Inilah Kisah nyata Bintan : AKulah Saksi Hidup Atas Sebuah Kematian yang
Indah

Wednesday, 09 September 2009 13:59
  27 Mei 2009 jam 14:55

Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok
di sebuah kolong flyover menuju kota cikarang.
Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di
belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil besar
(dicikarang banyak sekali truk-truk pabrik) dengan kecepatan tinggi
menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.
Aku dengan seorang kawan yang tak kukenal, yang kebetulan sedang berdiri
ditrotoar cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil
angkot dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat
penanganan.
bintan liat dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta'at
menjalankan perintah agama. Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup
panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu.
Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara
yang keluar dari mulutnya. Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an...dengan
suara amat lemah.
"Subhanallah! " dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan
ayat-ayat suci Al-quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya tulang-tulangnya
patah, bahkan ia hampir mati.
Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan
suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan' al
quran seindah itu.
Dalam batin aku bergumam sendirian:
"Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku
terdahulu... apalagi aku Sudah punya pengalaman" aku Meyakinkan diriku
sendiri.
Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qurlan
yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup
ke setiap rongga. rasa ingin pingsan
Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia
mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku
melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya, nafasnya, tidak
ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.
Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan
tangisku, takut diketahui kawanku.
Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat.
Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku.
Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil
betul-betul sangat mengharukan.
Sampai di rumah sakit...Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal
kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang
meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya,
segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.
Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui
secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi
penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya. Salah
seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut
mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya
cerita ke aku, ketika kecelakaan sebetulnya almarhum hendak menjenguk
neneknya di desa ngga jauh dari cikarang. Pekejaan itu rutin ia lakukan
setiap hari Senin. Di sana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim
dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan
beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga
tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk
dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa
permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.
Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia
menjawab dengan halus. "Justru saya memanfaatkan waktu pejalananku dengan
menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur'an, juga dengan mendengarkan
kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki
yang aku ayunkan," kata almarhum.
Aku ngga ikut menyalati jenazah dan hanya bisa mengantarnya sampai ke
kuburan. Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya
dihadapkan ke kiblat.
"Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah".
Pelan-pelan, mereka menimbuninya dengan tanah...Mintalah kepada Allah
keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya...
Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat...
Dan aku... sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia.Aku
benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni
dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku
kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan
kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin...
inilah pengalaman indahku, yang selalu jadi panutanku, aku ingin bisa
meninggal seperti lelaki itu.
Written by :
 Bintan Conchita


------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, 
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)

Kirim email ke