Ibu Madrosatun
oleh Ummu Mufais 
Selasa, 07/07/2009 06:25 WIB

Pernah dengar gak tentang anak yang membunuh Ibu kandungnya, atau Ibu yang 
menganiaya anak kandungnya. Ini kejadian yang sesungguhnya loh, bukan kejadian 
dalam film-film yang sering di siarkan oleh televisi-televisi, semisal ada ibu 
tiri yang jahat, atau Ibu kandung yang tidak mau mengakui anaknya. Banyak 
sekali hal-hal yang demikian menjadi satu cerita untuk anak-anak kita di masa 
dewasa nanti, atau saat kecil mereka sudah memperediksikan bahwa seorang ibu 
tiri itu jahat. Kasihan ya yang jadi ibu tiri, padahal tidak semua ibu tiri 
jahat dan 
tidak semua ibu kandung baik.

Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, sejak si anak masih dalam kandungan, 
hingga mereka lahir dan tumbuh besar, Ibu lah yang menjadi teman hidup yang 
paling indah. Ibu yang mengajarkan si anak berbicara, makan, berjalan dan 
berpakaian. Semua Ibu lakukan karena cinta pada Allah yang telah memberikan 
Amanah yang paling berharga, yaitu anak.

Tapi bila kesiapan kita kurang untuk menjadi seorang Ibu, maka akan terbalik 
kejadiannya, si ibu akan membenci kelakuan si anak, sulit menerima dalam bentuk 
apa pun, apa lagi bila si anak kedapatan nakal dan suka bikin ulah, maka si ibu 
akan sering marah dan memukul.
Beda dengan bila si ibu sudah siap mental, ketika suatu hari nanti anaknya akan 
nakal, atau bertingkah laku aneh, maka yang pertama dia lakukan adalah 
mendidiknya dengan baik dan mengajaknya bicara, karena anak-anak itu bisa 
menyimpan banyak rekaman dalam otaknya, maka sejak dini jangan biarkan si anak 
mengatur dirinya sendiri. Ada seorang ustadz yang saya kenal, dulu beliau 
adalah pengajar di ma´had alhikmah yang kini mempunyai anak 13, Beliau biasa di 
sapa dengan panggilan Abu Umar. Beliau mengingatkan kepada para orang tua untuk 
terus mengontrol anak-anaknya. Sejak anak-anak itu tumbuh dan berkembang, 
Ketika kita sudah menjadi pemimpin di rumah kita, maka aturlah anak-anak itu 
sesuai dengan aturan yang kita buat, tapi dengan catatan tidak diktator.

Kenyataan ini mungkin yang harus kita pelajari lagi, karena sering saya dapati 
seorang anak tidak mengerti ketika di beri tahu oleh orang tuanya, bahkan saya 
pernah mendengar dari seseorang kenapa anak-anak para ibu yang berjilbab itu 
selalu nakal. Mungkin karena ada kesalahan tekhnis dalam mendidiknya, contohnya 
saja bila si anak meminta sesuatu pada ibunya, lalu ibunya bilang tidak dan si 
anak menangis sekeras-kerasnya, karena malu dan khawatir jadi perhatian orang 
maka si ibu akhirnya mengabulkan pemintaan anaknya.

Sebenarnya menurut Abu Umar, hal itu kurang baik untuk si anak, karena nanti 
anak itu akan mengulangi hal demikian rupa, itu akan menjadi senjata baginya. 
Karena si anak tahu, bila dia menangis ibunya akan memberikan apa yang di 
inginkannya.

