----- Original Message -----
From: Wido Supraha
Sent: Wednesday, January 20, 2010 9:52 AM
Subject: [warnaislam] Mengatasi Isu Salah Kiblat dengan Teknologi



Rabu, 20/01/2010 09:03 WIB
Kolom Telematika
Mengatasi Isu Salah Kiblat dengan Teknologi
Penulis: Heru Sutadi - detikinet



Screenshot Google Earth

Jakarta - Arah Kiblat dimana Ka'bah menjadi acuan arah ketika umat Islam
melakukan ibadah shalat begitu penting dan menjadi syarat sahnya shalat. Isu
ini dikabarkan ramai di Jawa Tengah, mengingat beberapa masjid diketahui
bergeser dari arah seharusnya menghadap Ka’bah..

Seperti Masjid Raya Baiturahman Semarang yang setelah ditelusuri ternyata
kiblat bergeser 2 derajat nol menit 32,48 detik, kurang ke selatan dari arah
seharusnya. Mengingat jarak Indonesia ke Ka’bah di Mekkah cukup jauh, meski
dengan derajat pergeseran ‘kecil’ namun hal itu  membuat masjid ini
berkiblat melenceng 214 kilometer dari Ka’bah.

Apakah temuan tersebut merupakan hal yang aneh? Tentu tidak. Bukan karena
memang orang-orang tua kita dahulu ‘asal’ saja menentukan arah kiblat, namun
perkembangan terkini dari teknologi informasi membuat posisi Ka’bah begitu
juga dengan masjid yang ingin mengetahui arah kiblatnya dapat diketahui
secara pasti. Perkembangan ini membuat cara-cara penentuan berdasar atau
melalui benda alam seperti matahari maupun kompas biasa, menjadi tertinggal
dan dirasa kurang tepat--kalau tak mau dibilang salah.

Namun, meski dirasa menjadi hal yang wajar, mengingat Ka’bah menjadi acuan
arah dalam shalat, baiknya semua masjid melakukan penentuan ulang arah
kiblat. Kejadian salah arah kiblat, diyakini bukan hanya terjadi di Jawa
Tengah. Kesalahan ini mungkin saja terjadi di seluruh Indonesia mengingat
cara-cara penentuan kiblat masa lalu adalah hampir sama, dan memang belum
banyak yang benar-benar menggunakan pemanfaatan teknologi informasi (TI)
dalam penentuan arah kiblat, mengingat ‘penemuan’ koordinat dari Ka’bah
secara meluas juga baru setelah layanan seperti Google Earth diluncurkan.

Meski memang, tingkat melenceng antara masjid yang satu dengan masjid
lainnya, bisa jadi tidak sama. Mungkin ini karena ada juga masjid yang sudah
menggunakan pengukuran dengan kompas yang juga dilengkapi dengan petunjuk
arah Kiblat. Namun, kompas dengan penunjuk arah kiblat itu lebih banyak
hanya ditujukan dan digunakan di kota-kota besar saja, sehingga ketika untuk
kota kecil bahkan kecamatan atau kelurahan/desa, biasanya menggunakan posisi
kiblat dengan mengacu ke kota besar terdekat.


Kiblat dan TI

Teknologi informasi begitu penting dewasa ini karena dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, dari mendapatkan informasi terkini, layanan
pemerintahan secara elektronik, layanan bisnis sampai hal-hal keagamaan,
termasuk dalam hal penentuan kiblat. Dua hal perkembangan yang cukup
signifikan terjadi adalah pemanfaatan Global Positioning System (GPS) dan
hadirnya layanan Google Earth.

GPS ditemukan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan Ivan Getting
yang merupakan sistem satelit navigasi, yang utamanya didesain untuk
naviasi. Saat ini GPS juga menonjol sebagai perangkat waktu (timing). Dengan
18 satelit, dimana masing-masing ada enam dalam tiga orbit angka dengan
jarak  120º, dan stasiun bumi, membentuk GPS awal.

GPS menggunakan”bintang buatan manusia” atau satelit sebagai titik referensi
menghitung posisi geografis, dengan akurasi dalam meter. Dalam kenyataannya,
dengan bentuk GPS yang lebih maju--sejak 1994 menggunakan 24 satelit,
pengukuran dapat menjadi lebih baik hingga dalam sentimeter. GPS telah
digunakan dalam banyak keperluan, ’penuntun’ arah transportasi darat, laut
maupun udara maupun mengukur ketinggian sebuah gunung, misalnya.

Dengan dilengkapi peta digital, GPS yang dipasang di mobil bahkan telepon
seluler cerdas (smartphone) dapat digunakan untuk mencari jalan ke suatu
tempat, bahkan jalan tikus, mencari keberadaan mobil ketika dicuri,
sementara smarthphone bisa menentukan posisi ketika aplikasi twitter.com
dipakai, bahkan ketika mengambil gambar dengan kamera yang tersedia di
smarthone tersebut, koordinat lokasi tersimpan dalam file foto yang diambil
nantinya.

