----- Original Message -----
From: Bayu Gautama
Sent: Tuesday, January 20, 2009 10:19 AM
Nasi Sisa Orang, Sarapan Pak Sukri
Pak Sukri, 75 tahun, warga Kampung Cikabon RT. 02 RW. 04, Desa Cibunar,
Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, kerap terpaksa menyantap nasi
sisa yang dikaisnya dari pasar dan warung makan. Ia mengumpulkan nasi sisa
orang-orang yang tidak menghabiskan makanannya, dibawa ke rumah untuk dicuci
dan dimasak kembali oleh Jubaedah, sang isteri.
Jubaedah, isteri tercintanya, juga sering ke pasar untuk mencari sesuir
sayur-sayuran sisa yang sudah jatuh ke tanah atau sayuran afkir yang tak
laku dijual. Ia menyusuri pasar sambil memunguti sayuran sisa untuk dibawa
pulang dan dicuci bersih. Sayur racikan Jubaedah dari hasil pungutannya itu
menjadi teman nasi sisa hasil pencarian Pak Sukri. Itulah yang menjadi
sarapan mereka, juga untuk makan siang sampai malam.
Memang tidak setiap hari Pak Sukri dan Ibu Jubaedah melakukannya, terlebih
setelah penyakit rematik yang diderita lelaki renta mantan pejuang
kemerdekaan itu memaksanya sulit berjalan. Kadang Ibu Jubaedah berjalan
sendirian ke pasar untuk mencari makanan, atau menunggu belas kasihan
tetangganya.
Yang mengagumkan, di rumah yang hampir semuanya terbuat dari kayu dan bilik
itu, Pak Sukri dan Ibu Jubaedah selalu terlihat ceria dan tegar. Menurut
warga sekitar, keluarga ini dikenal sangat religius, rajin beribadah meski
pun kemiskinan tak pernah jauh dari kehidupannya selama puluhan tahun.
Semasa masih sehat, Pak Sukri aktif mengajar mengaji warga di sekitarnya.
“Mintalah kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan semua keinginan kita…”
petuah yang sempat keluar dari mulut Pak Sukri ketika kami, Relawan Pelangi
(RP), singgah di rumahnya.
Sebenarnya, pasangan lanjut usia ini tinggal bersama anak-anaknya. Empat
anak yang tersisa dari delapan yang pernah dimiliki hasil pernikahan mereka
itu hidup dalam keadaan yang sangat miskin sehingga tidak bisa membantu
banyak kehidupan orang tuanya. Bahkan dua dari empat anaknya kini menjadi
beban Pak Sukri. Seorang anak perempuannya yang tinggal bersebelahan,
suaminya berurusan dengan polisi setelah ditipu seseorang yang menitipkan
barang. Ternyata barang tersebut berupa narkoba dan sang suami pun diciduk
petugas. Seorang anak lainnya, menderita stress akut tak lama setelah
pernikahannya berantakan.
Jadilah, pasangan renta ini menanggung hidup dua anak beserta beberapa
cucunya. Padahal untuk hidupnya sendiri pun ia sudah kesulitan dan sering
terpaksa memunguti nasi sisa di pasar. Terus menerus berharap pengasihan
tetangga pun tidak mungkin, karena kehidupan para tetangga di sekitar
rumahnya pun tak jauh berbeda dengan keluarga itu.
Pak Sukri semasa sehat pernah bekerja sebagai petugas kebersihan honorer di
Pemda DKI Jakarta. Namun seiring usianya yang merambat senja, dan penyakit
rematik yang dideritanya membuatnya tak mampu lagi berbuat banyak.
Beruntung, Ibu Jubaedah masih terlihat sehat dan fit sehingga masih ada yang
menuntun dan membopong sang suami berjalan, termasuk melayani anak lelakinya
yang stress. Berapa lama perempuan tua bertubuh kecil itu mampu bertahan?
“Semoga Allah masih memberikan saya umur, kalau tidak ada saya, siapa yang
mengurusi Abah,” ujar Ibu Jubaedah sambil tersenyum. Saat itu, ia sedang
memasak nasi di dapurnya yang sangat sederhana. Sebuah tungku api menjadi
andalannya untuk memasak, itu pun lebih sering tak menyala.
Sebelum kami pulang, anak perempuannya yang suaminya masih di penjara
berujar, “Andai kami diberikan modal, saya siap dagang apa saja…” sebuah
ungkapan yang lebih senang kami dengar ketimbang ia terus meminta-minta atau
berharap belas kasihan orang lain. Senyumnya penuh harap, seolah menangkap
secercah cahaya yang menerangi jalannya. Insya Allah kami akan kembali.(gaw)
http://warnaislam.com
Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://bayugawtama.net
087 87 877 1961
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama,
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)