Golput Bukan Jawaban

Sukseskan Pemilu 2009

dakwatuna.com - Satu hal yang sangat berguna bagi kita adalah
pemahaman yang baik tentang undang-undang pemilu kita. Kalau kita baca
Pasal 200 dan seterusnya dalam undang-undang tersebut, maka sebenarnya
tidak ada ruang bagi Gol-Put untuk menyebut diri sebagai bentuk
perlawanan.

Dalam pasal-pasal tersebut diterangkan bahwa seberapa persen pun suara
yang masuk maka jumlah kursi di DPR akan tetap terisi penuh. Hal ini
dilakukan dengan cara membagi jumlah kursi yang tersisa pada
partai-partai yang lolos electoral threshold, menurut prosentase
perolehan suara mereka.

Dengan kata lain, walaupun hanya 10% dari pemilih potensial yang
memberikan suara dalam pemilu, kursi DPR tetap saja akan terisi penuh
dan tidak akan kosong. Kalau yang menang dari 10% tersebut adalah
orang-orang yang korup, maka merekalah yang bakal memegang tongkat
komando kebijakan negara ini. Kalau yang menang dari 10% tersebut
adalah orang-orang yang anti terhadap Islam, maka sudah tentu semua
kebijakan akan menjadi musibah bagi umat Islam negeri ini.

Begitu juga dalam pemilihan Presiden, yang berhak mencalonkan adalah
mereka yang memiliki 20% perolehan suara pemilu. Jadi yang dapat 20%
suara dari 10% orang yang ikut pemilu tetap berhak mengajukan
capresnya. Dan capres yang memenangkan 51% suara dari 10% orang yang
ikut pemilu tetap berhak menjadi Presiden RI walaupun 90% lainnya
Golput.

Inilah romantika demokrasi, preview nya adalah Mesir, Hosni Mubarak
memenangkan pemilu yang hanya diikuti tidak lebih dari 30% pemilih
potensial karena calon-calon legislatif dari oposisi seperti kelompok
Ikhwanul Muslimin habis ditangkapi dan dipenjarakan, selain itu para
pendukung kelompok ini juga dipersulit bahkan dilarang ikut mencoblos
di banyak TPS negeri itu. Al-hasil Hosni Mubarak tetap jadi presiden
seluruh Mesir walau cuma beberapa persen dimenangkan.

Itulah demokrasi dan kita dituntut harus tetap cerdik menyikapi sistem
demokrasi ini, kalau dulu Ust. Anis Matta membuat buku Menikmati
Demokrasi mungkin sekarang sudah saatnya kita membuat Modul Bagaimana
Menjadi Matador Demokrasi yang Sukses.

Kembali ke pokok permasalahan, pilihan Gol-Put sebagai perlawanan saat
ini menunjukkan masih rendahnya PQ (Political Quotient) umat ini. Dan
dalam Islam dijelaskan bahwa setiap sikap (pilihan) akan dimintai
pertanggungjawaban termasuk memilih untuk merelakan kepemimpinan umat
ke tangan para durjana.

Jadi alih-alih melakukan perlawanan, mereka yang Gol-Put malah harus
mengikuti apapun kebijakan dari orang-orang yang mereka biarkan untuk
menang dalam pemilu walaupun yang mereka biarkan menang itu adalah
orang setingkat Fir'aun, raja Namruz  atau pemimpin keji dan anti
Islam lainnya sekalipun.

Mungkin kita bisa tertawa dan bisa menangis saat membaca opini para
pendukung Gol-Put dari sebuah blog. Si penulis mengatakan bahwa
semakin banyak orang yang Gol-Put maka Indonesia akan segera hancur,
lalu saat itulah Khilafah Islamiyah akan didirikan. Dari situ saja
kita bisa menebak-nebak seberapa baik dan canggih PQ  dari
saudara-saudara kita.

Apakah Gol-Put akan menghasilkan perbaikan? Dalam perspektif terbatas,
bisa saja itu terjadi tapi pada kondisi Indonesia sekarang ini, sudah
seharusnya berfikir berkali-kali. Karena boleh jadi Gol-Put malah
menguntungkan partai-partai curang. Mengapa demikian? Karena  dengan
Gol-Put parpol culas bisa:

Mengurangi biaya pembelian suara. Kelompok yang Gol-Put bisa jadi
menguntungkan parpol yang terbiasa tebar uang dan hadiah.
Daerah-daerah yang dipetakan kurang prospektif dari segi potensi atau
tidak lebih menguntungkan dalam jangka panjang, tidak akan terlalu
serius diurus karena keterbatasan dana. Bisa jadi ada, namun tidak
terlalu signifikan. Biarlah daerah yang kurang potensial tersebut
dininabobokan dengan pasukan Gol-Put saja, agar tidak banyak memberi
pengaruh pada perolehan suara.