Saya pernah mendapat cerita dari seorang teman, dia sangat sedih melihat 
ummahat sekarang dalam cara mendidik anak-anaknya. Banyak hal yang perlu di 
perbaharui katanya, karena dia melihat keadaannya berbeda dengan yang pernah 
dia alami semasa dia masih muda. Contohnya ketika berada di Masjid, sering kali 
si ibu tidak memperhatikan anak-anaknya yang berlari-lari saat sedang ada 
acara, 
sehingga mengganggu jamaah lain yang sedang mengikuti acara itu. Dan di lain 
kesempatan ketika ada seorang anak yang merebut mainan temannya, justru malah 
si ibu meminta anak lain untuk mengertikan anaknya, karena dia khawatir anaknya 
akan manangis bila tidak di pinjamkan, padahal mainan yang si anak ambil itu 
adalah bukan miliknya, dan tanpa permisi si anak langsung merebutnya. Apakah 
ini yang di katakan akhlaq yang mulia.
Akhlaq yang mulia merupakan penyebab seorang hamba dicintai Allah,
Rosululloh Shollollohu 'alaihi wa Sallam bersabda yang artinya
"Hamba-hamba Allah yang paling dicintai-Nya adalah yang paling baik akhlaqnya 
diantara mereka" (hadits riwayat Thabrani (471) dan Hakim (4/399-401)
Rosulullah sendiri pertama kali berda´wah dengan Akhlaq, maka para pengikutnya 
sangat mencintai Beliau, di karenakan akhlaq Beliau yang sangat mulia. 
Mengapakah kita sebagai seorang Ibu dari anak-anak kita tidak mencontohkan 
akhlaq yang baik pada mereka.
Kita harus memberi pendidikkan yang baik pada anak-anak kita, misalkan contoh 
kecil saja, biasakan anak kita makan dengan tertib, tidak berjalan-jalan dan 
biasakan dengan membaca doa. Dulu saya sering mengajarkannya pada anak-anak 
didik saya, ketika saya masih mengajar TQ, bagaimana cara Rosulullah SAW makan, 
membiasakan anak makan dengan tangan kanan, memulainya dengan menbaca 
bismillah, mengambil yang terdekat dan makan selalu di habiskan. Mungkin ini 
hanya sebagian kecil saja dari contoh akhalaq Rosulullah SAW.

Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya, meskipun si anak sudah di sekolahkan, 
namun ibu tetap menjadi yang nomor satu, jangan katakan bahwa si anak sudah 
dimasukkan ke sekolah yang sangat mahal, jadi tidak perlu perhatian dari orang 
tuanya, itu adalah satu kesalahan besar bila si ibu berfikiran seperti itu. 
Terutama bagi mereka yang mendidik anak-anak mereka di Indonesia, karena 
pendidikkan di indonesia sudah banyak dan beragam, tinggal si orang tua saja 
yang pandai-pandai memilih pendidikkan itu untuk anak-anaknya, walaupun mereka 
haruslah mengocek uang lebih banyak lagi demi untuk sekolah yang terbaik bagi 
anak-anaknya, tapi sebagai seorang ibu kita tetap berkewajiban mengontrolnya 
setiap saat namun bukan berarti seorang ayah tidak di butuhkan dalam mendidik 
anak-anaknya, melainkan ayah mempunyai tugas berbeda dan ibu adalah dominan 
yang utama memegang tugas tersebut. 

Berbeda dengan keadaan para ummahat yang mendidik anak-anak nya di luar negeri, 
mereka harus lebih ekstra lagi dalam mendidik anak-anaknya, karena kehidupan 
dan pergaulannya berbeda, bukan dari segi pergaulan saja sebenarnya, pendidikan 
agamanya juga harus lebih kita perhatikan, serta makanan-makanan yang harus di 
konsumsi oleh anak-anak kita, karena kebanyakan kesulitan para orang tua yang 
mendidik anak-anaknya di luar negeri adalah ketika mereka mulai beranjak dewasa.

Memang kadang kita melihat penilaian yang tidak adil dari masyarakat, misalkan 
anak kita pintar di sekolah dan mendapat ranking, maka akan tersebutlah nama 
ayah, mereka mengatakan " terang saja ayahnya doktor, maka anaknya pun pintar " 
tapi bila kenyataannya berbeda, si anak nakal atau bodoh, persepsi masyarakat 
akan mengatakan " kemana saja Ibunya, anaknya gak pernah di perhatikan, 
sampai-sampai tidak naik kelas ", bagitulah tanggapan mereka-mereka yang kurang 
faham.

