jam, hanya ditempuh beberapa detik saja oleh sebuah SMS tanpa
kepayahan. Luar biasa. Mahasuci Allah yang menciptakan gelombang
eletromagnetik dan atmoster bumi, sehingga SMS mampu menembus sudut-sudut
permukaan bumi, memberi kabar gembira atau duka kepada penerimanya dengan
tepat.

***
Membaca SMS tersebut, aku merasa diingatkan oleh dua hal. *Pertama, *Keagungan
bulan suci Ramadhan dan *Kedua, *sisa perjalanan waktu yang kumiliki menuju
Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.

Keagungan Ramadhan tergambar dalam berbagai sudut pandang. Ada yang
memandang Ramadhan adalah laksana tamu agung. Sang tamu agung itu dengan
murahnya akan memberikan pahala dan kebaikan yang berlipat-lipat bagi mereka
yang berpuasa, melakukan sholat, berinfaq, membaca qur'an dan melakukan
ibadah lainnya. Ada juga yang memandang Ramadhan adalah laksana mega proyek
pertaubatan di mana pada bulan itu kerja-kerja dioptimalkan, amaliah-amaliah
diintensifkan, segala sarana difungsikan demi mengharap ampunan dan
maghfirah Ilahi. Ramadhan juga ibarat jamuan makan.

Perhatikan doa Nabi tersebut mirip sekali dengan doa yang diajarkan Nabi
dalam menghadapi hidangan '*Allahumma baarik lanaa fii maa rozaqtanaa
waqinaa 'adzaaban naar'*. Jamuan yang disediakan Ramadhan adalah keberkahan,
pahala, dan ampunan bagi orang-orang beriman. Ada juga yang memandang
Ramadhan ibarat terminal besar ruhiyah, di mana jiwa-jiwa menemukan tempat
pemberhentiannya untuk dibersihkan, dirawat, diganti komponen yang rusak,
energinya yang aus dipulihkan, hingga benar-benar optimal untuk perjalanan
sebelas bulan ke depan hingga menemui Ramadhan kembali.

Segala keagungan tersebut tidak akan diperoleh kecuali orang beriman bisa
sampai ke sana, sampai ke tujuannya. Oleh karena itu Nabi mengajarkan doa
tersebut di atas. Doa tersebut memberi pelajaran bahwa umur manusia ada pada
genggaman Allah SWT. Meski jarak waktu menuju Ramadhan tinggal beberapa
pekan saja, tidak ada yang bisa menjamin bahwa seorang hamba akan
disampaikan ke sana. Alangkah bijaknya Sang Hamba, jika pada bulan Rajab dan
Sya'ban ini meneladani Rasul SAW dengan memperbanyak ibadah dan banyak
memanjatkan doa agar diberi kesempatan berjumpa dengan bulan terkasih.

Sepenggal perjalanan waktu menuju Ramadhan ke depan, cukup memberi hikmah
bahwa perjalanan yang sesungguhnya menuju kampung akhirat juga akan
demikian. Perjalanan apapun membutuhkan bekal dan ada beberapa tipe manusia
berkaitan persepsi hakikat perjalanan dan bekal yang harus dipersiapkan:

*Pertama, *orang yang lalai dalam mempersiapkan bekal perjalanan. Mereka
enggan mengumpulkan apa-apa yang bisa membuatnya sampai ke tujuan.
*Kedua, *orang yang mempersiapkan bekal secukupnya saja. Mereka tidak
memperhitungkan bekal jika ternyata harus menghadapi situasi tertentu, yang
menyulitkan perjalanan. Jika mereka sampai tujuan pun mereka sebenarnya
tetap merugi karena luput dari perniagaan yang bisa menguntungkan karena
barang dagangan mereka pas-pasan dan secukupnya saja.
*Ketiga, *yaitu orang yang obsesinya adalah meraih keuntungan
sebesar-besarnya. Dia membawa bekal dan barang dagangan lebih dari cukup
karena mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar baginya.

Kini aku berandai, seandainya kini dihadapanku ada momen bazar atau pameran
yang sudah masyhur pengunjungnya pasti membludak dan dagangan yang ada pasti
laku, maka aku yang sudah pesan dan tempat, pasti aku tidak ingin merugi dan
pasti ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya.

Jika aku mempersiapkan sekedarnya dan barang yang dibawa pun tidak banyak,
tentu aku akan rugi. Karena dari keuntungan barang yang sedikit itu, masih
harus dikurangi biaya sewa tempat, biaya karyawan penjaga stand, biaya
makan-minum, biaya transportasi, dan lain-lain. Bisa jadi akan rugi betul
jika ada pos-pos pengeluaran yang tidak diantisipasi semula.

Hidup adalah peniagaan. Hamba menjual harta dan jiwa, Allah membelinya
dengan syurga. Demikian pula dengan sepenggal kehidupan Ramadhan, Hamba
menjual ketaatan yang mengerahkan harta dan kesungguhan jiwa, dan Allah
membelinya dengan ampunan, syurga, dan pembebasan api neraka.

Rasa harap dan cemas berpadu pada diri seorang hamba beriman.
Keagungan Ramadhan yang sudah pasti gemerlap pahala dan kebaikannya,
menimbulkan rasa tak sabar untuk segera menjumpainya. Namun ketidakberdayaan
atas kendali usia, menimbulkan kecemasan, ketidakpastian, dan tangis yang
sedu-sedan.

Di sudut mihrab Hatipun menjerit lirih: Ya Allah, pertemukan kami dengan
bulan-Mu terkasih...pertemukan kami dengan Ramadhan...

*Waallahua'lam. *

Kirim email ke