Fokus pada daerah-daerah strategis dan potensial. Karena alasan budget
juga, parpol cenderung memfokuskan pada daerah-daerah kaya potensi.
Masyarakat daerah tersebut yang masih menengah ke bawah akan menjadi
sasaran money politics. Sedangkan yang menengah ke atas didekati
dengan rekruting menjadi caleg atau iming-iming proyek di masa
kemenangannya.  Intinya jangan sampai ada Gol-Put dan pilihan partai
lain di daerah tersebut karena fokus anggaran partai sudah ditetapkan.
Oleh karena itu secara umum, parpol yang memiliki budget raksasa
adalah mereka yang paling berpotensi memenangkan perang gaya ini.

Memudahkan memupuk kekayaan dalam jangka panjang, minimal 5 tahun ke
depan. Hasilnya tentu saja kekayaan yang berlimpah dari kesempatan
bereksplorasi dalam lima tahun ke depan, menyiapkan pemilu berikutnya.

Sebagian kecil bisa saja dibagi agar pemilih merasakan dan mengurangi
potensi Gol-Put masa berikutnya serta memupuk loyalitas pemilih,
sebagian besar yang lain adalah logistik partai dan kekayaan
orang-orangnya.

Pikir-pikir lebih jauh, akan ada juga keuntungan untuk partai atau
kelompok dengan agenda de islamisasi atau Islam phobia. Dengan
besarnya Gol-Put terutama dari muslim Indonesia maka dapat:

Mengurangi keterwakilan muslim dalam pengambilan kebijakan
Mengurangi peran-peran muslim dalam kehidupan berbangsa secara umum
Mempreteli satu demi satu regulasi bernafaskan syariah
Memudahkan jalan untuk mengembalikan Pancasila sebagai asas tunggal
Memudahkan jalan melemparkan Islam dari ranah publik
Hal lain yang perlu diingat adalah TNI dan Polri sudah barang tentu
berada pada pihak yang memenangkan pemilu (itu kata undang-undang).
Mereka siap  mengamankan apapun kebijakan yang berkuasa. Dan dukungan
internasional juga akan mengalir bila lima agenda di atas mulai ter
format dan bergerak. Toh yang memilih itu 100% atau cuma 50%, hasilnya
akan tetap legitimate untuk menjadi penguasa.

Menakar Resiko Muslim Indonesia Bila Gol-Put Sukses

Dari 222 juta rakyat (menurut sensus 2006) = 170 juta pemilih. Dengan
hitung-hitungan bodoh saja, bila persentase muslim Indonesia adalah
86% maka jumlah pemilih muslim adalah 170 juta x 86% = 146 jutaan,
sedangkan non muslim adalah 170 juta x 14% = 24 jutaan. Dengan
pendekatan pessimistic non scientific, anggap saja 40% dari muslim itu
Gol-Put. Dengan data dari persentase Gol-Put Pil-kada lalu, terlihat
daerah-daerah yang mayoritas penduduknya muslim ternyata memiliki
angka Gol-Put yang tinggi, rata-rata 40%, sedangkan daerah yang
mayoritas non muslim seperti Bali, NTT, Maluku, dan Papua malah
memiliki angka Gol-Put yang rendah dengan rata-rata 20%.

Maka prediksi bila Gol-Put sukses dan berdasarkan hasil rata-rata
maksimal total suara yang didapat partai Islam dalam beberapa pemilu
sebelumnya, sekitar 20%, yang ikut memilih di pemilu mendatang 60%
karena selebihnya Gol-Put.

