Di Atas Pasir Kucatat Semua Keburukan

Seri : Kisah dan Hikmah

Oleh: HD Iriyanto
Kisah di bawah ini, dengan berbagai versi, mungkin saja pernah Anda dengar atau 
Anda baca. Itu tidak jadi masalah. Yang pasti, saya tetap ingin menuliskannya 
untuk Anda, dengan harapan ada hikmah yang bisa kita petik bersama. Begini 
kisah selengkapnya.

Dua orang sahabat sedang melakukan perjalanan panjang di sebuah daerah 
berpadang pasir. Ketika mereka ngobrol sembari beristirahat, lahirlah perbedaan 
pendapat yang berujung pada perasaan kesal. Rupanya saking kesalnya si A 
terhadap si B, tanpa terkontrol akhirnya si A menampar pipi si B.

Mendapat perlakuan seperti itu, bukannya membalas tapi si B malah menulis suatu 
kalimat di tanah berpasir tersebut. "Hari ini aku mendapatkan tamparan 
menyakitkan dari sahabatku A", begitulah tulisan yang dibuat si B di atas pasir.

Masih dalam suasana batin yang kurang mengenakkan, dua sahabat tadi melanjutkan 
kembali perjalanan mereka, hingga ke sebuah sungai yang jernih sekali airnya. 
Karena masing-masing merasa lelah, keduanya pun sepakat untuk mandi di sungai 
itu. Sampai suatu ketika, terjadilah musibah yang hampir saja merenggut nyawa 
si B, jika si A tidak sigap menolongnya dengan menarik kuat-kuat tangan si B 
agar tidak terseret arus yang begitu deras.

Usai mendapat pertolongan yang sangat berarti itu, si B mengambil sejenis batu 
apung untuk menuliskan sesuatu di sebuah batu besar. Begini bunyinya : "Hari 
ini aku mendapatkan pertolongan yang sangat berarti dari sahabatku, sehingga 
aku terselamatkan dari kematian."

Usai membaca tulisan itu si A bertanya kepada si B, "Mengapa saat aku 
menamparmu, kau menuliskannya di atas pasir. Sementara ketika aku menolongmu, 
kau menuliskannya di atas batu? Mendapatkan pertanyaan itu si B menjelaskan 
seperti ini, "Ketika kau menamparku, aku menuliskannya di atas pasir, 
terkandung maksud agar tulisan itu segera hilang disapu angin."

"Namun ketika kau menolongku, aku menuliskannya di atas batu, agar tetap 
terbaca sampai kapan pun." Begitulah kisah seseorang yang ingin mengenang lebih 
lama kebaikan seseorang dibandingkan dengan keburukannya. 

Bagaimana dengan diri kita sehari-hari? Apakah kita sudah memiliki kesadaran 
untuk mencatat kebaikan seseorang menjadi lebih permanen dibandingkan dengan 
mencatat keburukannya? Atau yang terjadi justru sebaliknya, kebaikan diri 
sendiri atau keburukan orang lainlah yang tercatat lebih permanen?

sumber : http://www.republika.co.id

Kirim email ke