Hadist palsu inilah yang  membuat orang yang berpuasa di indonesia jadi malas, 
dimana mereka lebih baik tidur disiang hari dari pada beribadah seperti baca 
alqur'an, dll, karena dengan gampangnya mereka mengatakan " kan tidurnya orang 
puasa ibadah???????????................"  Jikalau Hadist ini pun benar, harus 
kita berpikir terbalik, tidur aja ibadah, bagaiman  kalau kita baca alqur'an 
maka akan mendapatkan pahala yang sangat besar................maka jangan tidur 
melulu............hadist dhaif kok.
   
  wasalam
  al
  Hadits Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah  Kamis, 20 Sep 07 04:43 WIB
     
  Saya pernah mendengar orang berkata bahwa tidurnya orang berpuasa itu adalah 
ibadah. Tapi sampai saat ini saya tidak tahu, benarkah hal itu? Kalau memang 
benar, apakah itu merupakan hadits nabi atau bukan? Dan kalau memang hadits 
nabi, riwayatnya serta statusnya bagaimana?
  Terima kasih atas jawabannya ustadz
  Jhons
[EMAIL PROTECTED]
  Jawaban  Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
  Ungkapan seperti yang anda sampaikan, yaitu tidurnya orang berpuasa merupakan 
ibadah memang sudah seringkali kita dengar, baik di pengajian atau pun di 
berbagai kesempatan. Dan paling sering kita dengar di bulan Ramadhan.
  Di antara lafadznya yang paling populer adalah demikian:
  äæã ÇáÕÇÆã ÚÈÇÏÉ æÕãÊå ÊÓÈíÍ æÚãáå ãÖÇÚÝ æÏÚÇÄå ãÓÊÌÇÈ æÐäÈå ãÛÝæÑ
  Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya 
dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.
  Meski di dalam kandungan hadits ini ada beberapa hal yang sesuai dengan 
hadits-hadits yang shahih, seperti masalah dosa yang diampuni serta pahala yang 
dilipat-gandakan, namun khusus lafadz ini, para ulama sepakat mengatakan status 
kepalsuannya.
  Adalah Al-Imam Al-Baihaqi yang menuliskan lafadz itu di dalam kitabnya, 
Asy-Syu'ab Al-Iman. Lalu dinukil oleh As-Suyuti di dalam kitabnya, 
Al-Jamiush-Shaghir, seraya menyebutkan bahwa status hadits ini dhaif (lemah).
  Namun status dhaif yang diberikan oleh As-Suyuti justru dikritik oleh para 
muhaddits yang lain. Menurut kebanyakan mereka, status hadits ini bukan hanya 
dhaif teteapi sudah sampai derajat hadits maudhu' (palsu).
  Hadits Palsu
  Al-Imam Al-Baihaqi telah menyebutkan bahwa ungkapan ini bukan merupakan 
hadits nabawi.Karena di dalam jalur periwayatan hadits itu terdapat perawi yang 
bernama Sulaiman bin Amr An-Nakhahi, yang kedudukannya adalah pemalsu hadits.
  Hal senada disampaikan oleh Al-Iraqi, yaitu bahwa Sulaiman bin Amr ini 
termasuk ke dalam daftar para pendusta, di mana pekerjaannya adalah pemalsu 
hadits.
  Komentar Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga semakin menguatkan 
kepalsuan hadits ini. Beliau mengatakan bahwa si Sulaiman bin Amr ini memang 
benar-benar seorang pemalsu hadits.
  Bahkan lebih keras lagi adalah ungkapan Yahya bin Ma'in, beliau bukan hanya 
mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr ini pemasu hadits, tetapi beliau menambahkan 
bahwa Sulaiman ini adalah "manusia paling pendusta di muka bumi ini!"
  Selanjutnya, kita juga mendengar komentar Al-Imam Al-Bukhari tentang tokoh 
kita yang satu ini. Belaiu mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr adalah matruk, 
yaitu haditsnya semi palsu lantaran dia seorang pendusta.
  Saking tercelanya perawi hadits ini, sampai-sampai Yazid bin Harun mengatakan 
bahwa siapapun tidak halal meriwayatkan hadtis dari Sualiman bin Amr.
  Iman Ibnu Hibban juga ikut mengomentari, "Sulaiman bin AmrAn-Nakha'i adalah 
orang Baghdad yang secara lahiriyah merupakan orang shalih, sayangnya dia 
memalsu hadits. Keterangan ini bisa kita dapat di dalam kitab Al-Majruhin minal 
muhadditsin wadhdhu'afa wal-matrukin. Juga bisa kita dapati di dalam kitab 
Mizanul I'tidal.
  Rasanya keterangan tegas dari para ahli hadits senior tentang kepalsuan 
hadits ini sudah cukup lengkap, maka kita tidak perlu lagi ragu-ragu untuk 
segera membuang ungkapan ini dari dalil-dalil kita. Dan tidak benar bahwa 
tidurnya orang puasa itu merupakan ibadah.
  Oleh karena itu, tindakan sebagian saudara kita untuk banyak-banyak tidur di 
tengah hari bulan Ramadhan dengan alasan bahwa tidur itu ibadah, jelas-jelas 
tidak ada dasarnya. Apalagi mengingat Rasulullah SAW pun tidak pernah 
mencontohkan untuk menghabiskan waktu siang hari untuk tidur.
  Kalau pun ada istilah qailulah, maka prakteknya Rasulullah SAW hanya sejenak 
memejamkan mata. Dan yang namanya sejenak, paling-paling hanya sekitar 5 sampai 
10 menit saja. Tidak berjam-jam sampai meninggalkan tugas dan pekerjaan.
  Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
  Ahmad Sarwat, Lc


       
---------------------------------
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 

Kirim email ke