Didapat lah perhitungan kotor sebagai berikut: Suara partai Islam =
20% x (60%x146 juta) = 17.52 juta atau hanya 10%. Suara muslim di
partai sekuler = 80% x (60%x146 juta) = 70.08 juta atau hanya 40%.
Sisa suara adalah mereka yang Gol-Put dan non muslim. Nah, kalau bisa
tebak, dalam pemilu legislatif angka Gol-Put non muslim bakal sangat
rendah atau bahkan mendekati nol persen. Hal ini terkait dengan isu
keterwakilan mereka dan juga agenda-agenda lainnya. Dan kemungkinan
besar bahkan bisa jadi pasti mereka tidak akan menjatuhkan hak pilih
ke caleg muslim, ini sebuah misteri idealisme. Jadi anggap saja dari
24 juta pemilih itu semua memberikan suaranya pada wakil mereka. Jadi
prosentasenya adalah sekitar 14%, melampaui suara gabungan partai
Islam.

Hasilnya memang sungguh mengerikan, partai Islam 10%, partai sekuler
(yang di dalamnya sudah pasti ada non) dan partai non Islam 40%+14%,
sisanya sekitar 36% adalah suara umat Islam yang tak terpakai. Di
dalam 36% itu; ada mereka yang tak kebagian money politik, ada mereka
yang katanya protes dan menunjukkan bentuk perlawanan, ada yang
katanya pemilu itu haram dan oleh karena itu tak ikut pemilu demi
syariat Islam.

Untuk yang terakhir ini, tak bisa banyak berharap akan hadirnya
Syariat, karena kondisinya saat itu sudah semakin membingungkan.
Walaupun dengan dalih hasil sebuah survey yang mengatakan 72% orang
Indonesia ingin syariah Islam, tetap saja faktanya akan terlihat di
pemilu ini.

Bila afiliasi muslim Indonesia masih pada ideologi-ideologi sekuler
dan materialistic sebagaimana sebagian dari mereka memilih partai non
Islam dan sebagian lainnya memilih Gol-Put karena alasan
materialistis, maka sudah barang tentu hasil survey tersebut hanya
kamuflase. Bisa jadi survey dilakukan hanya untuk membesar-besarkan
isu hingga terjadi radikalisme yang diharapkan atau bisa jadi sebagai
alasan dana asing bisa masuk lebih banyak dengan tujuan de-Islamisasi.
Atau bisa jadi ada error di survey tersebut. Siapa tau? Di pemilu 2009
inilah hasil-hasil survey itu akan terbongkar kebenarannya atau
kebobrokannya.

Di mana kaum Gol-Put adalah tumbalnya. Bila si baik yang menang, maka
mereka ikut menang dan menikmati hasil tanpa perjuangan. Lalu bila si
bejat yang menang, maka mereka juga yang terlibat mengantarkannya ke
tampuk kemenangan tanpa perlawanan yang katanya melawan.

Saudara-saudara seiman.

Kalau memang kita serius menginginkan akan adanya perbaikan. Mulailah
mendaftar kalau belum terdaftar, urus semua kelengkapan pemilih kita.
Lalu mulai cari daftar caleg yang ada.

Lihat-lihat dan kenali mereka dan tawaran serta program mereka. Cari
informasi lebih dalam tentang mereka. Kalau memang otak ini sudah
mumet, serahkan ke hati kita masing-masing. Bukankah Allah swt. akan
selalu mengabulkan doa-doa kita.

Jangan lupa keshalihan lahiriah bisa jadi sebuah parameter. Selain itu
kita lihat juga orang-orang yang menawarkannya dan atau di sekitarnya,
apakah juga kesalehan itu tampak? Selama kampanye ikutan yang kita
sreg dengannya, hitung-hitung wisata 5 tahunan. Yang sangat penting
mulailah shalat istikharah sampai hari pemilihan tiba. Insya Allah,
Allah swt. akan memberikan yang terbaik atas usaha kita itu. Lalu
Pergi ke TPS, contreng saja kalau sudah yakin.

Kalau belum biarkan Allah swt. mengilhami, karena janji Allah swt.
bagi mereka yang istikharah pasti terjadi. Kalau belum dapat juga,
lihat saja wajah-wajah mereka, pilih yang bisa menyejukkan kita.

Terakhir, jangan lupa masukan ke kotak suara, dan ucapkan
Alhamdulillah dan do'a kepada Allah, semoga yang dipilih adalah
pilihan yang tepat dan dapat menghantarkan Indonesia ke gerbang yang
lebih baik.

Dalam sebuah ungkapan disebutkan "Hati yang bersih akan memuluskan
jalan keluar dari sebuah masalah. Allah swt. menganugerahkan hati
sebagai salah satu alat selain kepala yang sering hang ini." Allahu
a'lam (anonym) []

http://www.dakwatuna.com/2009/golput-bukan-jawaban/

Kirim email ke