Tapi memang kenyataannya, seorang Ibu adalah jadi satu bagian untuk 
anak-anaknya. Ada seorang teman saya bercerita, bahwa anaknya tidak naik kelas, 
karena setelah si anak mengikuti tes kenaikan kelas, anak itu belum bisa 
membaca, wal hasil...anak itu harus tinggal kelas dan memperbaiki bacaannya 
dulu, padahal kedua orang tuanya adalah sarjana, teman saya mengakui karena 
selama ini memang kurang perhatian terhadap anaknya. Nah disini bisa kita ambil 
satu pelajaran, bahwa tidak semua orang tua yang sarjana, akan menghasilkan 
anak yang cerdas dan pintar bila tidak di mulai dengan pendidik kan dari ibu, 
banyak yang ibunya tukang sayur, serta bapaknya tukang becak tapi anaknya malah 
dapat beasiswa di luar negeri. Itu di dasari oleh kegigihan si ibu dalam 
mendidik anaknya, karena dia tidak ingin anaknya mengikuti jejaknya yang hanya 
sampai SD saja sekolahnya.
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orangtuanyalah yang 
menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi."
(HR. Baihaqi)

Anak adalah aset bagi kedua orang tuanya, aset untuk membuat perusahaan di 
akhirat nanti, apakah bisa kita membangun perusahaan syurga di sana, dengan 
anak buah yang cerdas, berakhlaq mulia serta ta´at pada Allah swt, karena semua 
itu tergantung dari bagaimana awal mula kita memberi pendidik kan pada 
anak-anak kita, jangan sering mengikuti kemauannya, namun jangan pula 
menekannya, kita sebagai orang tua, terutama mungkin ibu yang memang 
benar-benar menjadi penjaga dan pendidik utama dari anak-anak kita, maka 
berilah anak-anak sejak dini pendidikkan yang islami. Pendidikan awal anak 
sangat menentukan bagi 
perkembangan mental dan jiwa di masa yang akan datang. Setiap ibu harus 
mengetahui bahwa anak memiliki hak yang sama sehingga bisa menjadi dasar 
perubahan untuk kehidupan yang lebih baik.Dalam hadist di katakan : " 
Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas 
kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas 
rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung 
jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah 
suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya 
" ( HR. Al-Bukhori dan Muslim )

Jadi setiap kita yang ada di dunia ini adalah pemimpin, yang kelak akan di 
pertanyakan di akhirat nanti, maka jadilah pemimpin yang baik dan adil serta 
bertanggung jawab dengan amanah yang telah Allah swt berikan kepada kita.
Mari para ummi yang di cintai Allah, kita didik anak-anak kita lebih baik lagi 
dengan penuh kesabaran, karena merekalah yang kelak membawa kita ke syurga 
dengan do´a nya. Sebelum terlambat dan kesempatan itu masih panjang.
Rosulullah bersabda :
"Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: 
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang selalu 
mendo'akannya." (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka 
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang 
kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya 
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At Tahrim: 6 ).
Semoga Allah swt memasukan kita ke dalam Syurga-Nya, karena kita telah menjaga 
amanah-amanah dari-Nya dengan baik dan sabar. Amiin ya Robbal´alamiin.
Allah SWT berfirman :
" Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan 
shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara 
sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; 
orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (iaitu) syurga 
'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh 
dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang 
malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil 
mengucapkan ) " 
Salamun´alaykum bima sabartum " maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. "
(Ar-Ra'd:22 - 23 - 24)
Wallahu´alam Bisshawab
HDH Ahad - 5 Juli 2009
Untuk anak ummi Tersayang di jalan Allah, Selamat bertambah umur,
semoga jadi anak yang sholeh. Amiin Ya Robbal´alamiin.

Kirim email ke