Sementara Google Earth, besutan aplikasi dari Google yang dikenal sebagai
mesin pencarian,  merupakan sebuah program pemetaan interaktif yang
disediakan oleh satelit dan fotografi udara yang mencakup keseluruhan planet
Bumi. Google Earth dianggap sangat akurat karena dapat menggambarkan posisi
gunung, gedung, rumah, termasuk masjid hingga sedekat-dekatnya.

Dan yang paling unik adalah aplikasi ini bersifat gratis, sehingga bisa
diakses siapa saja dengan mudahnya untuk mencari lokasi yang diinginkan.
Meski memang, ada layanan berbayar untuk fungsi tambahan dari layanan, tapi
yang gratis pun dirasa sudah amat sangat cukup.  Basis layanan Google ini
juga dimanfaatkan beberapa situs internet semisal Qibla Locator.

Dengan GPS dan dipermudah Google Earth-lah, posisi Ka’bah di Mekkah, Arab
Saudi, kini dengan mudahnya dijejak. Seperti ditunjukkan dari Goole Earth,
koordinat letak Ka’bah adalah 21º 25′ 21.05” Lintang Utara dan 39º 49’
 34.31” Bujur Timur. Koordinat inilah yang memudahkan untuk melihat apakah
posisi kiblat masjid yang ada di Indonesia sekarang ini melenceng atau
tidak.

Cara sederhana yang digunakan apakah terjadi deviasi atau tidak arah kiblat
masjid yang ada di Indonesia adalah dengan menarik garis dari titik sentral
Ka’bah ke masjid yang akan kita uji. Namun, pengujian ini adalah indikasi
awal apakah kiblat melenceng atau tidak.

Disebut indikasi awal karena pengujian dilakukan terhadap posisi masjid,
yang umumnya adalah persegi empat dimana titik tengah dari keempat sisi
bangunan itulah yang dijadikan titik uji, bukan keadaan posisi menghadap
kiblat ketika shalat sesungguhnya dilakukan. Hal ini karena secara
kebiasaan, masjid dibangun menghadap ke arah kiblat.

Dengan cara tersebut, misalnya kita bisa menguji bagaimana dengan posisi
kiblat dari Masjid Istiqlal, Jakarta. Dari koordinat tengah Masjid ini 6º
10′ 10.01” Lintang Selatan  dan 106º 49’ 53.30” Bujur Timur diketahui bahwa
jarak masjid ini dengan Ka’bah adalah 7.910 km. Dan dari penarikan garis,
Masjid Istiqlal dapat dinyatakan lurus berkiblat ke Ka’bah.

 Masjid lain yang coba diuji adalah Masjid Kubah Emas, di Depok. Dengan
melihat titik tengah dari bangunan yang terletak pada koordinat 6º 23′
 03.36” Lintang Selatan  dan 106º 46’ 18.94” Bujur Timur dapat diketahui
bahwa ada kemiringan sudut sekitar 8º.

Kemiringan juga terjadi pada Masjid Baiturrahim yang terletak di kompleks
Istana Negara. Berdasar koordinat titik tengah bangunan 6º 10′ 11.95”
Lintang Selatan  dan 106º 49’ 22.86” ada sekitar 30º pergeseran.  Sehingga,
arah kiblat yang dituju bukanlah Ka’bah di Arab Saudi melainkan ke Afrika.

Dari indikasi awal, untuk memastikan apakah masjid Anda benar-benar
melenceng atau tidak, dan ke mana arah kiblat seharusnya, dapat dipakai
perangkat GPS. Setelah  memasukkan koordinat Ka’bah, pengukuran dapat
dilakukan di luar bangunan masjid (karena GPS harus mendapatkan sinyal dari
satelit) di depan posisi imam biasanya berada, dapat dijejak ke mana arah
kiblat seharusnya. Sebab dengan fasilitas yang ada, arah kiblat langsung
dapat ditunjukkan dengan arah panah di perangkat GPS yang kita pakai.

Meskipun, dalam indikasi awal ada kemiringan, karena berdasar posisi
bangunan masjid, mungkin saja, dalam shalat arah kiblat sudah diluruskan.
Sebab, urusan geser-menggeser arah kiblat ini sesungguhnya bukan urusan
besar, dimana bangunan harus diubah arahnya, melainkan dapat menggeser
sajadah menghadap arah kiblat seharusnya. Sehingga, isu salah kiblat dapat
disikapi dengan tenang, melakukan pengecekan dan perbaikan, dengan cara
mudah, yaitu memanfaatkan teknologi informasi.

*Heru Sutadi.. Pengamat Teknologi Informasi. Blog:
http://hsutadi.blogspot.com dan dapat dihubungi melalui email di
herusut...@hotmail.com, atau melalui reda...@detikinet.com.

( rou / rou )

Source :
http://www.detikinet.com/read/2010/01/20/090308/1282087/328/mengatasi-isu-sa
lah-kiblat-dengan-teknologi



------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Rasulullah SAW bersabda, Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, 
seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.
(Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu) (HR. Bukhari)

Kirim email ke