Ilmu dan Keterampilan Bisnis 
By Republika Newsroom

ADA banyak alasan mengapa kita memulai bisnis. Namun ada tiga alasan utama yang 
membuat kita mau memulai bisnis. Tiga alasan itu adalah Financial Freedom, 
Passive Income, dan More Time.

Financial Freedom, kita memulai bisnis karena keinginan kita untuk terbebas 
dari masalah keuangan  dan  keterbatasan kemampuan keuangan. Kita ingin mampu 
memiliki segala sesuatu sesuai dengan keinginan, misalnya ingin membeli rumah 
bagus, kendaraan, atau baju bagus tanpa harus menunggu saat ada diskon. Atau  
ingin makan di restaurant favorit bersama keluarga dan bebas memilih makanan 
kesukaan tanpa harus melihat besaran angka yang ada di sebelah kanan menu yang 
kita inginkan.

Passive Income, dengan memilili bisnis kita membayangkan akan memiliki 
penghasilan tanpa harus selalu bekerja untuk mendapatkannya. Kita ingin bisnis 
yang kita miliki mengirimkan uang secara terus menerus. Ingin memiliki 
pendapatan yang terus mengalir selagi kita berlibur, selagi kita bepergian, 
bahkan kalau perlu selagi kita tidur.

More Time, hampir sebagian besar orang yang memulai bisnis membayangkan akan 
memiliki waktu yang lebih fleksibel. Tidak seperti ketika masih menjadi pekerja 
yang sangat terikat dengan aturan dan disiplin, harus masuk sesuai jam kerja 
lima hari dalam seminggu, bahkan kadang - kadang harus masuk di hari libur. 
Dengan memiliki bisnis sendiri kita berharap bisa berlibur kapan saja, 
mengantar dan menjemput anak ke sekolah, pulang kampung (buat saya sesuatu yang 
istimewa), atau mau melakukan apapun kapan saja tanpa harus izin sakit, izin ke 
ini, izin ke itu yang tidak menyenangkan sama sekali.

Setelah kita memulai berbisnis, hampir semua entrepreneurs yang saya jumpai dan 
termasuk saya tentunya pada awal - awal saya berbisnis, bukannya mendapatkan 
tiga hal di atas malah justru semakin jauh dari yang kita harapkan. Bukan 
Financial Freedom yang kita dapatkan malah semakin hari semakin banyak utang 
yang kita gali, bisnis seolah-olah tak pernah henti-hentinya  membutuhkan 
tambahan modal.

Bulan lalu kita menyuntik dana, bulan ini tak terhindarkan lagi kita harus 
mencari utang kesana kemari untuk menutupi cash flow, kalau tidak kita tutupi 
maka karyawan tidak gajian, maka supplier tidak akan mengirimkan lagi barangnya 
kepada kita, dan begitulah terus tanpa ada hentinya sehingga hutang semakin 
dalam.

Passive Income? Kita sudah lupa lagi bahwa kita pernah membayangkan memiliki 
passive income dari bisnis, karena setiap hari kita selalu disibukkan dengan 
berbagai persoalan. Bulan lalu penjualan merosot sehingga bulan ini kita harus 
fokus untuk membenahi penjualan. Ketika penjualan mulai kita tangani dan 
membaik muncul masalah piutang yang membengkak sehingga cash flow kita 
terganggu. Besok, inventory kita yang terlalu tinggi dan macet di gudang, dan 
lagi- lagi cash flow selalu menjadi masalah. 

Kita jadi frustasi karena tim kita sangat tergantung dengan kita, tidak bisa 
memutuskan sendiri, tidak ada inisiatif, harus selalu kita kejar-kejar, bahkan 
banyak perintah-perintah kita yang tidak berjalan atau tidak dijalankan. 
Bukannya passive income yang kita dapat tetapi very very very active income 
yang ada.

Setelah berbisnis, bukan More Time atau waktu berlebih yang kita dapatkan, kita 
bahkan sudah tidak bisa lagi pulang sore seperti ketika kita menjadi pegawai 
dulu. Sabtu dan minggu kadang kadang harus mengurusi bisnis, waktu untuk 
keluarga terganggu, libur menjadi barang mahal bagi kita. Ketika menjadi 
pegawai, kita senang kalau ada tanggal merah. Namun, setelah jadi entreprenuer 
justru sebaliknya, sebal kalau ada tanggal merah, karena yang lain libur kita 
tetap memikirkan pekerjaan sendirian.

Banyak entrepreneur yang kehilangan orientasi dalam berbisnis karena semakin 
peliknya situasi, semakin dalamnya permasalahan dan semakin kompleksnya proses 
bisnis yang dihadapi seiring dengan bertumbuhnya bisnis yang dimiliki. Umumnya 
entrepreneur memulai bisnis dengan bekal semangat dan mimpi besar, dan terus 
demikian semakin lama bisnisnya bertumbuh tanpa mengimbangi dirinya dengan 
bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam berbisnis secara memadai. 

Kalau kita lihat berbagai profesi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, hampir 
semua membutuhkan pengetahuan dan keterampilan, menjadi dokter, pengacara, 
dosen, guru, bahkan tukang kayu, tukang las, ataupun pengemudi, semuanya 
memerlukan bekal pengetahuan dan keterampilan. Pengemudi perlu pengetahuan 
tentang jalan-jalan, pengetahuan tentang kendaraan yang dibawanya, dan juga 
perlu keterampilan dalam mengemudi, menghadapi kemacetan, melewati jalan 
menanjak, dan memberhentikan kendaraannya dengan aman.

Demikian juga dengan entrepreneur, kita tidak dapat membangun bisnis sesuai 
dengan keinginan kita tanpa pengetahuan dan keterampilan, membangun bisnis yang 
menjadi mesin pencetak uang bagi kita, bisnis yang jalan tanpa setiap saat 
mengharuskan kehadiran kita, dan bisnis yang bisa mengantarkan kita meraih 
impian-impian kita.

Pengetahuan dan Keterampilan, itulah kuncinya. Menjadi entrepreneurs dituntut 
untuk selalu menuntut ilmu dan belajar, tidak hanya belajar dari pengalaman 
kita sendiri tetapi juga harus belajar dari pengalaman orang lain, dengan 
membaca buku, majalah, atau mencari mentor dari entrepreneur yang sudah 
berhasil membangun bisnis.  Dengan pengetahuan dan ketrampilan yang kita miliki 
sebagai entreprenuer kita akan terhindar dari berbagai persoalan yang 
sebenarnya tidak perlu terjadi. *)


Kirim email ke