----- Original Message -----
From: Wildan Nugraha
Sent: Monday, January 19, 2009 1:05 AM
“Ode Buat Palestina” (Doa Sederhana Kawan-kawan FLP Bandung)
Langit mendung dan hujan yang turun sedari pagi itu, seolah pengantar bagi
“Ode Buat Palestina”. Kemarin, Selasa, 13 Januari 2009, kawan-kawan Bandung
menggelar aksi solidaritas dan penggalangan dana untuk Palestina, negeri
saudara-saudara yang terjajah.
Alhamdulillah, hujan reda selepas dzuhur. Dalam rencana, acara memang
dimulai usai shalat berjamaah di Salman ITB. Tepat pukul 13.00 WIB, kami
berkumpul di depan Taman Ganeca, muka gerbang utama kampus ITB. Orasi
pembuka dan beberapa puisi dibacakan Adew Habsta dan kawan-kawan Bandung
lainnya. Berbekal semangat kemanusiaan dan simpati untuk saudara-saudara di
Palestina, tidak ada yang istimewa sebenarnya; kami hanya membaca puisi,
berorasi, dan menyenandungkan doa-doa dari jauh buat mereka yang berjuang
dan berjihad: (Allahu Akbar! kami bunyikan puisi para penyair yang
menitikkan perih-pedih derita Palestina: Allahu Akbar, dan bebaskanlah
Palestina!)
Ya, dalam “Ode Buat Palestina”, sebenarnya kami hanya melangkah kaki pendek
saja, dari taman kota di Ganeca ke jalan-jalan arah Cikapayang, di bawah
langit sehabis mendung. Tentu tidak ada laras senapan dan tank-tank yang
mengancam seperti di Palestina, tidak ada peluru dan bom-bom dijatuhkan dari
pesawat-pesawat seperti di Gaza, tidak ada ancaman hendak merobek mengoyak
dada seperti tak terlupa di pengungsian Shabra dan Shatila. Kami memang
hanya bereaksi, berteriak, berpuisi, dan menyenandungkan doa di bawah langit
yang habis menangis: Allahu Akbar, dan bebaskanlah Palestina!
Ya, sembari berjalan dalam “Ode Buat Palestina”, Selasa, 13 Januari 2009,
itu, kami mengusung bendera dan mengucap yel-yel, menulisi kafan panjang
dengan amarah dan kadang makian. Sembari terus lewat berita kami mencoba
mengeja, membaca derita meski mungkin terbata, memamah dan mengingat-ingat
banyak keriuhan; Zionis terus membunuh dengan keji, bahkan di rumah-rumah
sipil dan kamp-kamp pengungsian. Sembilan ratus lebih sudah nyawa meregang.
Dan entah berapa kiranya yang luput dari catatan media akibat pertimbangan
mereka yang rasis dan bernafsu iblis. Allahu Akbar, dan Engkaulah sebenarnya
yang melempari tentara-tentara penjajah—lemparan-Mu-lah lemparan bocah-bocah
penghapal Quran pengepal cahaya dengan batu dan kerikil di tangan 500 meter
di depan tank-tank yang menyalak itu!
Allahu Akbar, ya, dan Engkaulah sebenarnya yang membunuh kaum
penjajah—kekuatan-Mu-lah kekuatan senjata-senjata sederhana pejuang Islam di
sana, di tempat masjid-masjid-Mu diluluhlantakkan, tempat di mana
rumahsakit-rumahsakit dihujani bom-bom kebengisan, kesombongan, kedurjanaan:
Allahu Akbar, dan bebaskanlah negeri para syuhada!
Ya, dalam “Ode Buat Palestina”, sungguh, sebenarnya kami hanya sampai
mengibarkan bendera dan mengusung doa dengan luka tak kentara; dengan barut
di hati kami baru sampai berteriak, mengutuk dari jauh dan menggalang dana
tak seberapa. Wahai para syuhada yang bersimbah wangi, wahai bocah-bocah
pemberani dan para pejuang yang mengepal terang keimanan. Kami menatap
langit di sini sehabis mendung, di jalan-jalan negeri Khatulistiwa ini, di
satu sisi, bersama kedukaan-kepahitan dan pula pelbagai bentuk kesemrawutan
kemanusiaan. Ya, mungkin terselip itu semua sebenarnya. Bahwa sebuah
kesatuan perasaan adalah benar adanya; namun bahwa menghayati kesenangan dan
kepedihan sesama saudara adalah sesuatu yang sesekali susah payah harus
dijemput dan dipertahankan. Mungkin kami ingin melipur perih senyum getir
mereka melepas syahidnya sanak saudara demi daulatnya kehormatan, al-Islam.
Mungkin kami ingin menyelami senyum syahdu para syuhada di garis-garis
depan, di terowongan-terowongan bawah tanah para pejuang Gaza, di
puing-puing reruntuhan kota mereka: sebab ke sanalah, ke arah pintu-pintu
Taman yang terbuka mereka melangkah.
Di Taman Cikapayang kami berupaya membuka mata. Mungkin bersama sepuluh,
seratus, seribu, sejuta, semiliar dan lebih pasang mata di tempat-tempat
lain. (Dan kami hendak lihat hati dunia yang terbuka lalu ajeg bersatu,
semoga, yang tuju menekan ulah pongah dan brutal kaum penjajah.) Ya, dalam
“Ode Buat Palestina”, sebenarnya kami hanya melangkah kaki pendek saja. Di
bawah langit sehabis hujan. Sebuah doa sederhana semoga sampai buat negeri
itu: Allahu Akbar, dan bebaskanlah Palestina.
Bandung, 14 Januari 2009
FLP Bandung
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)